6. SIDANG

4 5 1
                                    

Sebelum baca, pastikan kalian sudah tekan vote dulu ya, teman-teman. Mwehehe ... ✨

H A A P Y R E A D I N G
🤗🤗

"LO BISA PELANAN DIKIT GAK, SIH?!"

Dira semakin mengencangkan pelukannya pada tubuh Aksa. Pasalnya, laki-laki itu saat ini tengah mengendarai motornya seolah-olah mempunyai banyak nyawa. Laju kencengnya bak seorang pembalap yang sedang terobsesi mencapai garis finish.

Bukannya memelankan laju motornya, Aksa malah semakin menarik pedal gasnya membuat Dira kelimpungan. Laki-laki itu diam-diam tertawa melihat wajah memelas Dira melalui kaca spionnya.

"KALO MAU COD SAMA MALAIKAT MAUT JANGAN AJAK GUE, AKSA! GUE MASIH SAYANG NYAWA!"

"ALLAHUAKBAR!!"

"INI ANAK BISAAN BANGET NGEJAILIN MALAIKAT PENCABUT NYAWA!"

"SA, NGUCAP! SADAR, SA! SADARRRR!!"

Tiba-tiba saja Dira teringat pada segala dosa-dosa yang telah ia perbuat selama ini. Dari mulai durhaka pada kedua orangtuanya karna sulit di atur, tidak sopan pada Abangnya, pernah maling mangga tetangga, hingga dosa karna telah menginjak banyak  semut pun ia ingat.

Jujur saja Dira masih belum siap jika harus mati sekarang. Dia tak rela melepaskan nyawanya pergi begitu saja hanya karna boncengan maut si Aksa sialan ini. Sumpah demi Upin Ipin punya rambut deh, Dira sekarang bener-bener takut, bahkan sedari tadi ia sama sekali tak berani membuka matanya.

"Tenang. Kalo mati tinggal dikubur. Gak punya lahan buat bikin liang lahatnya? itu dibelakang rumah gue masih luas." Aksa berucap dibalik helm full face nya, namun masih bisa didengar oleh Dira.

BUGH

"LO MAU NEBUS DOSA-DOSA GUE, HUH?!" Pukulan kencang Dira layangkan pada kepala Aksa yang terbungkus helm.

"Kalo ditebus juga gak bakal ilang tuh dosa, saking banyaknya." Ujar Aksa, lagi.

Dira menggeram tertahan. Wajahnya terlihat bergetar pertanda bahwa ia sedang menahan amarahnya. Seperti biasa, Dira selalu merapalkan mantranya ketika sedang menahan amarah.

Sabar, Dira.

Lo kan penyabar.

Anak baik.

Tahan aja, tahan.

Nanti kalo udah nyampe, LANGSUNG KUBURIN DI BELAKANG RUMAH!

"Pegangan yang bener. Pesawat jet siap meluncur ..."

Dira semakin memejamkan matanya. Ya tuhan, selain gaya bawa motornya yang gila, ternyata si Aksa nya juga emang gila.

"Nguennggg ... Ngenggg ... Ngengg ... Nguengg ..."

Suara itu berasal dari mulut Aksa. Macam seorang anak kecil yang sedang menaiki mobil-mobilan, laki-laki itu terus mengeluarkan suara tersebut tanpa henti. Suara yang menurut Dira sangat mengganggu. Rasanya saat ini Dira ingin langsung mati saja daripada harus menahan rasa takut sekaligus rasa trauma gara-gara Aksa.

Setelah menempuh perjalanan yang cukup panjang, akhirnya keduanya pun kini telah sampai di depan rumah dira. Rumah dua lantai dengan interior Eropa itu terlihat sederhana sekaligus nyaman jika di pandang di luar gerbang seperti ini.

"Turun." Titah Aksa karna Dira tak kunjung turun juga dari motornya.

Huh ... Hah ... Huh ... Hah ...

Deru nafas Dira terdengar tak beraturan. Wanita itu mengusap wajahnya secara kasar sebelum akhirnya ia mengangkat suaranya.

"Ba-badan gue masih gemetar, jing!" Sahutnya masih dengan nafas memburu. "Sabar dulu. Lelembutan gue belum pada kumpul kayaknya."

224 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang