"Appa!!"
"Ne!!" Tak mau kalah, Pak Kwon membalas dengan nada yang sama. Ia menatap putrinya.
"Bisa ga sih cepet dikit! Besti Zuu harus dapet tidur malam ini!"
"Ya Gusti Minjol, sabar dong, kasurnya aja belum nyampe nih." Pak Kwon memperlihatkan layar ponsel yang menyatakan bahwa pick up yang membawa kasur itu masih dalam perjalanan.
"Udah Minji, aku gapapa kok di kamar kamu dulu..."
"Aduh Besti Zuu, ga bisa, kalo kita di sini nanti orang tua kamu bisa tau. Appa, Minji gamau tau pokoknya malam ini Minji sama Besti Zuu harus tidur di kosan itu."
"Iya iya, yaudah kalian ke sana aja sekarang. Zuu, kamu gapapa kan kalo tidur di karpet dulu? Atau nanti kalian begadang aja malam ini."
"Ne ahjussi, gwenchanayo."
*
Dua perempuan dengan jaket senada itu berhenti di depan kosan tingkat dua. Minji menggenggam pagar hitam dan melihat ke dalam. Sempat gerimis membuat jalanan basah.
"Ini tempatnya?"
"Iya, kayaknya."
"Kok kayaknya?"
"Ini pertama kalinya aku ke sini, Besti Zuu."
"Oh gitu, yaudah yuk masuk, kita tanya."
Minji membuka slot pada pagar dan mulai masuk, Zuu menutupnya lagi. "Kemaleman ngga, sih?" Zuu mulai kuatir apabila kedatangan mereka malah mengganggu.
"Ngga kok, masih setengah 8."
Setelah mengucapkan salam, Léa yang posisinya tak jauh dari pintu utama itu menghampirinya. "Nuguseo?"
"Saya Minji, anaknya Pak Kwon."
"Oohh, silakan masuk." Léa membukakan pintunya lebar-lebar. "Pak Kwon ngga ikut?"
"Ngga, udah malem katanya. Mungkin besok," tambah Minji. Ya mau bagaimana pun, Minji malu untuk melangkah meski bangunan itu milik ayahnya sendiri.
"Tunggu apa lagi?" Léa masih menunggu. Ia lirik Zuu. "Kalo kamu siapa?"
"Saya Zuu, temannya Minji, saya yang akan nempatin kamar pojok."
"Oh, oke kita ke kamarnya aja, yuk. Tapi kasurnya belum dateng, yang lama udah dibuang."
Léa berjalan lebih dulu, dua orang di belakangnya mengikuti sambil mangut-mangut permisi ketika melewati ruang tengah, yang mana ada seluruh penghuni kos yang sedang bersantai.
Tatapan-tatapan itu cukup membuat jantung keduanya berdebar.
"Ini dia kamarnya, gimana?" Zuu mulai menurunkan ranselnya dan menepikan di dalam ruangan itu. "Udah dibersihin sama Pak Kwon."
"Sama Appa?"
Léa mengangguk. "Iya, sampe dibersihin juga lemarinya." Turut tertunjuk lemari kayu yang siap menyimpan pakaian.
"Ah, kalo begitu makasih banyak ya Onnie, udah dianterin."
"Sama-sama. Jadi, langsung nih malam ini jadi penghuni kos?" Senyuman Léa merekah. Zuu canggung, apalagi setelah matanya menangkap dua kepala perempuan yang sedang mengintip.
"Eung... I-iya, mulai malam ini."
"Oke deh, oh iya kalo mau mandi pakai kamar mandi yang di sini, ya." Léa menunjuk ruangan dengan pintu putih, tepat di depan kamar Zuu. "Ada juga kamar mandi di deket ruang tamu, nah kalo yang di dapur itu biasanya dipake untuk buang air. Soalnya sempit."
KAMU SEDANG MEMBACA
BlackNumber Indekos
Hayran KurguMengisahkan sebelas gadis cantik yang tinggal di sebuah rumah yang mereka sebut kosan. Ada yang berawal dari ketersesatan, keretakan keluarga dan alasan ingin hidup mandiri. Berbagai karakter bersatu, dari mulai yang keras kepala, kocak, lemot dan t...