13. Nightmare

7 1 0
                                    

Layla masih terbangun, meski sudah lama seharusnya ia tertidur. Gadis berumur sepuluh tahun ini masih memikirkan apa yang dikatakan oleh sosok hantu... atau roh? Yang kemarin mendatanginya.

Sepertinya keluar dari bawah tanah pun sulit untuk wanita itu. Setelah meminta tolong kepada Layla, tanpa menunggu jawabannya, Liliana langsung menghilang dari hadapannya. Layla tentu saja sudah mengetahui identitas Liliana, yang merupakan manusia yang disegel di kristal bawah tanah. Bagaimanapun juga, suara Liliana dan suara yang selalu mendongeng kisah cinta dirinya dengan Chander sangat mirip, bahkan sama.

Andhira sudah pernah memainkan berbagai macam visual novel. Tidak jarang dari mereka yang membuat karakter antagonis adalah orang yang baik kepada keluarga, atau temannya. Kalau Layla disuruh untuk membandingkan, maka ia akan membandingkan dua sisi koin yang berbeda. Hidup karakter protagonis bagi pembaca adalah sesuatu yang 'baik'. Namun, bagi karakter antagonis, karakter protagonis-lah yang jahat.

Mendengar kisah Chander dan Liliana membuat gadis ini berpikir tentang dua sisi koin.

Game memotret Chander sebagai karakter antagonis, dan para pahlawan sebagai karakter protagonis. Tetapi, Layla sendiri tidak ingat bahwa Chander pernah melawan para pahlawan sebelum mereka yang menyerang istana duluan.

Lagipula, tim pembuat game berkata mereka akan membuat sebuah sequel. Bahkan, Andhira pernah diberikan fanbook spesial mereka, karena telah menjadi fans setia dari hari pertama game ini dirilis. Isinya... benar juga.

"isinya adalah informasi tentang karakter sequel." Layla berbicara sendiri.

Tetapi, sayangnya Andhira tidak pernah membuka bagian tersebut. Dengan alasan 'gak mau kespoiler', Andhira meninggalkan bagian informasi sequel berdebu. Kalau Layla bisa membalikkan waktu, ia akan membaca dengan seksama segala informasi yang ada di fanbook tersebut. Jangankan kespoiler, sequelnya pun tidak pernah ada.

"Kalau gitu, kemungkinan besar sequel menceritakan tentang Chander, bukan?" Layla bergumam.

Layla, yang tidak memiliki informasi tentang sequel game, akhirnya menyerah untuk berpikir.

Sejujurnya, ia tidak ingin tidur. Karena jika ia tidur, maka ia merasa akan bermimpi tentang dunia lamanya. Belakangan ini, entah kenapa ia selalu mengingat kehidupan dulunya. Maka dari itu Layla pun berusaha untuk tidak memejamkan matanya. Tetapi...

Lagi-lagi, ia menutup matanya.

.

.

.

.

"Anda menggunakan sihir lagi?"

Chander tersenyum mendengar pertanyaan dari Rigel. Ia berjalan menuju kasur yang ditiduri oleh Layla, lalu menarik selimut untuk anaknya.

"Hm. Aku bisa merasakan perasaan takut dari Layla." Pria bersurai hitam itu pun duduk di sebelah Layla yang terbaring, dan mengusap dahi gadis tersebut.

Rigel yang berada di dekat pintu mendecakkan lidahnya, "tetapi, jika anda menggunakan sihir itu, tuan putri juga akan tetap bermimpi buruk."

Chander berdiri. Dari jari-jari tangannya yang berkuku panjang, muncul cahaya yang menghilang dalam sekejap. "Makanya, aku memakai sihir penghilang ingatan."

"Cuma mimpi buruk, kenapa anda begitu mengkhawatirkannya?"

Setelah memastikan bahwa perasaan 'takut' Layla sudah hilang, Chander pun membalikkan tubuhnya dan melangkah menuju pintu kamar Layla.

"Kalau mimpi buruknya hanya setiap seminggu atau dua minggu sekali, aku tidak akan khawatir. Tapi, anak ini... dia bermimpi buruk setiap hari."

Rigel hanya bisa membuang napasnya sambil membukakan pintu untuk tuannya.

"Berjanjilah besok anda tidak akan menggunakan sihir itu lagi."

"Kamu juga, jangan berkata kalimat yang sama setiap keluar dari kamarnya."

.

.

.

.

Manik biru Layla terbuka.

Gadis itu pun melihat ke arah pintu kamarnya, yang ada di sebelah kiri dari kasurnya. Sambil menyentuh dahinya, ia bergumam, "hmm... jadi ini alasan kenapa aku suka lupa mimpiku sendiri waktu bangun."

Mendengar kalimat 'sihir ingatan', Layla mengerutkan dahinya.

"Dasar...."

Sihir ingatan merupakan sihir tingkat tinggi. Tidak siapapun mau menggunakannya. Mengapa? Game menjelaskan bahwa sihir ingatan adalah sihir yang 'bermain' dengan tubuh, dan perasaan manusia untuk memanipulasi ingatan. Mengubah ingatan manusia membutuhkan pengorbanan yang cukup besar. Yakni, umur sang penyihir yang mengucap mantera itu sendiri. Meski sedikit, bagi manusia yang tidak mengetahui kapan nyawa mereka akan hilang, sihir ini merupakan 'judi' besar. Maka dari itu, tidak ada yang berani menggunakannya.

Tetapi, melihat Chander yang dengan mudahnya menggunakan sihir tersebut kepada Layla, hanya untuk menghapus mimpinya....

Layla menelan ludahnya.

Ketika ia merasakan kehangatan di dahinya, ia merasa tenang. Maka dari itu, Chander, yang mengira 'perasaan negatif' Layla sudah hilang, menghentikan sihirnya.

"Kalau tadi aku gak tenang, apa aku gak bakal inget?"

Layla menggigit keras bibir bawahnya.

Layla membulatkan tekadnya. Dan, langkah pertama yang akan ia lakukan adalah... mengingat setiap rute serta hidden scenario dari game ini.

~~~

Halo, saya kembali lagi^^

Sebenarnya, saya sudah punya draft hingga chapter akhir untuk arc 1. Tapi, seperti biasa belum saya edit dan proofread. Kemungkinan saya bakal melakukannya sekali-dua kali untuk setiap chapter karena saya mau fokus ke arc kedua. Jadi, kalau ada kesalahan atau apa, jangan sungkan kasih tau author ya^^

seperti biasa, terima kasih sudah membaca, dan maaf apabila ada kesalahan. semoga hari kalian menyenangkan, dan sampai jumpa lagi~^^

Her Plain WishTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang