Prolog

108 51 53
                                    

Happy Reading!

.
.
.

"Han Jina! Han Jina!" panggil seseorang dengan nada lantang, semua mata di penjuru kelas menatap kearah pemilik nama.

"Ketua kelas, bangun kan dia!"

Seseorang mendekat kesebuah meja lain, membangun seseorang yang sepertinya tengah berada di alam mimpi.

"Jina!!!"

"SIAP!" Si pemilik nama bangun dari tidur dengan terkejut, langsung mengambil gestur hormat seperti sedang melaksanakan upacara. Seisi kelas tertawa melihat tingkah absurd siswi satu ini.

Ya ini lah gue, Han Jina. Siswi kelas 11 MIPA yang jujur gak mau masuk MIPA, lebih ke gak mau sekolah sebenarnya. Hidup membosankan, karna semua terlalu sederhana. Gue bahkan suka lupa buat apa gue tetep bertahan padahal sebosen ini. Yah, gua lagi di fase paling krisis di hidup gue. Fase "Bosan hidup, enggan mati".

Dah sekian aja kenalannya, gue males. Nih tor, gue balikin!

"Bener-bener deh, tuh guru gak kreatif banget! Ngasih hukuman sama terus .. begini aja terus ampe cicit gue sekolah disini!"

Jina kini tengah berdiri di luar kelas, ini hukuman karna ia sudah tidur saat guru menerangkan pembelajaran.

"Ngantin kali yak?! Mantap juga nih!" pikiran nakal Jina pun lewat di kepalanya, dengan mengendap-endap melewati beberapa kelas. Jina pun langsung berlari kearah kantin. Memesan seporsi ramyeon super pedas untuk ia santap sekarang.

"HEY KAMU YANG LAGI MAKAN! SINI KAMU!" Belum sempat Jina menghabiskan ramyeon nya yang sisa setengah, seorang guru memanggilnya dengan wajah sangar, ia guru Konseling yang sering patroli keliling sekolah untuk mencari para murid nakal yang suka bolos di jam pelajaran.

"Mampus gue, ketauan pak Park lagi!" Lirih nya, lalu dengan jalan perlahan mendekati guru itu di ambang lorong kantin.

"Han Jinaaaa .. Han Jinaa! Kamu gak bosen apa berurusan sama saya terus? Saya aja bosen loh!" ucap pak guru sambil geleng-geleng kepala.

"Kali ini apa ceritamu untuk pembelaan?" Pak Park menjewer telinga Jina sambil mengiring nya menuju ruang konseling.

"Aduduhh .. aduh pak, sakit nihh aw!" rintih Jina sepanjang jalan menuju ruang konseling, bagaimana tidak merintih. Telinganya di jewer sampai kepalanya naik disalah satu sisi jadi kepalanya miring keatas.

"Jelaskan!" pinta pak Park saat mereka sudah sampai di ruang konseling, mereka duduk di sofa dan berhadapan dibatasi meja diantara keduanya.

"Tadi saya ketiduran pas pelajaran Bu Shin, abis itu di hukum berdiri di luar kelas .. karna saya lapar jadi saya ke kantin dan setelahnya, saya ketemu bapak" Jina menjelaskan dengan sekali nafas, bagai seseorang yang tengah melakukan rap. Pak park sampai sedikit tercengang.

"Kamu lagi di hukum masih aja buat kenakalan, kenapa sih Jinaaaa ... Bapak tuh gemes banget mau nendang kamu dari sekolah ini!!" Pak park bicara dengan nada yang benar-benar gemas karna tingkah Jina ini

"Ya saya mah gak ada niat buat nakal pak, saya tidur di kelas ya ketiduran, ngantuk! Saya ke kantin, makan ya karna saya laper! Gak saya niat buat nakal pak" Jina dengan wajah tanpa dosa berbicara seringan itu.

"Ya tapi ini sekolah! Ada peraturan, ada jam nya! Kamu mau tidur ya seenggaknya di luar jam belajar lah! Begitu pun makan .. walau kamu ngantuk ataupun lapar! Udah umur 16 tahun Jina, masa pikiran kamu belum juga dewasa! Hal seperti itu masa harus saya ingatkan berkali-kali! Malu sama anak sekolah dasar yang bahkan lebih tertib dari kamu!"

The observer's storyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang