Soodam dan Denise berjalan menyusuri koridor kampus. Lumayan sepi jadi mereka bisa berjalan tanpa gangguan.
Mereka termasuk Maba, hanya saja berbeda jurusan. Sementara Rosé sudah di semester akhir, cukup sedih juga mengingat itu karena mereka memiliki banyak momen seru dengan kakak lemot mereka. Datangnya mereka ke kosan juga dikarenakan informasi dari Chaeng Onnie.
"Gue ngga mau makan di kantin, ah!" seru Soodam yang berhenti di antara jalan ke parkiran dan kantin kampus.
Denise menggaruk kepalanya, udah laper, panas eh ni anak satu gamau nemenin ke kantin. "Aduh gue laper banget nih, temenin deh yuk sebentar doang."
"Ah engga ah, ayo pulang aja, hemat uang Denise."
Iya juga si, batinnya. Dengan berat hati Denise mengikuti langkah Soodam ke parkiran, dan meninggalkan angan-angannya bisa memakan mie tek-tek.
"Motornya ada di mana?"
Soodam menunjuk motor kesayangannya yang berada di bawah pohon. Emang jagonya milih tempat parkir. "Siapa yang nyetir?"
Seperti biasa tanpa aba-aba lagi, Denise dan Soodam menjulurkan tangan dan beradu suit sebanyak tiga kali untuk mengetahui siapa yang kalah. Oke, Denise kalah. Selalu sulit melawan Soodam, entahlah anak itu memang selalu hoki.
"Ah kan gue bilang ga usah suit lagi."
"Ih kapan lu bilang gitu?"
"Tadi di dalem hati."
Denise memundurkan motor dan mereka mulai keluar dari area kampus. Siang itu cukup terik membuat Denise memacu kecepatan motor lebih cepat dan membuat sisi bawel Soodam keluar.
Perjalanan dari kampus ke rumah sekitar 20 menit. Tapi Denise memangkasnya dengan melewati jalan tikus yang merupakan sebidang tanah kosong dan ada beberapa pemakaman. Oh tentu Soodam tidak pernah melewati itu jika tidak bersama Denise.
Perbincangan selama di perjalanan tak jauh-jauh dari menebak menu makanan yang dimasak Jennie dan kira-kira alasan apa yang akan mereka gunakan untuk menghindari jadwal bersih-bersih.
Tak sangka keduanya telah sampai, Soodam turun dan membukakan pagar. Halaman yang lumayan luas dan menyediakan tempat parkir yang dilengkapi asbes agar tidak kebasahan saat hujan.
Denise yang bertanggung jawab menata motor itu ditinggalkan Soodam yang duluan masuk. Baru saja melepaskan tas dan melepas kunciran, Jennie datang dengan tas kecil. "Ayo temenin."
"Ah? Ke mana Onnie?" balas Soodam, capek juga ya baru sampe udah diajak keluar lagi.
"Ke supermarket." Soodam membulatkan mulut dan mengangguk, seperti biasanya ia dan Jennie juga Dita adalah paket lengkap jika urusan belanja kebutuhan penghuni kosan, alias kebutuhan sembako.
Jennie yang memegang kendali keuangan kosan dan Soodam yang jago memilih barang bagus dan mengetahui merk apa yang musti dipilih dan cukup update perihal seperti itu. Sebenarnya Dita tak terlalu berguna dalam hal ini karena kerjaannya hanya ikut dan memperhatikan barang-barang di supermarket yang tertata rapi. Haha ga deng canda, Dita lebih ke membantu membawakan belanjaan dan membantu Jennie memilih apa saja barang yang lebih dibutuhkan.
Soodam dan Jennie keluar membuat Denise terkejut. "Ih Soodam mau ke mana??" Ia tak mau kalau harus meneruskan bersih-bersih seorang diri.
"Hehehe, gue mau nemenin Jennie Onnie. Dadah Denise!"
Dengan berat hati Denise membiarkan mereka pergi. Ia masuk ke kosan dengan langkah berat. Saat Lisa muncul pasti ia akan dibantai jika tidak melakukan kewajibannya yang datang tiap minggunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
BlackNumber Indekos
Fiksi PenggemarMengisahkan sebelas gadis cantik yang tinggal di sebuah rumah yang mereka sebut kosan. Ada yang berawal dari ketersesatan, keretakan keluarga dan alasan ingin hidup mandiri. Berbagai karakter bersatu, dari mulai yang keras kepala, kocak, lemot dan t...