SEBUAH IMPIAN(╯︵╰)

23 9 4
                                    

"MENCARI KESENANGAN ADALAH
HAL YANG DI LAKUKAN OLEH
ORANG YANG TIDAK BAHAGIA"

..
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

"Keluar ngk lo, berani bgt ya loh dorong gw. " teriak Tasya mengendor-ngendor pintu bilik toilet Sheyna.

"Gw hitung sampe tiga. Kalo lo belum keluar juga,lo bakal terima lebih dari apa yang sering lo terima dari gw. " ancam Byanca dengan suara tenangnya.

"Satu," Hitung Tasya memulai.

...

"Dua, "lanjut Melyn,

...

"Tig--" Ucapan Byanca terpotong, melihat thanara keluar dari pintu itu dengan menunduk.

Dan dengan gerakan cepat, Tasya langsung menarik rambut nara kebelakang. Sehingga kepala narapun refleks mendongak keatas.

"T-tas lepasin, sakit tass"kelu nara meringis.

"Sakit Hmm?" Tanya Tasya emosi. sedangkan Byanca dan Melyn hanya menyilangkan tangannya di dada,
sembari bersandar santai di tembok toilet, menyenangkan fikirnya.

Nara hanya mengangguk-angguk menahan tangis.

"Lepas!" Maju Byanca berbicara. Jangan lupakan tangannya yang masih menyilang di dadanya.

Tasya pun melepas tangannya dari rambut thanara dengan kasar.

"Pasti ini sakit yah? Sanss ajalah tass jangan kasar- kasar ih, kasian temen kita nih."ucap Byanca di lembut-lembutkan, sembari mengusap pelan bahu nara. Sedangkan Nara, ia terus saja menunduk bahkan air matanya sudah tidak bisa lagi ia tahan.

" Kenapa? "Tanya Nara dengan suara purau nya, sebab sedang menangis.

"Apa yang kenapa sayang? " lembut Byanca, yang masih memegang bahu Nara.

"Jika memang aku bukan level kalian, lalu mengapa kalian selalu bersamaku?"ucap Nara takut-takut dengan menunduk.

" Hah? Maksud loh apa!?"emosi Melyn,ingin mendekati Nara tetapi terhalang oleh tangan Byanca yang ia angkat ke udara. pertanda stop disana.

"Mau tau kenapa hmm?" lembut Byanca, sambil mengusap -usap kedua bahu Nara.

"Karena lo, itu SAMPAH" tekan Byanca di akhir kalimatnya. Sedangkan Melyn dan Tasya tertawa sinis memandang Thanara yang sedang menunduk takut di depan Byanca.

"Dan sampah ngk pantas berada di sekolah ini, mengerti? Atau masih belum paham? " Lanjut Byanca, yang masih memegang pundak Nara.

"Apa karena itu? Kalian membenciku? aku bahkan bukan saingan kalian, lalu kenapa kalian merasa tersaingi? " Ucap Thanara memandang Byanca, dengan air matanya yang terus mengalir.

"Hello. kita merasa tersaingi? Ngaca lo bitch, lo bahkan ngk sebanding dengan kita walau satu persen sekalipun." sinis Tasya memandang jijik Nara.

"Cih.tersaingi kata dia gys, jijik gw dengernya." Lanjut Melyn terkekeh sinis.

"Bukan sayang. Kita ngk merasa tersaingi. ngk mungin, lo bukan tandingan kita. lo itu cuman mainan, Ya mainan kita. " ucap Byanca lembut, yang masih terus memegang pundak  Thanara.

RESETTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang