One

290 21 0
                                    

Kericuhan terjadi di salah satu Cafe yang berada di pinggiran kota Seoul. Tidak ada yang tahu apa penyebabnya. Hanya saja, ada empat orang gadis yang sedang beradu mulut di sana. Ralat, hanya tiga, satu lainnya hanya diam dengan tatapan kosongnya.

Apa yang sedang terjadi di sana?

Brak!!  Salah satu gadis di sana mulai menggebrak meja.

"Gue gak nyangka lo bisa setega itu." Ujar gadis bermata tajam itu.

"Cih! Gue kayak gini juga karena gue pengen perjuangin cinta gue. Ada yang salah?" tanya balik gadis berwajah dingin itu.

"Masalah nya yang lo perjuangin itu pacar sahabat lo sendiri. Faham gak sih lo, Ren?!" marah gadis berpipi gembul itu.

"GUE GAK PEDULI!" teriak wanita bermarga Bae itu kemudian.

PLAK!!

Satu tamparan mendarat dengan sempurna dipipi Irene, membuat Jennie dan Seulgi meringis dibuatnya. Ya, tamparan itu begitu keras sehingga berhasil membuat pipi Irene memerah.

Irene memegang pipinya yang memanas. Ia menatap Jisoo tak percaya, "Jis?!" gumamnya.

Jisoo tersenyum kecut, "Makasih. Makasih buat semuanya," ujarnya sebelum pergi meninggalkan Cafe itu.

Irene menatap kepergian Jisoo. Punggung yang mulai menjauh itu ia pandang dengan tatapan yang sulit diartikan.

Seulgi dengan cepat mengejar Jisoo, "Jis, tunggu."

Sebelum menyusul Seulgi, Jennie menoleh ke arah Irene untuk beberapa saat.

"Jis, Jisoo!" panggil Seulgi saat jaraknya dan Jisoo hanya berjarak 1 meter saja.

Jisoo menghentikan langkahnya, dia menoleh ke belakang dan menatap kedua sahabatnya itu, "Tolong tinggalin gue. Untuk saat ini gue lagi pengen sendirian," mohon Jisoo.

Jennie menatap Jisoo dengan tatapan sendu, "Tapi gue khawatir," lirihnya.

Jisoo menggelengkan kepalanya, "Gue gapapa kok Jen, Seul."

Akhirnya Seulgi dan Jennie menuruti apa kemauan Jisoo, walaupun sebenarnya mereka berdua masih sangat khawatir meninggalkan sahabatnya itu sendirian.

Jisoo merasa kakinya tak lagi kuat untuk menumpu berat badannya, dan perlahan ia mulai jatuh terduduk. Jisoo memeluk kedua kakinya erat, ingatan saat di Cafe tadi kembali melintas dipikirannya. Hatinya kembali sakit saat mengetahui bahwa kekasihnya berselingkuh dengan sahabat baiknya. Tak pernah terpikirkan olehnya bahwa semua ini akan terjadi padanya. Air mata kini mulai mengalir dipipi manisnya, hujan dan guntur menjadi saksi bahwa hari ini Jisoo kembali menangis setelah 10 tahun lamanya.

Hanya ingin memberi tahu kalau Jisoo sudah memutuskan kekasihnya, a.k.a. Lee Suho. Jika bertanya tentang Irene? Jisoo tidak membenci gadis itu hanya karena dia sudah merebut Suho darinya, Jisoo hanya kecewa. Kecewa ada di atas segalanya, kecewa ada di level paling atas. Jadi bisakah Jisoo memaafkan Irene?.

{|}

"Kak Jis, bangun gak lo!" ujar Lia, adik semata wayang Jisoo.

"Bentaran ah, gue masih ngantuk," jawab Jisoo yang masih belum saar sepenuhnya.

"Udah jam 7 ih, gue bisa ikutan telat kalo lo gak bangun," rengek Lia.

"Sumpah?!" Seketika nyawa Jisoo kembali berkumpul menjadi 1.

"Jam 7?! Mampus gue!" Jisoo langsung berlarian mengambil handuk dan pergi ke kamar mandi, Lia yang melihat itu hanya bisa tertawa.

Setelah selesai bersiap-siap, Jisoo bergegas turun ke lantai bawah, ia melihat Lia yang masih santai mengunyah sarapannya, membuat ia dengan cepat menarik tangan Lia untuk segera berangkat bersamanya supaya tidak terlambat masuk kelas. Namun Lia dengan cepat menepis tangan Jisoo.

Best Friend [IS and double J] √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang