1. SEKOLAH BARU

22 16 10
                                    

Gerbang sekolah SMP Pertiwi kini sedang ramai. Siswa dan siswi berhamburan keluar kelas karna bel pulang sekolah telah berbunyi.

Seorang perempuan berseragam putih biru dengan rambut dikepang dua tak henti-hentinya mengejar langkah seorang laki-laki yang sepertinya sedang dirundung amarah. Nafasnya terasa sesak karna terus berlari. Jantungnya berdetak dua kali lebih cepat dari biasanya. Keringat dingin membasahi sekujur tubuhnya. Bibirnya pucat dengan pikiran yang tak tenang.

Ia terus mengejar laki-laki itu tanpa sadar akan kondisi disekitar. Mengabaikan orang-orang yang ia tabrak secara sengaja maupun tidak sengaja.

Laki-laki yang dikejar oleh perempuan itu pun terus mempercepat langkah kakinya. Ia berlari menuju keluar gerbang sekolah. Tujuannya hanya satu. Menjauh dari kehidupan perempuan yang kini sedang mengejarnya.

Perempuan itu, perempuan yang menurutnya sangat menjijikkan, membingungkan, dan yah, perempuan yang telah merusak masa-masa awal remaja miliknya. Perempuan yang sama sekali tak ingin ia temui dalam hidupnya.

Ia menyebrangi jalanan yang ada didepan sekolahnya dan, hap, akhirnya ia berhasil melewati jalanan tersebut. Namun, ketika ia ingin melanjutkan langkahnya, sudut matanya menangkap sesuatu ...

... Sebuah mobil truk melaju dengan kecepatan diatas rata-rata, ketika itu pula sesosok perempuan yang tadi berlari mengejarnya kini sedang menyebrang ditengah-tengah jalan yang dapat ia pastikan beberapa detik kemudian truk tersebut bisa menghantam tubuh perempuan itu.

Truk berwarna hijau itu melaju semakin cepat dan semakin dekat, sedangkan laki-laki tadi hanya terdiam sembari menatap bergantian si perempuan dan si truk.

Burung-burung berkelompok mengitari langit yang terasa begitu gelap. Waktu seolah-olah berhenti, keadaan menjadi sunyi, pandangannya kosong. Dunia seakan-akan telah berhenti dalam hitungan detik.

Tiga ...

Dua ...

Dan ...

"LANDAKK, AWASSS!!!"

BRAKK

BRUSHHH ...

"BARA!"

Dira terbangun dari tidurnya. Nafasnya ngos-ngosan dan tubuhnya terasa panas dingin.

Ia melihat ke atas nakas dimana terlihatlah sebuah jam weker yang sedang berbunyi nyaring. Mematikan jam tersebut dengan gesit, kemudian mengusap wajahnya frustasi.

"Mimpinya masih sama." Gumamnya.

Ia menatap kosong ke arah depan. Memikirkan sesosok laki-laki yang menjadi cinta pertamanya. Walaupun ia ditolak mentah-mentah, tapi itu tetaplah menyenangkan. Menatapnya dari jauh saja sudah membuat jantungnya berdetak tak karuan, apalagi jika menjadi pacarnya? Bisa jantungan ia lama-lama.

Sayangnya sosok cinta pertamanya itu kini entahlah ada dimana. Dira sama sekali tak tahu bagaimana kondisinya setelah kejadian tragis itu terjadi. Kejadian beberapa tahun lalu yang membuatnya harus berpisah dengan cinta pertamanya itu.

"Kamu dimana, Bara?"

BRAK!

"ANJING, MATI AJA LO, SONO!!"

224 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang