Part 3

729 44 4
                                    

Pagi ini Rasya terbangun lebih awal, jam menunjukkan pukul 05:30. Cuaca di luar sepertinya sudah lebih baik dari tadi malam, hanya menyisakan hawa dingin dan udara yang terasa lembab. Lampu rumah juga sudah kembali menyala.

Rasya melirik ke arah Azam yang tidur miring menghadap Bima, Bima juga masih tidur nyenyak. Di benarkannya posisi tidur Azam menjadi lurus terlentang. Kemudian Rasya yang melihat tangan Bima di dekat tubuh Azam pun berniat agak menjauhkannya, takut-takut tangan kekar itu malah menghantam tubuh mungil Azam.

Tapi saat Rasya berusaha menggeser tangan Bima tiba-tiba jemari lentiknya di genggam erat oleh tangan besar Bima. Tangan Rasya seolah tenggelam dalam genggaman Bima saat ini.

Rasya merasakan dadanya berdesir lembut, rasanya begitu hangat. Tapi kemudian segera di tepisnya perasaan itu, Rasya menarik tangannya dengan perlahan sebelum meninggalkan kedua anak dan ayah itu di kamarnya.

"Kamu kenapa sih sya, selalu aja ngerasa berdebar tiap ga sengaja bertatapan atau sentuhan kaya gitu sama mas Bima. Perasaan apa ini sebenarnya ? Jangan bikin hubungan kamu sama mas Bima jadi canggung cuma gara-gara perasaan aneh mu itu Rasya.. !!" Sambil mulai membuatkan sarapan untuk dia dan Bima di dapur, Rasya merutuki sikap anehnya akhir-akhir ini.

Entah kenapa dia ngerasa perasaannya ini berbeda dari beberapa bulan yang lalu. Rasya sering merasa salah tingkah seolah Bima adalah orang yang di sukainya. Astaga apa di gila ? Itu tidak akan mungkin terjadi bukan. Dia dan Bima sama-sama lelaki. Status mereka pun adik dan kakak ipar. Ya meskipun Rasya belum pernah berpacaran, tapi dia yakin dia masih normal. Ga mungkin dia suka sama cowok. Apa lagi kakak iparnya sendiri. Meskipun Bima saat ini telah menduda.

Rasya takut dengan perasaannya sendiri, jika benar mulai tumbuh rasa suka di hatinya bukankah itu sebuah petaka untuk dia, Bima dan yang paling penting adalah Azam. Mba Amel di atas sana pasti benci sama dia kalau sampai hal itu terjadi. Belum lagi orang tuanya, orang tua Bima. Bahkan Bima sendiri pasti akan membenci dan menjauhinya.

Bila sampai itu terjadi bukan tidak mungkin keluarganya akan menjauhkannya dari Azam. Tidak. Rasya sudah berjanji akan menjadi sosok yang selalu menemani, merawat dan menyayangi Azam. Dia tidak bisa jauh dari anak itu. Selain karna Azam adalah anak dari kakaknya, Rasya juga merasa dirinya sangat amat menyayangi Azam.

Ctak

"Arghh.. astaga darah." Sepertinya Rasya terlalu asik bergelut dengan pikirannya sampai pisau yang harusnya mengiris sayur malah jadi mengiris ujung jari telunjuknya. Dia meringis pelan merasakan perih di jarinya.

Cup

"Ehh.. ? J..jangan mas itu jorok, Rasya siram pake air aja gapapa." Rasya makin panik ketika tiba-tiba jarinya berpindah ke dalam mulut Bima. Kakak iparnya itu menghisap darah yang keluar dari jarinya.

"Kamu itu kalau masak pikirannya jangan di tinggal dong sya. Ini untung cuma ke gores ujungnya, gimana kalau jari tangan kamu sampe putus." Sambil menyindir Rasya, Bima mengambil kotak p3k di bagian atas kitchen setnya. Di balutnya jari telunjuk Rasya dengan handsaplas.

"Makasih mas Bima.." Rasya berucap lirih sambil menarik tangannya dari genggaman Bima. Dia ga berani natap wajah tampan itu. Perasaannya masih semrawut dan dia sudah di kejutkan dengan kedatangan penyebab utama kenapa dia ngelamun.

Terlebih perlakuan Bima barusan justru bikin Rasya makin deg degan. Astaga apa benar dia menyukai kakak iparnya ini ? Bagaimana mungkin perasaan ini bisa tumbuh di hatinya. Sebisa mungkin kamu harus menghilangkan perasaanmu ini Rasya.!!

"Kamu mau masak apa biar mas bantu sini." Bima yang kurang peka sama tingkah Rasya justru menawarkan bantuan. Dengan cepat si manis menggeleng.

"Ga usah mas ga usah. Rasya masih bisa sendiri kok. Mas Bima ke atas aja, kasian nanti kalau Azam ke bangun dan ga ada yang jaga. Azam tidur di kasur aku loh mas buk-"

Because Of Your LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang