Suara tembakan menggema di dalam sebuah gedung terbengkalai yang berada di daerah Shibuya.
Surai hitam tertiup angin, manik biru menatap datar mayat berserakan. Sebuah tato naga di tengkuk lehernya, mendominasi kulitnya yang sangat pucat.
Mengambil peluru cadangan, lalu mengisi kembali pistol yang telah kosong di genggamannya.
Waktu tengah malam tak menghentikannya untuk melakukan aktifitas kejam. Bahkan manusia yang ia bunuh di hari itu, tak bisa dihitung menggunakan jari jari.
Ia simpan kembali pistol itu, ketika merasa bahwa pekerjaannya telah selesai. Tak ada yang memerintahnya, semua yang ia lakukan terjadi atas keinginannya sendiri.
Kedua kaki melangkah keluar dari gedung. Meninggalkan mayat-mayat manusia, dan beberapa manusia sekarat yang masih memiliki sedikit waktu hidup.
" Sudah sepuluh tahun berlalu, sejak hari itu. " gumamnya, bernostalgia kembali atas kematian sang rekan.
Korek api ia nyalakan, lalu melemparnya ke arah gedung yang berada di belakangnya.
Perlahan kobaran api melahap gedung itu sampai habis, tak meninggalkan sedikit jejak pun.
Manik birunya menatap langit hitam yang hampa. Tidak ada bintang yang menghiasinya.
" pemandangan yang membosankan. " ucapnya untuk kesekian kalinya.
Ia memasuki sebuah mobil bernuansa hitam, lalu menjalankannya menuju pulang.
Mobil ia kendarai dengan cepat karena jalanan yang sangat sepi.Tatapan manik biru itu begitu kosong. Masa depan, benar-benar berubah. Dan ia tak akan lagi kembali ke masa lalu untuk memperbaiki masa depan.
Pintu pagar terbuka secara otomatis.
Mobil terpakirkan di garasi rumahnya yang tak terlalu besar.Ia keluar dari mobil dan langsung berjalan memasuki rumah. Tak ada seorang pun yang berada di dalam rumah itu.
Suara dering heanphone terdengar. Ia mengambil ponselnya yang berada di saku jas lalu menjawab panggilan telfon itu.
" Konbawa Takemichi-sama. " sapa pria yang berada di seberang telfon.
" Ya, bagaimana keadaan disana? " tanya Takemichi datar.
Pria yang berada di seberang telfon menghela nafas lelah, menatap keadaan yang cukup tidak teratur.
" Cukup tidak teratur. Target melakukan judi secara curang, walau musuhnya tak menyadarinya. Tetapi saya dapat melihat jelas kecurangan itu. Target juga membuat perkelahian di antara peserta lainnya, sehingga kondisi tempat ini sangat kacau. " jelas pria itu.
Takemichi duduk di atas kursi taman.
" Kau awasi terus orang itu. " titahnya.Pria di seberang telfon spontan mengangguk. " Ha'i Takemichi-sama. "
Telfon di matikan sepihak oleh Takemichi. Manik birunya memantulkan pemandangan air jernih kolam renang yang tak tersentuh sedikit pun.
" hmm, bagaimana jika aku memulai rencana pertama. "
Takemichi bangun dari tidurnya di saat langit masih menunjukkan kegelapan.
Ia langsung beranjak dari tempat tidurnya dan bersiap-siap untuk memulai hari.03.01
Jam digital menununjukkan waktu di mana pria bermarga Hanagaki itu melakukan sarapan.
Sederhana, hanya selembar roti yang di oles oleh selai coklat, juga segelas susu putih dingin.
Walau raganya tengah bersantai, tetapi otak dan batinnya tidak. Sedari tadi Takemichi terus memikirkan bagaimana cara untuk menyingkirkan satu persatu anggota dari sebuah organisasi kriminal yang terkenal.
" Ku mulai dari sang penasehat. " gumamnya.
Tangan kiri yang tak memegang apapun, mengambil sebuah kertas yang berisi tentang informasi penting.
" Akashi Takeomi kah? "
Jelas nama itu sungguh tak asing baginya. Beberapa tahun yang lalu, pria bermarga Akashi itu menjadi rekan satu geng nya.
Pria Akashi itu menghilang secara tiba-tiba setelah selesainya pertarungan antar tiga dewa. Lalu kembali secara tiba-tiba, dan langsung menjadi anggota penasehat dari sebuah organisasi kriminal.
" Saa, bagaimana caranya membunuh dia. "
TBC.....
KAMU SEDANG MEMBACA
End Of Story (Hanagaki Takemichi)
Fanfiction(End Of Story) Tokrev Hanagaki Takemichi Writer: Author Rei & Zen Start: 15 May 2022 End:_________ Tokyo Revengers ©️ Ken Wakui UPDATE SESUAI MOOD