Bulan dan Matahari

638 13 0
                                    

STOP!!

CERITA INI DIAMBIL DARI TANAH BATAK. (Btw, covernya itu bendera Kerajaan Batak). Ada beberapa istilah Batak. Aku bakal kasih artinya di komen untuk tiap paragraf.

Trus...namanya mungkin akan susah buat pembaca sekalian ingat.

Saranku, hapalin 3 nama ini dulu. Karena mungkin aja ketukar-tukar karena mirip.

Sorimangaraja
Sariburaja
Sagalaraja

"Sungguh tak ada yang bisa membuat ulos seindah ini, Dek. Abang sudah sering bepergian, tapi tak jua pernah menemukannya yang seperti milikmu."

Lekas pipi Pareme merona tipis mendengar sanjungan abangnya. Bibir ranumnya merekah membentuk senyum hingga membawa tarikan otot pipinya menjauh. Tiadalah ia bermalu-malu menunjukkan betapa bahagianya ia mendengar pujian Sariburaja, meskipun hari-hari ia menerimanya.

Tak susah-susah merondok malu-malu kucing, Pareme mengangkat dagunya bangga.

Sariburaja tertawa. Kenal betul sikap perempuan Batak yang terus terang, pemberani, mandiri, memiliki jiwa kuat, namun tidaklah lepas keayuannya. Leluhur mereka ialah raja yang didewakan. Tak ada alasan untuk merasa rendah diri, pun malu.

"Nah."

Dengan senang hati diterimalah oleh Sariburaja ulos tenunan adiknya. Dipandanginya sekejap jemari halus yang kini dihadiri garis-garis bekas benang.

"Terima kasih."

Sariburaja ciumi tangan adiknya yang sudah bekerja keras untuknya. Kemudian ia elus kepala adiknya yang bulat. Wajah yang benar-benar cocok dengan kulitnya yang kuning merona.

Pintu ruang tenun Pareme bergeser. Seorang pemuda langsung melaporkan maksud kedatangannya. "Raja Isombaon datang dengan seluruh anaknya. Anda diminta menemui mereka."

***

"Bagaimana, Nang?" tanya Raja Isombaon pada keempat putri abangnya, Guru Tatea Bulan.

Tuan Sorimangaraja menengok gelagat para gadis di hadapannya. 3 punya kecantikan khas Tapanuli dan sekilas pandang pun telah tampak sempurna. Terkecuali yang bungsu, Nan Tinjo. Sudah kentara betul lagaknya tidak seperti perempuan. Kabar lalu mengatakan putri bungsu itu sebenarnya laki-laki, ada pula yang mengatakan ia hanya sedikit kelaki-lakian.

Di benak Sorimangaraja kian berharap 3 gadis itu tidak bersuara. Hanya di saat menerima lamaran lah wanita Batak yang dipenuhi rasa percaya diri dan kebanggan diharuskan merasa malu.

Agaknya barang beberapa detik Sorimangaraja mengulum senyum. Akan dengan senang hati ia memperistri ketiganya. Wanita-wanita dari Kelompok Bulan. Demikianlah orang-orang biasa menyebut keturunan Tatea Bulan. Putri-putri Tatea Bulan terkenal dengan kecakapan mereka. Setangguh tombak, seanggun bulu.

Ketiganya memiliki jiwa pemimpin yang berkobar. Perempuan berpindah keluarga ketika menikah. Sehebat apapun mereka, nantinya mereka akan dikenal sebagai istri Tuan Sorimangaraja dari Golongan Matahari.

Tatea Bulan dan Isombaon menjadi raja di saat yang sama, di tempat yang sama. Semua itu karena berpegang pada konsep Bumi Dalihan Na Tolu. Tiadalah mereka bercekcok kekuasaan. Ialah lebih penting keerataan tali persaudaraan. Panji-panji berlambangkan bulan dan matahari dipasang di seluruh daratan menandakan mereka satu.

Tapi Sorimangaraja tak sepaham soal hal itu. Ia rasa baiknya hanya ada 1 raja. Banyak raja membuat tak jelas siapa yang mutlak. Isombaon senantiasa menjawab, "Memang hanya ada 1 raja. Keluarga Batak itu satu."

Lama Sorimangaraja tiada berdaya membangkang. Kian hari ia makin yakin pandangan ayaknya salah. Di pesisir seringlah ia dengar orang bercakap Kelompok Bulan lebih hebat dari Golongan Matahari. Ingin ia damprat mereka. Namun ia pun sepemikiran tentang itu.

SIN [ONESHOT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang