05. Darkness' Side

9 2 0
                                    

"Rigel, kamu ngapain saja? Kenapa bisa Yang Mulia melakukan hal sekonyol ini?"

Pemuda bersurai putih itu hanya bisa menghembuskan napasnya dengan berat. Ia menutup bola matanya yang berwarna emas dan bersinar itu seperti sedang kerepotan setelah disalahkan oleh beberapa orang bertudung yang ada di sini.

"Maafkan aku, petinggi Sefry. Saya mengakui kesalahan yang saya sebabkan hari ini."

"Jangan salahkan Rigel. Lagipula, belum tentu Layla akan membawa malapetaka, kan? Kalau aku tidak mempunyai bukti bahwa anak ini baik, kalian juga tak punya bukti bahwa anak ini jahat."

Suara menakutkan Raja Kegelapan itu dapat mengheningkan suasana bising tadi.

'Tidak... kalian yang jahat karena kalian sekelompok villain dalam otome game yang kumainkan.' Layla bergumam sendiri. Karena ia ingat bahwa dunia ini adalah dunia game favoritnya. Dia hanya bisa menghela napasnya karena kenyataan ini sulit diterima. Ini mimpi, ini mimpi, ini mimpi.... Tapi, kalau bukan mimpi, berarti nasibnya....

"Ue..."

Lagi-lagi bayi kecil itu bersuara. Sosok-sosok yang bertudung kembali menyoroti Layla. Gadis ini merasakan umurnya sudah dipotong untuk beberapa tahun. Aura-aura hitam mencekam yang mengelilingi tubuh mereka, ditambah aura milik Raja Kegelapan yang bisa menghilangkan gemerlap dari permata di atas. Gadis itu mendengus. Sedetik kemudian ia menyesali sesuatu yang ia lakukan secara spontan tadi. M-m-mati aku.

Salah satu figur bertudung pun berdiri dari kursinya. Di lengan jubahnya, ada angka satu. "Daritadi bayi ini mengesalkan."

Dan akhirnya Layla benar-benar merasakan nyawanya diambil. Mulutnya mulai bergetar dan matanya berkaca-kaca karena pikirannya mulai kacau. Raja Kegelapan pun menggendong Layla. Gadis itu yang merasakan tubuhnya diangkat juga berpikir bahwa kini nyawanya sudah habis.

Ketakutan dan teror yang ia rasakan saat ini bahkan lebih mengerikan daripada film horror yang pernah ia tonton di kehidupan terdahulunya. Suara dan tangisannya pun terhenti seketika. Tenggorokannya tak bisa mengeluarkan bunyi apapun saat diangkat oleh raja kegelapan. Tubuh kecil yang rapuh itu diletakkan oleh Chander di telapak tangannya.

Layla merasa telapak tangan makhluk terjahat di dunia ini seperti kasur yang empuk. Namun rasanya sedikit kasar. Yah, ini kan tangan manusia. Apalagi tangannya ini seperti sedang ditelan oleh api hitam. Terlihat lebih besar dari tangan manusia biasa. Tetapi, entah mengapa-- ukuran tangannya dan tubuh raja kegelapan ini menjadi lebih kecil daripada saat ia pertama berbaring di tangannya. Tadi, badannya saja sudah cukup di satu telapak tangannya. Sekarang, raja kegelapan harus memakai dua telapak tangannya yang pucat untuk menidurkan bayi kecil ini. Hah, pucat? Kemana tangannya yang dipenuhi sesuatu seperti api hitam? Bahkan tingginya juga berubah drastis. Kok dia... jadi lebih... pendek? Oh. Aura hitam yang mengelilinginya berkurang. Kenapa, ya?

"Hau?"

"Jangan menangis, Layla. Ayahmu disini tidak akan meninggalkanmu."

Bola mata berwarna biru langit-- langit yang tak akan bisa dilihat di kota yang dijuluki sebagai 'Negeri Malam Abadi'. Raja kegelapan seperti terhipnotis dengan pandangan lurus bayi yang masih polos dan imut. Pandangan Layla sama persis seperti seseorang yang paling berharga baginya. Yang lebih mengejutkan lagi adalah Layla yang bisa ditenangkan oleh suaranya yang lembut. Ayah....ya?

Haha, dulu aku juga pernah percaya sama sosok 'Ayah', ya?

"Andhira, papah hari ini pulang telat. Jadi anak baik dan jaga rumah, ya."

"Andhira, hari ini papah ada keperluan bisnis. Besok sore baru bisa pulang. Kalau mau makan, jangan tunggu mama. Tapi beli dulu saja dari luar."

"Andhira..."

Her Plain WishTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang