Part 4

922 60 20
                                    

Siang ini tepat pukul 02:30 Rasya dan Bima sampai di supermarket dekat rumah keluarga Rasya.

Rasya sengaja menitipkan Azam kepada mamanya, dan beliau pun merasa tidak keberatan. Apa lagi cucunya itu tergolong bayi yang anteng, saat di tinggal pun tadi Azam sedang tidur.

"Sini deh trollynya biar mas yang bawa, kamu fokus aja nyari barang yang mau kamu beli sya." Ujar Bima sambil mengambil alih trolly yang di dorong Rasya, keduanya jalan beriringan di rak kebutuhan dapur.

Setelah cukup lama tinggal bersama Rasya, Bima tau iparnya ini bukan tipe orang yang boros, beberapa kali Bima menemani Rasya berbelanja seperti ini dan pemuda manis itu selalu hati-hati dalam mengambil barang, dia tidak serta merta memasukan apapun semaunya. Bahkan Rasya pernah mau membayar belanjaan mereka, tentu saja langsung di tolak Bima. Meskipun keduanya sama-sama bekerja, tapi Bima merasa bahwa semua kebutuhan rumah adalah tanggung jawabnya. Dia pernah memberikan Rasya uang bulanan tapi yang terjadi justru penolakan dari pemuda manis itu. Dia merasa tidak enak hati tentu saja.

Saat sedang asik menemani Rasya tiba-tiba hp Bima berdering.

"Sya bentar ya mas mau angkat telfon dulu." Ujar Bima

"Oh iya mas gapapa, sini biar gantian aku yang dorong, ini juga udah kok tinggal ke bagian susu sama sabun bayi buat Azam." Setelah itu Rasya meninggalkan Bima untuk mencari barang yang disebutkannya tadi.

Saat sedang memilih, tiba-tiba ada sosok kecil yang menubruk tubuh Rasya dari samping, kedua kaki jenjangnya di dekap erat.

"Dokter Cantik.." pekik suara gadis kecil yang memeluknya itu, saat keduanya bertatapan baru si pemuda manis tersenyum dan jari lentiknya mengelus rambut anak itu.

"Halo sayang.. Riri kok bisa tiba-tiba ada di sini ? sama siapa hmm.." Gadis kecil yang di panggil Riri itu tersenyum manis. Dia menarik tangan Rasya untuk berjongkok agar menyamakan tingginya.

"Riri ke sini sama-"

"Sama aku sya." Belum selesai gadis itu menjawab sudah di potong dengan suara berat milik pemuda tampan di sebelahnya.

"Mas Reyhan." Pemuda itu namanya Reyhan, rekan kerja Rasya sesama dokter. Dan gadis bernama Riri itu keponakannya.

"Tadi aku sama Riri lagi jalan-jalan terus mampir ke sini eh gataunya malah ketemu kamu sya. Mana langsung lari lagi anak ini." Ujar Reyhan sambil mencubit pipi gadis kecil yang masih bergelayut di dekat Rasya.

"Riri ga sengaja liat ada Dokter Cantik, ya udah Riri samperin deh. Dokter, Riri kangen loh.." Ujar Riri sambil memandangi wajah manis Rasya. Gadis ini memang sudah akrab dengannya semenjak Rasya kenal dengan Reyhan. Reyhan sendiri dulu kakak tingkat di kampusnya Rasya.

"Aku juga kangen sama Riri.. Tapi kenapa Riri masih aja manggil kak Rasya Dokter Cantik sih, kan udah di bilangin, cantik itu bukan untuk cowok tapi untuk cewek kyk Riri contohnya." Si gadis kecil menggeleng, di tariknya kedua pipi putih Rasya dengan jari kecilnya.

"No.. menurut Riri Dokter Rasya itu cantik. Sangat cantik. Nanti kalau Riri sudah besar Riri mau kayak Dokter, biar bisa di sukai sama cowok ganteng kayak Om Re- mptttt." Dengan cepat Reyhan membungkam bibir mungil itu. Dasar keponakan tidak tau diri, hampir saja dia mempermalukannya di hadapan Rasya. Rasya sendiri menggeleng melihat tingkah keduanya.

"Heh bocil bisa diam gak sih, nyesel Om Rey ngajak kamu jalan-jalan. Sya maaf ya udah ganggu waktumu, mmm aku duluan." Setelah itu Rey langsung menggendong Riri dan membawanya pergi meskipun anak itu sepertinya masih pengen ngobrol sama Rasya.

"Ponakan sama Om ada-ada aja kelakuannya, ntar aku sama Azam gitu juga gak ya ? Eh astaga, mas Bima pasti udah nunggu lama." Buru-buru si manis menyelesaikan belanjaannya dan kembali ke tempat terakhir dia meninggalkan Bima.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 31, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Because Of Your LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang