Written In The Stars ⭐ - Part 2

317 17 2
                                    

Entah kenapa hari ini susah banget ganti huruf ke italic atau bold. Semoga gak ada yang salah paham mana yang ingatan ataupun membatin.





“Hah? Seriusan kakak-adek?”

Faiq dan Shaqila saling melempar pandang ketika mendengar pertanyaan yang rasanya sudah mereka dengar ratusan kali. Selalu begitu tiap kali mereka di lingkungan baru. Namun sudah terlalu sering. Entah mereka masih berselera menjelaskan ulang di masa SMA atau biarkan saja itu menjadi teka-teki.

“Kalau kembar kenapa sampe ada jarak 3 bulan?”

“Dia lelet. Jadi lahirnya belakangan. Gue gak sabar nungguin. Gue tinggal deh,” jawab Faiq asal.

“Ih! Apaan sih!” Shaqila menyikunya untuk menegur.

Faiq hanya cekikikan. Ia melangkah lebih dulu menuju ke lapangan tempat kelompok selama seminggu MOS berkumpul.

“Iq, seriusan mau dibiarin gitu aja? Yang nanya pada bengong loh tadi.”

“Ya gak pa-pa lah. Lagian ngurus banget soal kelahiran orang. Kurang kerjaan atau apa?”

“Iya sih. Tapi tetap aja jawaban kamu tadi-“

“Jawaban aku kenapa?” balik Faiq tanpa dosa. Ia malah menyeringai meremehkan.

“Bisa jahil ya sekarang?” mata Shaqila menyipit penuh hujatan, tapi sebenarnya ia senang dengan perubahan Faiq. “Bilang aku lelet, emang gak takut aku ngambek? Ntar aku ngadu ke Ayah-Bunda, gimana? Emang gak takut lagi diusir dari rumah?”

“Bisa sampe bercanda itu artinya aku udah lebih nyantai,” paparnya. Ia tarik senyum manis pada ‘kembarannya’. “Now, I feel home,” ucapnya menyelipkan anak rambut Shaqila ke belakang telinga.

Mata Shaqila membulat penuh kebahagiaan. “Sekarang udah ngerasa Ayah-Bunda beneran sayang sama kamu tanpa syarat? Oh my god! Finallyyy!”

“Nope”

“Lah? Tadi katanya-“

“Udah gak peduli lagi opini Ayah-Bunda. Mau diusir juga gak masalah.”

“Trus tadi katanya home-“

“Selama ada kamu, udah cukup kok, Ki. I feel home. Kamu gak bakal pernah buang aku. Aku udah gak takut apa-apa lagi.”

Faiq bergabung dengan kelompoknya. Sedangkan Shaqila mematung di tempat. Tidak tahu entah harus merasa senang atau sedih atas kalimat Faiq. Faiq tak lagi memendam perasaannya sendiri, ia selalu berbagi masalahnya dengan Shaqila. Shaqila merasa jauh lebih dekat dengannya. Tapi di saat yang bersamaan, Faiq terasa menjauh dari keluarga mereka.

‘Bunda, Kiya bingung cara ngajak Faiq pulang.’

***

Ayah katanya rencananya mau resign dari kantor. Sudah sekian lama jadi budak korporat, ia rasa sekarang adalah saatnya mengejar passionnya.

Rencananya mau buka bengkel. Skalanya cukup besar dari yang Shaqila ketahui. Karena itu akhir-akhir ini Ayah-Bunda sangat sibuk.

Budgeting, survey tempat, mencari material untuk bangunan, sumber daya manusia, mengurus surat izin usaha, dan lain-lain. Pusingnya bukan main.

Di rumah hanya tinggal Faiq, Shaqila, dan Furqon. Mang Denis pergi mendampingi Ayah-Bunda. Sungguh melelahkan bagi Shaqila. Ia harus beberes rumah, mengasuh Furqon, mengerjakan PR, menyiapkan makan, dan masih banyak lagi.

Faiq?

Sudah Shaqila bilang sejak masuk SMA abangnya itu memang menjauh dari keluarga. Sering sekali mengurung diri di kamar.

SIN [ONESHOT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang