Part 2

837 51 1
                                        

Malam harinya Bima, Rasya dan baby Azam berkumpul di ruang keluarga. Bima terlihat sibuk memindah-mindahkan siaran tv. Sedangkan Rasya lebih memilih berceloteh dengan Azam sambil menepuk-nepuk bokongnya. Seperti biasa Azam pun terlihat senang dengan perlakuan Rasya.

"Sya besok kan weekend, udah lama juga kita ga keluar. Gimana kalo besok kita bertiga jalan-jalan." Rasya menoleh ke arah Bima yang masih asik dengan remotnya.

"Mau jalan kemana mas ?." Tanya si manis. Bima terlihat sedang berpikir sebelum balas menatap Rasya.

"Mas juga belum kepikiran mau kemana, mungkin kamu ada ide ? Atau ada tempat yang pengen kamu datangin." Sekarang Rasya yang terlihat berpikir. Sejujurnya dia ga begitu pengen keluar untuk sekedar jalan-jalan, menurutnya menghabiskan waktu di rumah bersama Azam pun sudah cukup menghiburnya.

"Mmm.. gimana kalo besok kita ke rumah mama Ira, mama bilang dia kangen sama Azam sih mas. Terus aku mau ke supermarket dekat rumah mama, mau beli keperluan dapur sama beberapa barang Azam yang habis. Nanti kita bisa nitip Azam di rumah mama selagi belanja, lagian kan ga baik bawa bayi seumuran Azam keluar ruangan terlalu lama."

Bima mengangguk setuju. Sudah lama juga dia tidak bertemu mama mertuanya.

"Hmm boleh juga. Ya udah besok pagi kita berangkat ke rumah mama, mas juga udah lama ga berkunjung."

Setelah itu keduanya terlarut dalam perbincangan ringan di selingi dengan gurauan yang kadang Bima lontarkan. Posisi mereka pun berubah menjadi Rasya yang berbaring bersama Azam di lantai yang sudah di alasi permadani tebal. Di situ juga sudah ada kasur dan bantal untuk Azam tidur. Sedangkan Bima duduk sambil bersandar di sofa. Mereka berdua berbincang sambil menonton acara tv.

Sesekali Rasya melihat ke arah Azam yang sudah terlelap, tapi sepertinya tidak terganggu dengan suaranya maupun suara tv. Si bayi kelihatan nyenyak dalam tidurnya, melihat wajah damainya membuat Rasya ikut tersenyum antara sedih sekaligus gemas. Dia selalu merasa kasian melihat bayi sekecil Azam sudah harus kehilangan sosok ibu. Apa lagi Azam adalah keponakannya. Itu yang membuat Rasya merasa harus berjuang sepenuh hati untuk menjaga dan menyayangi Azam.

"Hei kamu kenapa nangis sya. Astaga pantesan mas ajak ngomong kamu ga jawab. Ada apa sya, cerita sama mas kalo ada masalah." Sentuhan tangan Bima di bahunya menyadarkan Rasya.

"Ehh aku nangis ya..?." Ujarnya pelan, sambil mengarahkan sebelah tangan untuk menghapus air matanya, pipinya basah jadi bener dia ngelamun sampe nangis begini. Di hadapan Bima dan juga Azam. Huh memalukan sekali pikirnya.

"Hehe aku.. aku gapapa kok mas, aku cuma tiba-tiba kepikiran sesuatu aja." Bima yang merasa ga puas sama jawaban Rasya pun tiba-tiba meraih dagu si manis untuk menghadap dirinya, entah dia refleks melakukan ini. Dan Rasya pun sedikit terkejut, dia mengerjab bingung.

"Jangan bohong sya, mas mau antara kita berdua ga ada yang di sembunyiin. Maksudnya kalo emang kamu ada masalah ceritain ke mas, siapa tau mas bisa bantu." Rasya menggigit bibir bawahnya pelan, di tanya selembut itu sama Bima justru bikin matanya kembali memanas, hatinya berdenyut sakit dan dalam sekejap air mata kembali mengalir di wajah manisnya, kali ini di iringi isakan pelan.

Tentu saja Bima makin panik, dia langsung berpindah posisi ke sebelah Rasya supaya posisinya tidak mengganggu Azam. Lalu tangannya menarik Rasya ke dalam pelukannya. Dia gatau apa yang harus di lakukan, dulu kalo dirinya berantem dan membuat alm istrinya menangis hal yang paling ampuh untuk meredakannya ya dengan memeluknya begini. Rasya sendiri mengeluarkan tangisannya di dada bidang iparnya itu.

"Mas.. ak..aku hiks.. aku kangen mba Amel." Seperti ada yang menusuk dada Bima saat mendengar ucapan lirih Rasya barusan. Jadi ini alasan adik iparnya menangis. Dia teringat alm kakaknya.

Because Of Your LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang