CHAPTER XIV

1K 64 7
                                    

Suhu dingin di malam hari menusuk ke dalam tubuh Rizal. Ia saat ini sudah berada tepat di depan pintu rumah Aldi, sudah 20 menit disanah tanpa berani mengetuk pintunya.

Saat Rizal ingin mengetuk pintu rumah tersebut,  kakak dari Aldi pulang dari kantor. Bisa di lihat raut bingung dari Novi melihat Rizal yang terus  berdiri didepan pintu rumahnya.

"Kamu gak masuk Zal?" Tanya Novi setelah sampai di depan Rizal.

"Ah itu teh, ini baru sampe kok. Terus liat mobil teteh baru pulang makannya belum masuk".
Rizal buru-buru mencari alasan yang tepat agar tidak dicurigai kalau Rizal dan Aldi sedang ada masalah.

"Oh ya udah yok masuk, langsung ke kamar si Aldi aja. Orangnya lagi tidur kali".

"Iya teh".

Setelahnya Rizal pergi ke kamar Aldi dengan hati yang tidak karuan. Ia sangat cemas dengan keadaannya saat ini.

"Tok tok, Al ini gua".

Suara dalam milik Rizal, mengalihkan atensi Aldi yang sedang melamun di dalam kamar. Ia buru-buru membuka pintu kamarnya.

"Al ngomong diluar aja, gak enak kalo disini".

"Oke, aku siap-siap dulu sebentar".

Aldi langsung kembali ke dalam kamar mengambil sweeter dan langsung menghampiri Rizal kembali.

"Yok".

Rizal dan Aldi mencari tempat yang lebih kondusif untuk mereka berdua. Setelah izin ke teh Novi mereka berdua pergi ke taman sekitar komplek yang memang cukup sepi, hanya ada beberapa orang yang sedang berbicara di Sanah.

Saat sudah duduk ditempat yang konsong. Suasana canggung menyelimuti mereka berdua, tidak ada yang mau memulai percakapan diantara mereka.

Hingga akhirnya Aldi yang memberanikan diri untuk membuka suara.

"Kamu bisa jelasin semuanya Zal?".

Sebelum menjelaskan semuanya Rizal menghela nafas panjang, dan menatap Aldi dengan gusar.

"Sehari setelah lu pulang, gua pergi kerumah. Dan bicara sama ayah. Tapi keputusan ayah udah bulat  buat lu sama gua pisah. Gua jelas marah sama keputusan sepihak ayah dan milih pergi dari rumah dan kerja jadi kuli bangunan di tempat elu nemuin gua.

Aldi yang mendengar semua pengakuan Rizal sangat terkejut, tentang apa yang ia lakukan selama ini.

"Terus kamu kenapa gak bilang sama aku?".

"Gua jelas gak mau ngebebanin lu Al".

Emosi Aldi seperti naik turun setiap mendengar ucapan yang keluar dari mulut Rizal.

"Ini jelas jadi beban aku juga Rizal!!, seenggaknya kamu bilang".

"Maaf, gua pikir semua bisa gua tanggung".

Rizal menundukkan kepalanya tanpa berani melihat kearah Aldi.

"Ayah kamu kemarin Dateng nemuin aku".

Rizal yang langsung mendongakkan kepalanya menatap Aldi dengan cemas.

"Ayah ngomong apa sama kamu?".

"Ayah kamu mau yang terbaik buat kamu Zal, punya keluarga yang utuh dan punya karir yang sukses dimasa depan. Bukan sama aku tapi sama perempuan diluar Sanah".

Rizal menangkupkan tangannya di ke dua pipi Aldi, menatap dengan tulus kemata Aldi.

"Denger, gua gak mau putus sama lu Al. Gua cinta mati sama lu. Lu boleh minta apa aja ke gua tapi jangan minta putus Al".

CAMARADERIE (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang