Kegiatan rutin saat akhir pekan adalah berburu kopi, di kedai-kedai yang belum pernah dikunjungi. hari ini ada pembukaan kedai kopi baru di dekat sekolah. Sudah pasti aku segera mengunjungi. Tepat pukul 9 aku bergegas ke sana.
Seperti pembukaan toko pada umumnya. Kedai kopi ini ramai pengunjung. Satu yang menyita perhatianku, seorang pria berbaju ungu. Entah berapa kalinya aku bertemu. Setiap pembukaan kedai kopi ataupun kafe baru, aku selalu bertemu dengannya.
Pertemuan pertama dia menggunakan baju ungu, persis seperti yang dipakainya saat ini. Selanjutnya entah itu topi, celana ataupun aksesorisnya selalu saja ada yang berwarna ungu.
Aku terbuat kagum dengan dia, dengan percaya dirinya menggunakan warna ungu. Ketika sebagian pria menganggap bahwa warna ungu adalah warna feminim, seperti merah muda.
"Permisi, boleh ikut bergabung?" tanyanya.
"Boleh, Ramai ya, kak. Baru pembukaan," ujarku
"Iya benar. Ngomong-ngomong saya pernah sesekali melihatmu di kedai kopi, atau mungkin di setiap kedai baru?" tanyanya.
"Benar, saya sering berkunjung ke kedai kopi ataupun kafe yang baru buka. Yang masih bisa dijangkau, si," jawabku.
"Pecinta kopi, nih?" godanya.
"Hahaha, bukan. Cuma penasaran aja sama rasanya. Kadang berbeda di setiap toko," jawabku
"Benar, di sini lumayan enak. Cuma kopinya kurang begitu terasa," ujarnya.
"Iya, kurang kuat buat ukuran pure Kopi seperti punyaku," jawabku.
"Kopi hitam?" tanyanya.
"Iya, yang robusta tanpa gula," jawabku.
"Saya juga yang robusta, tapi dengan gula, extra pula," jawabnya.
Keheningan menyelimuti kami. Ya, apa yang diharapkan dari perkenalan pertama?
"Penampilanmu menyita perhatianku. Full ungu cantik juga," ujarnya membuka obrolan kembali.
Memang aku selalu menggunakan pakaian full ungu, karena di lemari hanya beberapa yang berwarna lain. Bahkan rumah yang aku miliki di sini juga berwarna ungu, pun dengan furnitur di dalamnya.
"Kamu juga selalu menggunakan warna ungu. Jarang sekali pria menggunakan warna ungu karena banyak yang menganggap ungu itu warna feminim," ujarku.
"Cantik dan elegan. Keren pokoknya warna ungu, tuh. Para bangsawan keluarga istana dulu saja berpakaian berwarna ungu. Katanya ungu itu warna bangsawan," ujarnya.
"Iya kan? Saya juga berpikir seperti itu, warna itu tidak bergender," ujarku.
"Eh iya ada kedai kopi denger denger si kopinya mantep. Di deket universitas, suda pernah coba?" tanyanya.
"Oh di sana. Iya kopinya nendang banget. Harus coba pokoknya, setiap akhir pekan saya ke sana kalau engga ada yang perlu dikunjungi," ujarku.
"Harus coba ini, akhir pekan selanjutnya, mau ke sana bareng?" ajaknya.
"Boleh, jam 10 kayanya pas seperti sekarang," saranku.
"Ok deh. Eh, sudah cukup lama kita ngobrol ya. Saya ada urusan setelah ini. Permisi duluan ya, sampai jumpa lagi," pamitnyanya.
"Ya, sampai jumpa. Hati-hati di jalan–" sebelum dia menjauh, baru teringat satu hal, "eh, maaf. Boleh minta nomornya? Buat berkabar barangkali ada suatu halangan di akhir pekan depan," lanjutku.
"Iya sampai lupa. Ini, ketik saja, nanti saya hubungi," ujarnya.
"Kita belum berkenalan ngomong-ngomong," ujarku.
![](https://img.wattpad.com/cover/310653437-288-k416871.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Kisah J
Fanfickumpulan cerita pendek dari Park Jihoon treasure 1. He is Him 2. J? 3. Pacaran 4. Yaksok 5. Single For Life 6. Studytour 7. Sepak bola 8. Kopi ungu 9. Jodoh Park Jihoon treasure fanfiction