CHAPTER X

1K 68 3
                                    

"Zalll, depan bantuin Adjie".

"Sini Lo anjing, keroyokan Banci lo bangsat!!!".

"Bacot NGENTOT!!!".

Suara keributan disiang hari memenuhi jalan raya yang sedang di gunakan pelajar untuk tawuran. Entah masalah apa yang membuat kedua belah pihak bertengkar.

Insiden tersebut membuat jalan sangat kacau, dan Keos di waktu yang bersamaan, banyak diantaranya membawa parang, tongkat bisbol, crulit, dan alat berbahaya lainnya.

Ada yang melempar batu dari arah belakang yang membuat keadaan semakin tidak aman, banyak diantara nya yang sudah tumbang akan tetapi pertempuran masih berlanjut.

Beberapa yang sudah tumbang dibawa kerumah sakit untuk diperiksa sedangkan sisanya terus membuat kerusuhan di jalan. Kondisi disekitar jalan sudah sangat tidak kondusif yang mengakibatkan kemacetan.

Akhirnya setelah sekian lama, sirine polisi terdengar untuk mengamankan kondisi tawuran antar pelajar tersebut. Rizal yang mendengar sirine tersebut langsung menyuruh anggota nya kabur agar tidak tertangkap.

"Cabut woyyy, jangan sampe ketangkeppp!!!"

Setelah mengucapkan itu Rizal dan yang lain pergi berpencar mencari tempat aman agar tidak ditemukan polisi. Rizal terus berlari dengan kencang mencari tempat, matanya melihat WC umum yang kosong di sisi jalan.

Ia langsung pergi Kesana, dan menurup pintu agar tidak terlihat. Rizal mencoba mengatur nafas agar teratur kembali. Kondisinya saat ini bisa dibilang tidak begitu baik. Goresan panjang di lengannya yang cukup dalam karena sabetan gear motor, dan kepala yang terus mengeluarkan darah karena terkena timpukan batu.

Setelah cukup tenang, Rizal membersihkan luka ditubuhnya agar tidak terkena infeksi. Ia membasuh lengan dan mukanya dengan perlahan, sesekali meringis kesakitan saat air mengenai luka nya.

Merasa sudah bersih lukanya, dan aman Rizal keluar dari WC umum tersebut. Ia menelpon Rayhan yang tadi membawa Reza ke rumah sakit karena bahunya terkena crulit.

"Si Reza gimana? Gak parah kan?".

"Santai, gak terlalu parah kok Cuma dijahit, ni anaknya lagi santai abis dijait" mendengar itu Reza menginterupsi obrolan tersebut. " Gua aman kok Zal, besok juga udah bisa main bola".

Rayhan yang mendengar itu hanya terkekeh, tangan Rayhan tanpa pikir panjang langsung memukul kepala Reza cukup keras. "Plakk, yeu si goblok".

"Sakit goblok punya masalah apa si lu sama gua".

Rizal mendengar itu pun langsung mematikan telepon nya. Dan melihat layar handphone nya, banyak sekali riwayat telpon yang datang dari Aldi. Buru-buru Rizal menelpon Aldi balik, baru beberapa detik bunyi dering telepon, langsung tergantikan suara Aldi yang khawatir.

"Kamu dimana? Kok aku telpon dari tadi gak diangkat?".

"Ini dijalan pulang, sorry tadi ada urusan".

"Urusan apaan sampe telpon ku gak diangkat?, Gak macem-macem kan kamu?".

"Ada lah. Macem-macem gimana, aneh aja lu".

"Dihh apaan, ya udah buruan pulang aku tunggu".

"Iya yang".

Rizal menghela nafas panjang, niat awalnya ia ingin pergi ke kontrakan nya Rayhan dan menginap disanah. Masalahnya Aldi sedang di apartemen, dan ia tidak mau Aldi mengetahui kondisi nya sekarang.

Tapi mau gimana lagi, Rizal harus pulang ke apartemen nya, atau ia akan mendapatkan masalah baru. Rizal menaiki bus untuk kerumah Rayhan terlebih dahulu untuk mengambil motor dan langsung pulang.

CAMARADERIE (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang