kisah

257 19 0
                                    

⚠ gender switch . islamic . lokal ⚠

***

halina—hyunsuk sekarang lagi sendirian di rumah nya. ia sedang menunggu kepulangan suami nya jibran—jihoon.

kata yauna—yeonjun teman hyunsuk rombongan pesantren bakalan pulang malam ini.

tapi, sudah jam 20.00 juga belum ada tanda tanda jihoon pulang, mungkin agak sedikit malam. fikir hyunsuk.

di nyalakan nya televisi agar tidak terlalu hening keadaan rumah. tiga puluh menit berlalu, kini sudah jam 20.30 tetapi jihoon juga belum pulang.

tak ada pesan maupun telpon yang masuk ke handphone hyunsuk, yang artinya jihoon tidak mengabari nya semenjak kepergian jihoon pagi tadi.

khawatir? jelas, istri mana yang tak khawatir jika suami nya tak mengabari nya. tapi, hyunsuk selalu positif thinking. mungkin ada kendala.

"jangan pernah kamu berfikiran negatif terhadap apapun atau siapapun, termasuk suami mu sendiri, sayang. jika suami mu tak ada mengabari bersabar saja. mungkin ada sedikit masalah atau kendala dalam pekerjaannya."
—bunda jena beberapa bulan lalu.

bukan sekali dua kali kejadian gini terjadi, ini sudah ketiga kali nya jihoon tak ada kabar. tapi hyunsuk selalu berfikiran positif. persis seperti yang diucapkan bunda-Nya.





di sisi lain, jihoon masih di tempat—rumah keluarga aldebaran. karena pesantren yang ia ajar di undang ke kediaman Aldebaran.

bersama juna—hyunjin yang masih setia menunggu jihoon yang sedang berpelukan. ah, ralat yang sedang di peluk oleh lia—mantan nya.

dulu, sebelum jihoon mengajar di pesantren. dia cuma seorang cowok nakal. club, main wanita bahkan tawuran kerjaan nya.

mungkin dapat hidayah dari allah. ia tobat, bahkan ia pindah ke pesantren sejak kelas 11 SMA. 30 juz sudah ia hafal di luar nalar, kini ia mengajar di pesantren nya dahulu ia belajar.

"lepas lia" jihoon memegang bahu lia dan mendorongnya tidak kasar. tenang, bahu lia yang jihoon pegang dilapisi baju. jadi ia tak bersentuhan dengan kulit lia.

lia menatap jihoon yang tidak menatapnya, melihat jihoon dengan berkaca kaca.

"aku kangen kamu, hoon. kamu kenapa? kenapa kamu nolak aku peluk? dulu kamu fine fine aja aku peluk"

jihoon masih tak menatap lia "aku sama yang dulu beda, ya. sekarang aku udah beristri. jadi ga mungkin aku balas pelukan kamu yang bukan muhrim ku" jelas jihoon.

lia kaget "k-kamu u-udah punya i-istri?" tanya nya terbata bata.

jihoon cuma mengangguk "udah ya, aku mau pulang. istri aku pasti udah tunggu aku. assalamualaikum" jihoon ninggalin lia yang udah nangis.

"ayo jun kita pulang" ajak jihoon ke juna yang masih duduk di bangku. kebetulan ada bangku yang belum di beresin, jadi daripada juna pegel karena berdiri. dia duduk aja.

"oh udah. ayo deh, aku oge udah ngantuk."

jihoon dan hyunjin kemudian meninggalkan tempat.







hyunsuk sekarang lagi duduk lesehan di pintu utama. dia nyenderin badan nya di pintu.

udah jam 21.30 tapi jihoon belum pulang. hyunsuk gegana. mau telpon jihoon, tapi dia takut ngeganggu jihoon.

menit berlalu, kini sudah jam 22.00 berarti sudah tiga puluh menit hyunsuk lesehan di pintu.

hyunsuk ngantuk, kini mata ia mungkin sudah lima watt. ga kuat.

hyunsuk tertidur, masih di pintu utama. tanpa tahu bahwa jihoon sudah sampai di rumah nya dari lima belas menit yang lalu.

awal nya jihoon mau mengetuk pintu, tapi tak tega. fikir nya pasti hyunsuk udah tidur pulas. jadi ia hanya duduk lesehan di depan pintu persis seperti yang hyunsuk lakukan.

mungkin nanti pagi saja jihoon membersihkan badan nya. walau ia tak tahan dengan badan nya yang lumayan lengket.

tidak sadar jika jihoon sudah memejamkan mata. ia mengarungi dunia mimpi. tapi, sebelum tidur sepenuhnya ia menggumamkan beribu ribu kata maaf. karena telah di peluk sembarang wanita yang bukan muhrim nya.

***

apani apani? gajelas banget wkwkwk.

oh iya, ini gue ambil cerita dari kisah nabi.

maaf kalo misalkan ada yang non-muslim baca cerita ini.

tiba tiba ini ide muncul pas gue buka ig, wkwkwk.

c u di chapter selanjutnya.

tbc.

random • treasureTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang