"Lisa!" Chaeng menepuk bahu Lisa yang sudah menunggu Rosé hampir setengah jam. Rasa bersalah sangat kentara di wajah perempuan dengan marga Park.
"Lama, ya? Maaf ya, Lis." Rosé mengapit dua tangannya.
Lisa menggeleng lesu. "Iya gapapa, kan emang gue yang mau nunggu elo, On."
"Hm..." Rosé duduk di samping Lisa. Bertempat di kantin kampus, Rosé meletakkan buku-bukunya di meja kemudian memasukkannya ke dalam tas.
"Mau pesen minum lagi, ngga?" Rosé menatap Lisa, kemudian ke gelas es jeruk yang tinggal setengah. "Makanan aja, ya. Aku mau es campur deh, kamu apa?"
Lisa menoleh dengan wajah datar. "Katanya makanan."
"Iya, es campur kan dimakan." Rosé memperlihatkan visual es campur pada papan menu. Di sana disajikan berupa mangkuk dan banyak toping mangga.
Lisa menghela napas. "Ga usah, Onnie aja."
"Yaudah nanti kita barengan aja, ya." Rosé berdiri untuk memesan pesanan, sementara Lisa masih sibuk dengan lamunannya. Matanya sayu dan tubuhnya terasa berat untuk digerakkan.
Rosé kembali dengan senyumannya yang selalu merekah. "Gimana tadi kelasnya?"
Tak ada jawaban. Karena sedari awal sudah merasa keanehan, tak bisa ditahan lagi, Rosé menanyakannya. "Kamu gapapa?"
*
"Aduch aduch ga sabar deh besok ketemu artis..." kata Denise sambil menopang wajah. Soodam yang ada di sampingnya malah pesimis setelah diceritakan Denise perihal isi telepon Jennie.
"Ah, aku ga berharap banyak, palingan cuma liat dari jauh itupun ketutup kabel lah, ini lah itu lah..."
"Yeu dia mah. Kita tuh harus bayangin yang baik-baik, kalo mau hasilnya baik. Jangan matahin gitu dong ah," protesnya.
Soodam mengangkat dua bahu. "Liat aja besok."
Dan secara bersamaan, mata Denise dan Soodam menangkap wujud Zuu yang duduk di hadapan mereka. Dengan posisi ponsel horizontal, bisa ditebak apa yang tengah dilakoni.
"Zuyaa," panggil Denise. "Mau pulang sekarang, ngga?"
"Terserah kalian."
Minji baru saja kembali dari tukang basreng, alhasil kini perempuan itu memiliki camilan. Ia sudah membukanya dan menawarkan ke tiga temannya, namun semuanya menggeleng.
"Pulang aja, yuk."
"Oh mau pulang, hayu atuh.." Minji langsung bersiap. Zuu masih berkutat pada ponselnya meski tubuhnya berangsur berdiri.
"Katanya besok kita mau main ke tempat syuting, kamu ikut ngga?" tanya Soodam. Keempat perempuan dengan wajah kiyot itu berjalan menuju halte untuk naik elf.
"Beneran? Ketemu artis maksudnya?" Minji sangat antusias, berbeda dengan respons Zuu beberapa waktu lalu yang hanya 'Oh, iya ikut' sambil nge-epep.
*
Dita menggeram kesal setelah melihat nasi kering yang masih menempel pada piring yang sebelumnya ingin ia gunakan untuk makan. Tapi entahlah, rasa laparnya berubah menjadi amarah.
"Hiiih siapa sih yang nyuci ini? Ga bener banget!" katanya.
Jinny yang tadi mau ngambil minum auto mundur. Bersembunyi di balik tembok dan menajamkan pendengarannya.
"Kalo ga mau nyuci piring yaudah ga usah! Daripada setengah-setengah gini," lanjutnya.
Aduh mati gue, batin Jinny. Ia mundur perlahan-lahan dan ngibrit ke depan.
KAMU SEDANG MEMBACA
BlackNumber Indekos
FanfictionMengisahkan sebelas gadis cantik yang tinggal di sebuah rumah yang mereka sebut kosan. Ada yang berawal dari ketersesatan, keretakan keluarga dan alasan ingin hidup mandiri. Berbagai karakter bersatu, dari mulai yang keras kepala, kocak, lemot dan t...