4. Hormones‼️

9K 254 1
                                    


Brak!

Lelaki tampan yang sedang fokus membaca lembaran-lembaran ditangannya itu mendongakkan kepala, memandang heran sang istri yang terengah-engah seraya memandangnya dengan mata berair.

"JENO, AKU INGIN ES KRIM!"

Jeno melirik sekretarisnya yang hanya menggeleng panik, sebelum mundur perlahan dan keluar setelah diberi kode.

Dengan langkah tegasnya, Jeno menghampiri sang istri yang kini sudah terduduk dilantai memeluk lututnya sendiri ditemani isakan-isakan kecil.

"Hei sayang ... kenapa, hm?" tanya Jeno sedikit menunduk sembari mengelus kepala istrinya.

"Hiks ... a-aku ingin es krim, Jeno ...."

Jeno tersenyum, "Kau ingin es krim? kenapa tidak langsung beli dan malah datang ke sini?"

Dilihatnya sang istri mendongak dan memandang tajam dirinya dengan bibir bergetar, "Renjunie ingin es krim! hiks ... k-kenapa Jeno tidak mengerti?"

Renjun; lelaki manis itu kembali menunduk dan semakin memeluk erat lututnya dengan isakan yang bertambah keras.

Jeno hanya diam, menunggu apa yang akan istri mungilnya itu lakukan selanjutnya.

Dan tepat dugaan!

Renjun tiba-tiba berdiri, merentangkan kedua tangannya ke depan meminta gendong padanya.

"Daddy ... Renjun ingin es krim!"

Jeno terkekeh ringan, lalu merengkuh pinggang ramping Renjun dengan lembut.

"Ingin es krim, ya? ayo kita be- AKH!"

"Huum! aku ingin es krim yang dari sini, hehe." ujar Renjun sambil mengelus gundukan dibalik celana bahan sang suami.

"Shhh ... t-tapi bukankah dokter bilang-"

"Duduk! cepat duduk!" tak mendengarkan Jeno, Renjun langsung mendorong kasar tubuh suaminya itu keatas sofa.

Renjun tersenyum puas, lalu berjongkok diantara kedua kaki Jeno. Jari-jarinya dengan lihai membuka sabuk dan resleting celana suaminya, lalu mengeluarkan kejantanan besar itu dan mengocoknya perlahan hingga tegang sempurna.

"Ohhh ... shit!" umpat Jeno pelan. Lelaki tampan 26 tahun itu menyandarkan punggungnya disandaran sofa, sembari menggeram rendah.

"Hihihi ... selamat makan!!!" Renjun bertepuk tangan dengan riang, masih dengan posisi yang sama. Lalu ....

Hap!

"AHHH!!!" Jeno memejamkan matanya erat, lalu menunduk guna melihat Renjun yang mengemut kepala penisnya dan menggenggam batang penis miliknya.

Ia tersenyum kecil, mengelus kepala sang istri sebelum menggeram dan mengeluarkan spermanya kedalam mulut hangat Renjun.

Gluk!

Gluk!

Gluk!

Tiga kali tegukan, Renjun menelan sperma suaminya tanpa jijik. Ia menyeka bibirnya, sebelum berdiri dan melepaskan seluruh kain yang ada ditubuhnya.

"Suka dengan es krim vanilla mu, sayang?" tanya Jeno dengan tertawa pelan lalu membawa sang istri untuk duduk dipangkuannya.

"Suka! mau lagi boleh?" Jeno mengangguk, dan langsung melumat bibir Renjun dengan lembut.

"Mmphhh ...."

Tangan Jeno tak tinggal diam. Seluruh tubuh istrinya itu ia jelajahi, ia kecup mesra dadanya, tak lupa juga ia remas bongkahan pantat sang istri.

"Nghhh ... ah!"

Dua jari Jeno masuk kedalam lubang anal Renjun, menusuknya dalam hingga membuat Renjun mendesah keenakan.

"Ah! ah! emhhh ahhh ...."

Desahan merdu itu menggema diseluruh ruangan kerja milik Jeno, saat prostat Renjun berhasil ia temukan.

Dengan gerakan cepat ia menusuk lubang itu, menyentuh prostat didalamnya berkali-kali sampai Renjun memekik keras saat orgasme berhasil didapatnya.

"Eunghhh ... Jeno ...." lirih Renjun sembari menumpukan kepalanya dipundak Jeno.

"Tidurlah, kau pasti kelelahan." Renjun mengangguk, tak banyak merespon ucapan Jeno.

Sementara itu Jeno sibuk mengelus punggung Renjun, lalu membawa tubuh lelaki manis itu untuk ia tidurkan sebentar di sofa sementara ia membenarkan celananya.

"Dasar hormon orang hamil, ada-ada saja keinginannya." gumam Jeno sambil memakaikan pakaian Renjun kembali.

"Eung ... es krim itu enak! apalagi es krimnya Jeno, hihi!"

'Astaga ... apa orang hamil juga mengigau tidak jelas seperti ini?!'

Tentu saja tidak.

"Makin aneh saja, hm? padahal kau baru tiga bulan dirahim ibumu." ujar Jeno sembari mengelus perut istrinya yang sedikit menonjol itu.

"Huh? apa es krimnya Mark hyung juga enak, Chan-ah?"

Jeno tersenyum pahit mendengarnya.

'Tiga bulan saja sudah seperti ini, Bagaimana enam bulan ke depan? oh Tuhan ....'

END

Mature story18+Where stories live. Discover now