02. Death

11 3 0
                                    

Setelah mengikuti upacara kelulusan, Andhira selalu berada di rumah. Meski ia tak bisa bertahan dengan keluarganya yang menatap dengan penuh kebencian, ia tak punya tempat lain. Tetapi hari ini ia sedang menginap di villa milik keluarganya. Di kamarnya yang sempit ini, ia pun membuka laptopnya. Ia sudah membeli beberapa buku untuk mengejar impiannya, dan membawanya juga saat sedang berlibur. Namun karena ia lelah, ia pun mencari hiburan baginya.

Salah satu hiburan-- mungkin pelarian yang pas baginya. Yaitu hanya sebuah otome game.

Setelah ia menyalakan laptop, hatinya berdebar tak sabar menekan aplikasi game tersebut. Kehidupan fantasi, penuh magis. Kehidupan yang membuat Andhira berpikir betapa membosankannya hidupnya. Namun, tetap saja kehidupan fantasi memang membuatnya takut karena banyaknya unsur magis.

Ia tersenyum saat menekan continue. Layarnya langsung disambut oleh salah satu hero, yakni Aref. Tak hanya hero dalam artian target penaklukan game, namun juga salah satu pahlawan legendaris yang bertarung bersama sang MC*, yang dinamakan 'Agnia' oleh Andhira.

"Agnia, sekarang aku akan memperkenalkan kamu dengan pahlawan lainnya. Sekali lagi, selamat karena mendapatkan kekuatan istimewa."

Kini, layarnya dipenuhi empat lelaki.

"Dia adalah Ezfandyar. Di sebelahnya ada Kairi. Dan, ada juga pahlawan gadis sepertimu, dia bernama Faren." Ucap Aref sambil menunjukkan mereka satu per satu.

Ezfandyar adalah lelaki yang lucu, menurut Andhira. Ia seperti adik laki-laki yang membuatnya ingin selalu ada untuknya. Dia selalu membuat MC khawatir, karena ia selalu berkeluyuran dan menghilang tiba-tiba.

Aref adalah lelaki yang bijaksana. Ia selalu menilai apapun dari segala sudut pandang yang membuatnya seperti orang yang lebih dewasa dari yang lain.

Faren adalah gadis tipe teman terbaik untuk MC. Terkadang sifatnya kekanak-kanakan dan membuat MC nya sendiri kewalahan.

Kali ini, Andhira ingin menaklukan salah satu hero yang ia kagumi, Kairi. Meski Andhira sudah mendapatkan Bad End, Normal End, Happy End, Andhira tak pernah bosan dengan rute Kairi. Kairi adalah orang yang murah senyum, suka bercanda.

"Agnia! Hari ini aku akan membuat sihir yang lebih bagus lagi! Kau mau ikut?"

Datanglah pilihan.

>Ayo!

Aku akan pergi bersama Aref

Aku akan pergi bersama Ezfandyar

Aku akan pergi bersama Faren

Tentu saja jika ia ingin memainkan rute Kairi, maka ia harus menekan pilihan pertama. Namun, pintu kamar Andhira pun diketuk dengan keras, hingga digebrak.

Andhira pun dengan cepat mematikan laptop dan menutupnya, lalu segera menuju pintu dan memutar gagangnya. Wajah yang tidak begitu enak dipandang pun terlukiskan di depannya.

"Temenin aku foto-foto, dong."

Salah satu saudaranya memberikan perintah kepadanya. Ia pun mengangguk dan segera berjalan melewati koridor-- menuruni anak tangga.

"Gapapa? Mau aku anter?"

Ia menoleh ke arah belakangnya, dan melihat salah satu saudaranya yang selama ini selalu baik kepadanya. Andhira tersenyum, menggelengkan kepala.

"Makasih, Riz. Aku bisa sendiri kok. Toh, cuma nemenin foto. Nanti lagi, ya."

Andhira menuruni anak tangga lagi, meninggalkan lelaki seumuran dengannya yang menunjukkan ekspresi kekhawatiran di wajahnya. Fariz hanya bisa terdiam dan kembali ke kamarnya. Ia berlari menuju pintu kamarnya, dengan nafas terengah-engah ia membuka dan masuk ke kamarnya. Lalu, ia menutup dengan keras pintu kamarnya, sembari menutup kedua telinganya. Matanya menunjukkan ketakutan yang amat mengecamnya. Seluruh tubuhnya bergetaran. Hawa yang dingin menyelimuti tubuhnya.

Her Plain WishTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang