6. Bad Dream

11 1 0
                                    

'Sialan... aku bener-bener belum bangun dari mimpi ini.' umpat Andhira dalam hatinya.

Meski ia ingat penyihir 'Shahnaz', Andhira masih berpikir bahwa itu hanyalah ilusi yang ia buat agar ada alasan ia bisa memasuki dunia ini. Andhira sudah memainkan game ini berkali-kali, dan tidak pernah ada seseorang bernama 'Shahnaz'. Kalaupun ada, seharusnya ia muncul di sini, kan?

'Agh... mau banget ngomong kasar.'

Mungkin, pelayan yang sedang menyeka wajahnya ini tidak akan tahu apa yang sedang bayi ini pikirkan. Sudah satu minggu lebih Andhira ada di sini, tetapi ia sama sekali tidak pernah terbangun dari mimpinya. Memang, ia akui bahwa ia benar-benar mengenaskan sampai-sampai memimpikan tentang game simulasi kencan. Tapi, tidak mungkin saat ia ingin terbangun, ia sama sekali tidak terbangun, kan?

"Guh..." Andhira lagi-lagi kesal dengan mulut kecilnya yang tidak bisa berbicara sesuai apa yang ia pikirkan. Kalau saja ia bisa bicara, ia ingin segera dikeluarkan dari istana ini. Siapa tahu kalau tubuh ini mati ia akan bisa bangun.

"Tuan putri benar-benar menikmatinya, ya. Ugh, bagaimana bisa dia begitu menggemaskan!" salah satu pelayan menggenggam erat-erat kain yang berair, hingga membuat basah sekitarnya. Melihat ini, Andhira hanya bisa menghela napas. Lagi-lagi ia berperilaku seperti tidak pernah mengurus seorang bayi sebelumnya. Lihat saja, pelayan ini akan bertengkar di saat sedang memandikan seorang bayi, untuk kesekian kalinya. Andhira tidak bisa mempercayai matanya sedang melihat sosok pelayan kerajaan.

"Lihat! Tuan putri jadi kebasahan lagi!"

"A-apa!? M-maafkan saya, Tuan putri!"

"Lagian kamu tuh--"

Andhira menutup erat-erat telinganya. 'Agh... sampai kapan mereka mau bertengkar...'

"Oh, benar juga. Yang mulia sudah memperbolehkan Tuan putri menggunakan baju dari kamar 'itu'. Saya akan segera mengambilnya!"

Pelayan perempuan, yang Andhira ingat bernama 'Margaret' itu berlari tergesa-gesa. Andhira sekarang baru memakai pakaian ringan, dan tipis. Sepertinya ini hanya baju dalaman. Apa ia harus didandan seperti boneka lagi? Andhira sudah lelah hidup seperti ini. Mata birunya melirik pelayan pria yang selalu beradu mulut dengan Margaret. Pria bersurai perak, yang mirip sepertinya itu sedang melihat ke arah lain. Kalau tidak salah, ia ada untuk mengontrol perasaan Andhira. Seingatnya, ketika bermain game, Andhira tidak pernah melihat pria ini. Kalau serba putih seperti ini, pasti Andhira pun mengingatnya.

'Ugh... sudah kuduga, ini kayaknya cuma mimpi deh. Kalau ada karakter kayak dia yang gak aku inget, berarti aku lagi ngadi-ngadi di dalam mimpi,' pikir Andhira sambil melihat sesuatu di sampingnya, seperti mangkuk yang besar, berisi air dan kain untuk menyekanya. Benar juga, pria itu sedang mengalihkan pandangannya, mungkin ini kesempatan bagus untuk Andhira.

Benar, kalau dipikir-pikir, mimpi ini mungkin saja dimulai dari saat ia tenggelam. Bukan, bahkan tenggelam pun merupakan mimpinya. Mungkin, Zara yang mengajaknya jalan-jalan juga hanya sebuah mimpi. Jadi, cara tercepat untuk bangun mungkin....

Andhira menelan ludahnya. Ia pun berguling untuk mendekati mangkuk besar itu. Awalnya ia kesulitan, tapi bayi dengan rambut perak pendek itu bisa melakukannya setelah berkali-kali mencoba. Sungguh sebuah keajaiban pria bernama 'Rigel' itu masih membaca buku, tanpa melihat ke arahnya.

Her Plain WishTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang