Pemuda manis bersurai hitam seleher itu memamerkan senyum miringnya, menatap dengan tatapan lapar sang guru yang sedang sibuk menjelaskan materi didepannya.'Dada bidang dibalik kemeja itu sungguh menggodaku!'
Kring!!!
"Baiklah anak-anak, pelajaran hari ini selesai. Silahkan keluar, dan selamat menikmati waktu istirahat kalian." guru muda tampan itu tersenyum, matanya menatap semua muridnya satu persatu.
Lee Jeno. Atau yang biasa dipanggil ssaem tampan oleh murid-muridnya.
Lelaki muda yang memang tampan, mempunyai badan kekar yang selalu terbalut kemeja setiap harinya. Rambut hitam yang senantiasa disisir rapi itu, juga telah menambah kesan sexy dimata para wanita maupun pria gay disekolah tempatnya mengajar.
Tak terkecuali, Huang Renjun.
Pria gay yang diakui pesona kecantikannya oleh semua warga sekolah. Banyak yang mengincarnya, namun selalu ditolak mentah-mentah oleh pemuda manis itu.
Karena sampai saat ini, dirinya hanya mendamba sang guru bukan yang lain.
"Huang Renjun? kenapa belum keluar?" Yang ditanya hanya tersenyum, lalu jari-jari cantiknya bergerak membuka satu kancing baju teratas miliknya.
Renjun berdiri dari duduknya, dan berjalan menghampiri Jeno yang duduk dimeja guru setelah membereskan buku-bukunya.
Tanpa aba-aba, Renjun mendudukkan dirinya diatas pangkuan Jeno, dan tangan nakalnya mulai mengelus dada bidang sang guru.
"A-apa yang kau lakukan? h-hei!" kedua tangan Jeno mencekal tangan Renjun yang semakin nakal didadanya.
"Shhh ... dada bidang dan perut berotot milikmu memang yang terbaik, ssaem ...."
Tangan yang semula sibuk mengelus dada bidang Jeno itu kini turun membelai otot perut Jeno, dan berhasil membuat Jeno memejamkan matanya menikmati permainan muridnya itu.
Dengan senyum miringnya, Renjun melirik Mata Jeno yang terpejam, lalu turun dari pangkuan sang guru.
Mata Jeno yang semula terpejam kini terbuka dengan tatapan sayunya menatap kecewa kearah muridnya.
"Kenapa dihentikan?" lirih Jeno.
Renjun tersenyum nakal, "Selamat menikmati hidangan pembuka mu ssaem ...."
Lalu dengan gerakan sensualnya, Renjun berjongkok diantara paha Jeno, dan membuka sabuk yang melilit di pinggang sang guru.
Jeno membiarkan muridnya itu bertindak sesukanya, dan ia lebih memilih mengamati kedua tangan yang dengan lihai membuka resleting celananya.
"Ahhh ... shhh ...." desah Jeno ketika miliknya berhasil digenggam oleh tangan Renjun.
"Wow! biarkan aku mengira-ngira dulu. Jika dilihat-lihat, ini panjangnya sekitar 19cm. Benarkan ssaem?" Renjun melirik keatas, melihat Jeno menggeleng dengan desisan yang senantiasa keluar dari bibirnya.
"20cm bukan 19cm. Seharusnya kau tahu itu," sela Jeno.
Renjun menyunggingkan senyumnya, lantas mulai mengecup pelan kepala penis Jeno dan meremasnya gemas.
"Uhhh f-fuck!!!" Jeno mendongakkan kepalanya dan mengumpat pelan.
"Bagaimana hidangan pembuka pertamamu, ssaem? mau hidangan pembuka kedua? baiklah."
Tanpa menunggu jawaban Jeno, Renjun langsung memasukkan penis besar itu kedalam mulutnya, dan menghisapnya dengan kuat.
'Kenapa makin hari makin besar?!'