B a b 2

18 2 0
                                    

"dari mana? Tante pikir kamu tidur di kamar"

Riana menatap heran Kineta yang baru masuk ke dalam apartemennya setelah tiga puluh menit yang lalu, William partner sex-nya pamit untuk pergi.

Keponakannya itu kini menatap jengkel Riana yang duduk santai tanpa bersalah sambil menonton acara kontes masak internasional masih dengan bathrobe dan rambut basahnya.

"telinga aku ternyata cukup renta dengan desahan tante"sindir Kineta yang memilih duduk disamping tantenya.

"benarkah? tante pikir Will juga mendesah" timpal Riana yang tidak senang dengan ungkapan Kineta, seolah hanya ia yang menikmati permainan sex-nya itu sendiri.

"Tante Ri, that not point! you told me if he just your friend" protes Kineta karena saat pria bernama Will itu datang, tantenya hanya mengatakan pria yang akan datang itu sebagai teman kerjanya.

Untungnya saat itu ia malas untuk keluar dari kamarnya dan tidak melihat perawakan Will. Karena bisa-bisa ia membenci pria itu.

"yeah he is my friend. My sex friend, little girl"jelas Riana membuat Kineta memutar kedua matanya dengan kesal.

"Stop calling me little girl. And soon, I will told mom if- "

"okay, so I will call your father now. And tell him if you here and don't wanna to meet your step mother early"potong Riana ringan namun penuh ancaman.

"you win" Riana tertawa keras Karena Kineta terlalu mudah dikalahkan dengan ancaman kecilnya. Gadis itu menghentakan kakinya kesal meninggalkan Riana yang masih dengan tawanya.

Keponakannya itu terlalu menyayangi kedua orangtuanya, Kineta memilih hidup dengan ibunya selama 10 tahun di Inggris hanya semata ia tahu jika ibunya lebih membutuhkan dirinya.

Kemudian setelah ibunya menikah kembali 5 tahun yang lalu dengan pria kebangsaan Amerika, Kineta akhirnya menyetujui ajakan ayahnya saat berkunjung ke Inggris, untuk kembali dan tinggal di Jakarta setelah menyelesaikan perkuliahan dan pekerjaannya. Hidup ibunya sudah lebih bahagia dengan suami dan putra kecilnya yang kini berusia 4 tahun. Dan Kineta merasa ia terlalu sulit untuk bergaul dengan ayah tirinya yang terlalu protectif terhadap ibu dan adik tirinya. Tapi melihat cinta diwajah ibunya Kineta ikut bahagia dan memilih untuk pergi.

Dan saat ini Kineta benci ancaman tantenya. Ia tidak ingin melihat wajah kecewa ayahnya, jika ayahnya tau ia kembali ke Indonesia lebih awal dari yang diketahui tanpa sepengetahuannya.

Kineta tidak tahu kapan ayahnya menikah lagi, yang Kineta tahu jika kini kedua orangtuaya sudah memiliki seseorang yang berbeda disamping keduanya. Dan itu masih membuatnya canggung dan tidak nyaman. Seolah tiada tempat untuknya bernaung dengan nyaman.

🍃

Room Coffee House café akhirnya kembali menjadi tempat tujuannya setelah pagi yang membosankan dengan tantenya. Tantenya terlalu cerewet untuk kebersihan apartemen di akhir weekend, dan itu menyebalkan untuknya. Beruntung ia sudah bertemu dengan Elma yang mau mendengar keluh kesahnya, meskipun mungkin sedikit mengganggu pekerjaannya.

Setelah memesan sebuah Iced coffee blend dan sepotong green tea cake, Kineta memilih duduk di tengah jendela yang menyuguhkan pemandangan jalan.

"bad weekend?" Elma duduk dihadapan Kineta. Hari ini ia shift siang jadi sebelum pekerjaannya dimulai ia masih memiliki waktu untuk menemani Kineta mengobrol.

"yup! Itu karena tante ku yang semakin cerewet. Usia sepertinya berbanding lurus dengan kemampuan mengomel"

"tante Riana pasti orang yang menyenangkan, aku jadi ingin ketemu tante Riana"

WE ARE BROKENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang