3. BERTEMU KEMBALI

16 14 9
                                    

Dira merebahkan tubuhnya di atas kasur queensize miliknya. Ia baru saja menyelesaikan ritual mandinya setelah mengerjakan pekerjaan rumah, tadi.

Suasana hening di dalam kamar membuat dirinya merasa tenang. Semilir angin terasa dingin menyapa kulitnya melalui pintu balkon yang sengaja ia buka.

Ketenangan seperti ini yang ia impikan sejak dulu. Tak ada omelan dari sang Bunda yang menyuruhnya ini dan itu, tak ada ceramahan sang Ayah yang mengatakan bahwa anak gadis tidak boleh banyak rebahan. Walaupun terkadang rasa rindu itu tiba-tiba datang, tapi Dira selalu menahannya.

Jauh dari orang tua bukanlah keinginannya, tapi ia ingin hidup mandiri, tidak bergantung pada kedua orang tuanya. Hidup bergelimang harta tak membuat Dira ingin menjadi anak yang manja dan selalu merengek minta ini dan itu.

Lihat saja, berkat jauh dari orang tuanya kini Dira bisa mengerjakan pekerjaan rumah seorang diri. Ia sengaja tak meminta seorang pembantu pada orang tuanya, karna memang pada dasarnya Dira ingin menjadi anak yang mandiri, jika ada seorang pembantu di rumah ini, lantas bagaimana Dira belajar menjadi mandiri?

Drrrttt ...

Suara getaran ponsel di atas nakas membuat dirinya mau tak mau harus bangkit dan segera membuka ponselnya.

"Ck, ganggu!" Decaknya sebelum menyadari sesuatu yang janggal dari benda berlayar tersebut.

Unknown:
Selamat malam, canciii

Keningnya mengkerut ketika melihat nomor yang tak dikenal tiba-tiba saja mengirimkan chat yang begitu tak penting. Dira hanya menatapnya sekilas, kemudian menyimpan kembali ponselnya ke atas nakas. Mengganggu saja, pikirnya.

Belum sempat beberapa detik, ponsel itu kembali bergetar. Dira hanya menghela nafas, apalagi ketika mendengar getaran itu semakin lama dan terus-menerus.

"Anjing! Gue bakar juga tu hape!" Walaupun mulutnya komat-kamit menggerutu, Dira tetap mengambil ponselnya, kemudian kembali memeriksa chat dari orang yang tak dikenal tersebut.

Unknown:
Kok cuma di read, sayankk?
Kamu lagi badmood, ya?
Sayankkk ...
Bales, ayy😭
Aku marah, nih 😠
Ayy ...
Cantiknya aku ...
Kenapa sih, hm?
Aku ada salah ya sama kamu?
Maafin aku ya, sayankk🥺
Aku janji deh besok tanggung jawab🤗

Dira melotot, kaget. Tanggung jawab apaan, woy? Dipikir si Dira hamil apa?

Sempat menggelengkan kepalanya beberapa saat, kemudian Dira kembali membaca chat tak jelas dari nomor itu.

Unknown:
Udah berapa minggu, ayy?
Terus kata dokter kandungannya gimana?

Membaca pesan tersebut membuat Dira menghela napasnya dalam-dalam. Ini orang sinting, apa sengaja mau ngerjain gue? Pikiran Dira tak bisa diam.

Melempar ponselnya ke atas kasur, Dira berjalan keluar kamar. Perutnya tiba-tiba saja terasa keroncongan, padahal sebelum mandi tadi ia sudah memakan sebungkus nasi padang.

Ia mengambil sebungkus mie Indomie rasa ayam bawang, sebelum akhirnya memasaknya menggunakan air mendidih.

Tak membutuhkan waktu lama, mie yang ia olah sepenuh hati itupun sudah tersaji dengan kepulan asap yang menciptakan aroma ayam bawang. Perutnya semakin lapar.

Dira segera membawanya ke kamarnya. Menyantap mie di dalam kamar, sepertinya bukan ide yang buruk.

Setelah sampai di dalam kamar, Dira mendapati ponselnya terus bergetar dan berbunyi. Rupanya video call dari sang Bunda sudah ia lewatkan beberapa kali. Tanpa menunggu lama, Dira segera mengangkat telepon dari Bundanya dan senyuman manis ia tampilkan di sudut bibirnya.

224 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang