“lee heeseung?”
merasa namanya dipanggil, heeseung menoleh ke belakang, ke arah dimana suara itu berasal. yang dia lihat adalah seseorang berlari ke arahnya, lelaki tinggi yang parasnya benar-benar asing. selama beberapa detik heeseung mencoba memutar memori andai kata memang dia pernah bertemu orang ini. namun nihil, heeseung masih belum bisa mengenalnya.
“bener lee heeseung?”
heeseung menatap datar, kemudian mengangguk. kebiasaan jeleknya terhadap orang asing, ga bisa menunjukkan wajah yang seramah mungkin. “lo siapa ya?”
berbeda dengan heeseung, lelaki bersurai coklat itu memberikan senyum tipis, tipis sekali tapi heeseung masih bisa menyadarinya. tanpa langsung menjawab pertanyaan heeseung, lelaki itu justru memberikan pertanyaan balik.
“lo kenal sunghoon kan? park sunghoon?” ucapnya.
heeseung mengangguk lagi, “kenal” ucapnya dengan mata yang ga berhenti mengawasi perawakan di depannya.
ga lama, mata heeseung manangkan bahkan lelaki itu membawa paper bag cukup besar berwarna coklat. belum sempat heeseung menebak, orang itu terlebih dahulu menyodorkan paper bag itu ke arah heeseung.
“gua mau minta tolong kasih ini ke sunghoon”
heeseung terdiam sesaat, ga langsung mengambil pemberian orang itu. “kenapa ga lo kasih sendiri?” tanya heeseung.
“dia kan sakit, gua gatau rumahnya juga. kalo lo kan sering ke rumahnya” jawabnya, masih dengan tangan yang menyodorkan paper bag ke arah heeseung.
mendengar itu, alis heeseung mengkerut. orang ini, sedikit aneh menurutnya. mulai dari dia saat menghampiri heeseung dengan niat memberikan benda apa lah ini, padahal dia bisa saja memberikan benda itu di lain waktu dimana sunghoon sudah sembuh.
kemudian satu lagi—
“lo tau dari mana gua sering ke rumahnya?” heeseung kembali bertanya. karena demi tuhan, dia ga akan menerima benda itu kalau identitas dari orang di depannya ini belum jelas.
lelaki itu tertawa sesaat, sangat amat menyadari kalau heeseung ga menyambut pertemuan ini dengan begitu baik. bukan tawa yang terdengar jahat atau apa, bukan, benar-benar tawa yang terdengar murni untuk mencairkan suasana.
“dia nitip barang ini hari ini, bener-bener hari ini.” jelas lelaki itu. ada jeda sebentar sebelum lelaki itu kembali berucap, “dan soal gua bisa tau lo sering ke rumahnya, itu satu fakultas udah tau seung”
heeseung ga terkejut, justru wajar karena mereka berdua memang kemana-mana selalu berdua, kedekatannya udah ga asing jadi pemandangan fakultas.
“yaudah gua nitip ya, oh iya bilang aja dari minho. makasih seung!” ucap lelaki itu.
kini sunghoon tau, namanya minho. nama yang benar-benar familiar di kepala namun tidak dengan parasnya.
heeseung ga merespon, membiarkan lelaki bersurai coklat bernama minho itu berlari meninggalkannya di koridor gedung fakultas. namun, mata heeseung masih belum bisa terlepas dari sosok lelaki itu sampai akhirnya minho benar-benar hilang dari pandangannya.
ga lama setelah itu, terdapat suara langkah di belakangnya, berjalan ke arahnya. tanpa ditanya, heeseung sudah tau itu siapa.
“hoi!”
membalikkan badan, mendapati sosok yang tepat sesuai dengan pikirannya. “napa jay?”
“lo udah ditunggu anak-anak, buruan” kata jay, tangannya terangkat untuk merangkul bahu heeseung. membawa mereka berdua berjalan seiringan di koridor. tujuannya apalagi kalau bukan parkiran dimana mobil mereka bertengger.
“udah pada kumpul? katanya sorean”
jay menghela nafas, “makanya lo tuh sering-sering buka grup. di-pin doang, dibuka kaga” ucap jay, ini bukan pertama kalinya jay mengingatkan ngomong-ngomong. “btw itu apaan di tangan lo?”
heeseung lagi-lagi dibuat menoleh ke bingkisan itu. kalau boleh jujur, heeseung penasaran setengah mati dengan apa yang ada di dalam paper bag itu. andai kata heesesung ga familiar dengan nama itu maka dia ga akan se-penasaran ini.
“ohh, kenalannya sunghoon tadi nitip” ucap heeseung diikuti dengan langkahnya yang berhenti tiba-tiba. “lah iya juga, gua mau ke rumah sunghoon, kali aja barangnya penting. bilangin anak-anak deh gua ga jadi main—”
“ada kak yeji—”
“gas”
secepat itu prioritasnya terganti.
KAMU SEDANG MEMBACA
hubungan tanpa status ; heehoon
Fiksi Penggemar"ngewe bisa, pacaran ga bisa" "ASTAGHFIRULLAH"