Suamiku

1.7K 104 4
                                    


JANDA TUJUH KALI

by Indhie Khastoe

__________________________

Irama musik dangdut yang menghentak menggetarkan lantai panggung. Tabuhan gendang serta tiupan suling memenuhi udara malam.

Sebuah lagu dangdut berjudul 'Janda Tujuh Kali' didendangkan dengan suara genit mendesah-desah oleh biduan bertubuh bahenol dengan pakaian kurang bahan.

Tertipu aku tertipu
Dengan janji manismu
Janjimu bagai angin surga
Tapi semuanya dusta

Dulu aku kau sayang sayang
Terbuai aku seakan terbang melayang
Tapi kini engkau menghilang
Entah kemana

Kini aku sendiri lagi
Menjanda lagi janda tujuh kali
Kini aku sendiri lagi
Menjanda lagi janda tujuh kali
Wowowooo malu diri ini
Wowowooo jadi janda tujuh kali

Lampu sorot berukuran besar dari atas panggung berputar-putar ke segala penjuru. Menambah semarak arena joget di depannya.

Kerumunan penonton di bawah panggung tenggelam dalam euforia. Masing-masing ikut meneriakkan lirik lagu, terdengar lebih mirip racauan.

Sebagian besar penonton didominasi oleh kaum lelaki. Di antaranya terlihat mabuk. Joget mengamuk layaknya kesurupan hantu Leak. Semua tampak lupa diri. Lupa anak isteri yang menunggu di rumah. Lupa dosa. Hutang segunung pun mungkin terlupakan sejenak.

Susah payah tubuh ringkihku mencari celah agar bisa mencapai bibir panggung. Kedua tangan menyibak tubuh-tubuh yang menutupi jalanku. Pekat asap rokok bikin mata perih. Kecut keringat bercampur parfum murahan terpaksa kubaui. Udara penuh racun.

"Haloh penonton syemuaaahh, Syelamath mallaaamh!!!" sapa Sang Biduan nyaring oleh pengeras suara di tangannya.

Pinggul besar itu terus bergoyang mengikuti tepukan gendang. Suaranya terdengar tersengal. Atau ... mendesah?

"Malaaam ...." koor para penonton menjawab sapanya dengan antusias.

"Penonton yangh di pojok kirih manah suaranyaaaah?!" Perempuan penghibur itu memprovokasi penonton agar kian bersemangat.

Teriakan riuh penonton pun menyahut lagi. Sebagian bertepuk tangan girang.

"Yangh dih pojok kanan lebih semangat dooong darih yang kiriiih!!!" pintanya lagi.

Kembali teriakan serta tepuk tangan riuh menyambut kalimat yang terlontar dari bibir bergincu menyala itu. Dia berhasil menghipnotis semua orang mengikuti semua perintahnya.

Dari jarak puluhan meter aku terus mengawasi mereka yang berada di atas panggung.  Benturan tubuh orang-orang yang berjoget maju mundur kadang membuatku sampai terhuyung.

Mataku menatap nyalang pada lelaki yang menempeli si Biduan. Darah terasa berkumpul di kepala. Mendidih, menggelegak.

Adegan di atas panggung sangat menguras emosi. Mencabik-cabik jiwa. Cukup sudah aku menahan diri. Kesabaran ini ada batasnya.

Bang Kemal suamiku ada di atas sana. Menggoyang-goyangkan pinggul dan bahunya di samping biduan bertubuh bahenol. Mata buaya itu tampak bernafsu seakan ingin menelan si perempuan binal.

Satu tangan Bang Kemal memegangi lembaran uang siap untuk menyawer ke dalam kutang perempuan busuk bernama Shela. Lagaknya dia laki-laki berduit. Padahal ... fuih!

Itu hasil keringatku seminggu jadi buruh cuci di rumah Buk Linda. Tega-teganya dia hamburkan uangku untuk hal tak berguna.

"Aghh!!" Aku menjerit.

JANDA TUJUH KALI Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang