○♡.Happy Reading, Readers.♡○
***
Sinar mentari yang menyanyat pori-pori. Merambat lurus dan menembus korden kamar kecil milik mereka.
"Whoaaam!" [Name] menguap sambil meregangkan tangannya yang panjang.
Bugh!
Tangan [Name] tanpa sadar telah menyentak sesuatu. Membuat seseorang mengerang kesakitan karena ulahnya. [Name] terkejut dan segera mengelus-elus bagian yang disentakkannya.
Seorang lelaki mungil bersurai oranye segar sedang terlelap disamping [Name]. Wajah tidurnya sangat imut sehingga [Name] ingin sekali menggigitnya.
[Name] terkikik pelan menyaksikan wajah tidur itu dan memandangnya lekat-lekat.
"Untung saja kau suamiku sekarang. Hihi!" [Name] memainkan rambut halus berwarna oranye itu. Dengan senyum cerah diwajahnya.
"Ngh?" Lelaki yang dimainkan [Name] layaknya boneka itu perlahan membuka kelopak matanya.
"Apa yang kau lakukan, [Name]?" Tanya Hinata Shoyo dengan suara serak baru bangunnya.
Karena takut Hinata terbangun lebih lanjut dan menangkapnya, [Name] diam-diam beranjak dari kasur.
Namun na'as. Pemikiran [Name] 1000% salah. Hinata sudah terlanjur terbangun karena ulahnya. Kini, lengan [Name] ditarik oleh Hinata. Mencegah [Name] yang hendak kabur.
"Kenapa mau kabur, [Name]?" Tanya Hinata, menempelkan lengan [Name] ke bibirnya. Menciumnya sesekali.
[Name] gelagapan. Rasanya ada yang menggelitik perutnya. Wajahnya merona karena kelakuan Hinata yang tidak sepatutnya dilakukan ketika matahari baru saja muncul ke peradaban.
"Lepaskan, Hinata-kun. Aku mau mandi. Kau juga bersiap-siaplah berangkat sekolah." Ujar [Name], masih dengan paras yang merona.
Hinata menarik diri kesamping [Name] dengan menggeser tubuhnya. Membuatnya memeluk pinggang [Name] yang hendak beranjak itu.
"Tidak mau~! Kau bahkan tidak mengucapkan namaku dengan benar!" Rengek Hinata. Menenggelamkan wajahnya kedalam pelukannya di pinggang [Name].
[Name] hendak membantah. Tetapi hati nuraninya sedang berteriak-teriak karena kegemasan suaminya.
"Ayo mandi, Sho-chan.." Ujar [Name] sembari perlahan membuat Hinata melepaskan rengkuhannya.
Hinata sontak mengangkat tubuhnya cepat-cepat. Memasang wajah berseri-serinya.
"Mandi bersama?" Tanyanya dengan lantang. Membuat mulut [Name] membulat membentuk O.
[Name] sudah berada dibatas dia menahan malunya. Wajahnya merah padam. Telinganya sudah geli sekali.
"T-tidak mungkin! Cepat mandi sana!" Pintah [Name].
Ekspresi Hinata langsung berubah drastis. Membuat bibirnya runcing kedepan.
"Ah~ Kenapa malu sih? Tadi malam 'kan kita sudah-"
"Hinata Shoyo-san! Mandi!"
***
"[Name], aku tidak mau pura-pura tidak mengenalmu di sekolah!" Hinata merengek setelah [Name] menghidangkan sarapan dihadapannya.
Membuat [Name] menghela nafas panjang.
"Ini demi kau dan aku, Sho-chan."
Setelah kami menyelesaikan sarapan. Hinata menyiapkan sepedanya. Menepuk-nepuk rack yang berada di belakang sadel utama. Tempat yang dimana seharusnya menaruh barang, [Name] duduk disitu. Dibonceng oleh Hinata tentunya.
"[Name], sudah siap?" Tanya Hinata, menoleh kebelakang.
[Name] mengangguk. "Iya."
Beberapa menit setelah menuruni gunung, Hinata menghentikan sepedanya. [Name] turun dari sepeda.
Itu adalah salah satu pencegahan agar tidak ada yang mengetahui hubungan Hinata dengan [Name].
"[Name].." Hinata memelas. Merasa tidak adil jika meninggalkan [Name] disana dan membiarkan [Name] jalan sampai ke sekolah.
[Name] meneriakkan kata menggemaskan berulang kali dalam hatinya. Melihat tingkah laku lelaki bersurai oranye didepannya.
[Name] mengelus-elus rambut oranye Hinata. Membuat wajah memelasnya tidak terlalu sedih lagi.
"Aku baik-baik saja kok, Sho-chan. 'Kan sepulang sekolah kita akan terus berada di rumah. Aku akan memasakkan masakan kesukaan Sho-chan jika sampai dirumah nanti."
"Kenapa tidak kau saja yang menjadi hidangannya?"
"Hinata Shoyo-san!"
Ah! dia berbeda sekali dari yang kulihat disekolah!
Batin [Name]– – –
— jangan lupa votenya, guys! —
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐀𝐍𝐎𝐓𝐇𝐄𝐑 𝐒𝐈𝐃𝐄 𝐎𝐅;𝐒𝐄𝐑𝐈𝐄𝐒 [𝐇.𝐒𝐇𝐎𝐘𝐎 𝐗 𝐑𝐄𝐀𝐃𝐄𝐑]
Fanfiction"(𝒏𝒂𝒎𝒆).. 𝒔𝒆𝒌𝒂𝒓𝒂𝒏𝒈 𝒌𝒊𝒕𝒂 𝒓𝒆𝒔𝒎𝒊 𝒎𝒆𝒏𝒋𝒂𝒅𝒊 𝒔𝒖𝒂𝒎𝒊 𝒊𝒔𝒕𝒓𝒊, '𝒌𝒂𝒏? 𝒂𝒚𝒐 𝒍𝒂𝒌𝒖𝒌𝒂𝒏 𝒊𝒕𝒖-" 「 ハイキュウ! 」 - 𝒽𝒶𝓇𝓊𝒾𝒸𝒽𝒾 𝒻𝓊𝓇𝓊𝒹𝒶𝓉ℯ -