Nakahara Yui hampir tenggelam di antara sesaknya pesta. Ia berencana langsung pulang setelah mengucapkan selamat kepada sepupunya. Namun bibinya, Sara, membujuknya agar tetap tinggal. Memamerkan Yui dan teman pendamping pestanya seolah mereka sepasang kekasih, lalu mendesak kapan mereka akan menyusul.
Ichiro merangkulnya tanpa balasan pasti. Yui pun balas tersenyum.
"Yui!" Seorang wanita yang menggunakan kimono datang menghampirinya. "Kau mau membawanya kemana lagi, Sara?" tanya Yukari pada adiknya yang sedari tadi ia lihat tak habis-habisnya menarik-narik putrinya.
"Yui-chan kan sudah lama tidak berkumpul dengan keluarga besar. Karena itu kali ini dia harus menyapa semuanya. Ayo!" ajaknya.
"Okaa-san...." rengek Yui tak berdaya ketika kembali ditarik menjelajah ruangan. Ichiro mengekori keduanya dengan pasrah.
Dari satu kerumunan ke kerumunan yang lainnya, Yui hanya bisa meringis menahan denyutan di pergelangan kakinya yang disebabkan heels yang tak biasanya ia pakai.
"Lama tidak bertemu ya-" Yui yang sedari tadi hanya tersenyum asal dengan mata menyipit sok ramah tanpa melihat siapa yang menyapanya, kali ini benar-benar menoleh. Bukan suara yang ia kenal, tapi gaya bicaranya terasa familiar. "-Yui-chan"
Tempat Yui berpijak terasa gamang. Ia mungkin tumbang kalau Ichiro tidak berdiri di belakangnya. Kedua pria tersebut berbalas tatap. Ichiro tak ingat pasti, tapi orang yang pernah ia temui dan memiliki ciri fisik yang sangat mencolok itu hanya dimiliki satu orang.
"Aoi?"
***
Sara menatap tidak yakin kakak perempuannya. Yukari lanjut memotong-motong sayur, tidak peduli pada penolakan adiknya.
"Kau yakin, Onee-chan?" tanyanya sekali lagi.
Nama "Austin" tak pernah memiliki kesan yang baik di rumah mereka. Dari pertama kali kakaknya mengenalkan, orang tua mereka telah menentang. Orang timur seperti mereka tak bisa cocok dengan budaya barat. Mereka suka peraturan dan ketertiban, orang yang hidup dengan bebas seperti Austin tak akan pernah menemukan titik temu.
Kakaknya bersikukuh, karena itu akhirnya orang tua mereka tak menentang, sekalipun tak merestui juga. Tapi hidup kakaknya memang hancur setelah bertemu pria itu. Yukari tak ditemukan di kantornya, entah kemana. Berapa kali pun Sara menelfon, bahkan menyuratinya, tak pernah ada balasan. Ia datang ke kediaman Yukari, Sara baru tahu kakaknya tak tinggal di situ lagi. Hilang begitu saja seolah tertelan kabut.
Dengan bantuan polisi, Yukari berhasil ditemukan. Tapi yang keluarga mereka dapatkan pun bukan sambutan hangat. Yukari malah mengusir mereka. Memutus hubungan kekeluargaan di antara mereka. Lalu beberapa tahun kemudian muncul di depan di rumah dengan tampilan seperti zombie.
Bertahun-tahun setelah itu hidup keluarga mereka tidak tenang. Austin meneror mereka bahkan sampai menyusup ke dalam rumah untuk menculik Yukari. Pria itu juga pernah hampir membakar rumah mereka agar Yukari keluar dari rumah, walau petugas keamanan memergokinya hingga tak sempat menyulut api.
Yukari dan anaknya, Yui, bahkan tidak bisa keluar rumah sekalipun Austin sedang di penjara. Dan setelah Austin bebas, pria itu tidak diizinkan mendekati Yukari maupun pekarangan rumahnya, atau ia akan kembali masuk penjara juga membayar denda. Namun sekalipun demikian, Yukari tetap tak bisa tenang. Ia tetap paranoid. Ia tidak bisa hidup dengan baik. Bahkan Yui pun sedikit terlambat dibanding anak-anak seumurannya.
Memang Yukari mendatangkan guru untuk mengajari Yui di rumah. Asupan gizi untuk Yui pun terpenuhi dengan baik. Tapi gadis itu tak menjalani pengalaman sosial seperti anak seumurannya. Tubuhnya bahkan tidak bisa tumbuh dengan baik karena terus berada di dalam ruangan. Memang tubuhnya tumbuh walaupun sedikit, tapi tidak berkembang.
KAMU SEDANG MEMBACA
SIN [ONESHOT]
RomanceKarena kayaknya susah kalau cerita oneshot-ku pisah-pisah. Jadi aku gabung aja dalam satu judul.