Bab 3

7 1 1
                                    

Hiii update lagiiii !!

enjoy bacanya ya <3

...

Hari hari berlalu tidak ada perubahan antara Vika dan Vano. Nyatanya pembicaraan mereka di waktu itu menjadi yang terakhir.

Vika menjalani hari harinya seperti biasa. Pergi ngampus pulang kerjain tugas rebahan tidur hingga akhirnya ia dilanda kebosanan dan memutuskan untuk me time.

Tujuannya kali ini pergi ke sebuah mall. Entah apa yang akan dilakukannya disana. Paling paling kalau tidak ke toko buku, belanja baju dan mencicipi makanan yang ada di sana.

"Yah, Vika pergi dulu ya"

"Jangan malam-malam pulangnya"

"Iya ayah" Setelah selesai memakai sepatunya Vika langsung pergi karena ojeknya yang ia pesan sudah datang.

Gini ya nasib jomblo, apa apa ditemeninnya sama gojek. Sebenernya Vika tuh kepingin punya pacar cuma apa daya muka dia yang pas pas in jarang bikin lawan jenis tertarik kepadanya.

"Makasih ya bang, bayarnya pake e-wallet" Vika melepas helm dan memberinya kepada abang ojek tersebut.

"Siap neng, jangan lupa bintang 5 nya ya" Abang ojek pun berlalu dari tempatnya.

....

Toko buku

Toko buku menjadi tujuan Vika saat ini. Vika itu gemar sekali sama yang namanya membaca tapi membaca novel ya bukan buku pelajaran. Perlu di garis bawahi yang satu itu.

Kini jemari Vika menelusuri buku-buku kecil di rak itu. Kali ini dia mau membeli komik, soalnya Vika lagi bosan baca novel.

Tangannya terhenti di satu buku yang mempunyai cover warna hitam. Sejenis komik horror detektif gitu. Saat ingin mengambil buku tersebut matanya tertuju pada bagian pojok kiri bawah. 12. Buku itu sudah episode 12, dan Vika belum pernah membaca buku itu. Meanruh buku itu kembali dan matanya menjelajahi rak-rak buku itu.

Matanya berhenti menelusuri ketika buku yang ia inginkan berada di depan matanya. Namun sayangnya, buku itu berada di rak bagian paling atas.

Melompat. Berusaha mengambil buku itu, namun sayang buku tersebut masih jauh dalam jangkauannya.

Tangan seseorang terulur dari belakang ketika ia berjinjit berusaha mengambil kembali buku itu.

"Nih" Suara itu sepeti tidak asing ditelinga Vika. Membalikan badan, dan betapa terkejutnya Vika kali ini. Di depannya terpampang nyata sesosok Vano.

"E-eh hai, thank you ya" Vika terkejut, gugup dan membatu. Lebih tepatnya bingung harus ngomong apa lagi.

"Sendiri disini?"

"iya, lo juga ?"

"iya, lagi pengen aja"

"ouh, ehmm gue ke kasir duluan ya, thank you udah ambilin bukunya" Mengangkat buku itu dan Vika mulai melangkah menuju ke kasir. Namun, langkahnya terhenti karena tangannya ditarik pelan dari belakang.

"Gak mau ngobrol dulu gitu?"

...

Kini Vika berakhir di restoran sushi favoritnya. Bersama dengan orang favoritnya - eh engga engga.

"Jadi lo ambil jurusan apa?"

"Finance, lo sendiri ?"

"Hubungan Internasional" Kalau ini Vika sempat menduga-duganya sih, soalnya Vano ini suka banget sama yang berbau politik.

"By the way, ini kita gak papa berdua gini ? gue takut cewek lo salah paham ?" Raut wajah Vano yang tadinya tersenyum mendadak menjadi datar.

"Gak papa lah, emang kita ngapain. Ngobrol doang" Dari gerak tubuhnya terlihat jika Vano tampak tidak nyaman saat Vika menyebutkan seseorang.

"Yah iya sih" Vika menggaruk lehernya yang tidak gatal itu. Ia mendadak mati kutu bingung harus membahas apa lagi.

"Lo sering ke sini ?"

"hmm, lumayan. Soalnya ini favorite gue sih. Sushinya enaak banget. Fresh gitu, lo cobain ini deh" Tangan Vika terulur menyodorkan sepiring sushi pesanannya.

Vano mengerutkan kedua alisnya, mendadak bingung dengan apa yang Vika lakukan. Untuk menghilangkan kecanggungan itu Vano mengambil satu sushi di piring Vika.

Keheningan membuat Vika mengerjap. Apa yang dia lakuin sebenernya. Bisa - bisanya ia menyodorkan sepiring sushi yang sedang ia makan kepada Vano. Vika ini suka kelepasan kalau sudah membahas tentang makanan. Apalagi makanan favoritenya.

"Enak juga, lo cobain punya gue juga kalo gitu. Tadi gue liat ini menu baru, jadi gue rasa lo belum pernah coba ?" Saling bergantian, kini Vano yang menyodorkan sepiring sushi yang sedang dimakannya.

Vika pun mengambil sushi tersebut dan memakannya. Wah Vika takjub sih sama restorannya. Bener-bener bisa bikin Vika tergila-gila.

Melihat ekspresi Vika yang tidak santai, membuat Vano percaya diri jika sushi pilihannya beneran enak.

"Enakkan? jagoan gue berarti pilih menunya" Vika pun terheran-heran. Ini vano lagi nantangin Vika atau gimana sih?

"Baru satu menu doang, kita belum cobain menu yang lain. Jadi lo gak usah sok begitu" Dengan mata sinisnya Vika menatap Vano yang tertawa. Vano tau banget Vika ini gak bisa sama yang namanya ditantang. Pasti bawaanya langsung kesel pengen bales.

"Ouh yah, kalo gitu coba saladnya, punya gue ini menarik banget best seller juga, jadi kayaknya udah paling enak ya gak" Tantang Vano lagi. Vano nih emang lagi nyari ribut sama Vika kali ya.

"Best seller bukan berarti terenak ya, lagian lidah orang kan beda-beda jadi lo gak bisa gitu dong" Vika kesel sih asli sama Vano. Ini Vano kenapa sih jadi nyebelin gini sama dia

Dan perlombaan dan perbedatan itu berakhir sampai menu terakhir mereka. Alias minuman yang lagi mereka minum. Ia minuman. Garis bawahi ya. Minuman. Mereka menggunakan 1 sedotan yang sama di setiap gelas minumannya.

ini artinya mereka secara gak langsung ciuman gak sih ?

...

Nah lohh? Ciuman gak nih ?!

Thanks for reading guyss

kritik dan saran sangat terbuka disini

Jangan lupa vote dan komen ya gaes yaaaa 

luv u all <3

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 24, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Unfinished StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang