Studytour

25 4 0
                                    

Studytour dianggap menyenangkan bagi sebagian besar pelajar, karena saat inilah mereka dapat merasakan liburan keluar kota bahkan keluar negeri yang belum tentu dirasakannya dikemudian hari. Begitupun bagiku Perjalanannya sangat menyenangkan dan dua kali lipat lebih berkesan dibandingkan teman lain.

23 Maret 2018

Setelah berkumpulnya seluruh siswa. Para guru memberikan beberapa nasihat, serta mengabsen dan menginformasikan mengenai pembagian bus dan tempat duduk.

"Bus 4, kan? Woah Rogi," ujarku.

"Rogi?" tanya Yujin, teman dekatku.

"Bus hijau, kamu engga akan kenal. Ayo kita di kursi depan ya? 3 dan 4?" ujarku.

"Benar, di belakang sopir."

Perjalanan yang nyaman. Bis dilengkapi dengan fasilitas yang luar biasa lengkap. Keadaan hening menjadi poin tambahnya karena perjalanan malam dan kebanyakan memilih untuk beristirahat. Belum lagi pemandangan malam yang indah, dengan jalur yang dilewati sungai, sawah dan hutan.

Menjadi sebuah kebiasaan. Mungkin kewajiban untuk berhenti di salah satu tempat pengisian bensin. Bukan hanya mengisi bahan bakar, pemberhentian ini juga untuk beristirahat dan tidak sedikit yang mampir ke toilet. Aku salah satunya.

"Yujin, Bangun! Temani aku ke toilet," titahku.

Setelah melakukan beberapa hal untuk membangunkannya. Akhirnya Ia bangun dengan nyawa yang mungkin belum terkumpul. Langkahnya mengikutiku, hingga sampai di depan toilet.

Setelah urusanku selesai. Aku bergegas keluar. Yujin menyandarkan tubuhnya pada dinding bilik toilet, dengan keadaan yang mengantuk. Salahku terburu-buru dan melupakan izin. Kini kami terdampar di teras toilet, menunggu bus putar arah.

Aku sudah berusaha menghubungi guru pendamping. Namun, sialnya baterai ponselku habis. Yujin yang tadi dalam keadaan mengantuk melupakan ponselnya yang ada dalam tas.

Tidak lama seseorang dari bilik toilet pria menghampiri. Pemuda seusai yang mungkin tidak jauh dari kami. Ia bertanya dengan pertanyaan–

"Permisi, lihat mobil rombongan dari Cirebon? Yang tadi berhenti di sini?"

Kami yang juga ketinggalan bus hanya menghela nafas dan menatap jengkel, "Kami juga ketinggalan bus."

"Kalian dari SMA 365 Cirebon?" tanyanya.

"Hubungi busmu. Ponselku habis baterai, ponselnya tertinggal," saranku

"Mana bisa. Aku saja ke toilet cuma bahwa diri," jawabnya.

Pupus sudah harapan terkahirku. Tinggal menunggu mereka yang di bus menyadari kehilangan kami bertiga dan berputar arah. Namun, duduk kosong tanpa obrolan membuat kami yang mengantuk makin ngantuk.

"Mau ikut? Aku mau ke warung," ajak pemuda tadi.

Mau tidak mau aku dan Alin ikut. Walau bagaimanapun kami ini perempuan, dan hanya pemuda di depanlah yang kami percayai. Setidaknya untuk saat ini.

Nasib sial lagi bagi mereka. Segerombolan pemuda mengejarnya. Menggiring mereka ke tempat sepi, dan melancarkan aksinya.

"Gimana ini?" tanya Yujin panik.

"Tenang, aku bisa bela diri. Semoga bisa bermanfaat setidaknya untuk bertahan sekarang," jawab pemuda tersebut.

Gir motor mereka layangkan. Kami sebisa mungkin menghindar. Tanpa berniat untuk menyerang balik.

Sampai habisnya tidak ada yang mengenai kami. Sepertinya mereka baru mencoba hal ini. Terlihat dari kematangan dan kesiapannya yang minim. Mereka berusaha menyerang kami dengan senjata baru, yaitu dengan sebuah sabit.

Kisah JTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang