Malam berganti, hari dimana Rizal dan kawan-kawannya akan manggung di kafe yang berada di dekat persimpangan sekolah mereka. Rizal yang sudah siap pun menuju motor kesayangannya untuk menjemput sang pujaan hati dirumahnya.
Setalah sampai di perkarangan rumah Aldi, terlihat sosok lelaki manis yang sedang menunggu kehadirannya di teras rumahnya sambil memainkan handphone. Dan Aldi yang merasa kehadiran Rizal pun langsung menghampirinya.
"Langsung aja Zal, teh Novi lagi pergi soalnya". Ucap Aldi setalah sampai di depan Rizal.
"Ya udah pake dulu helmnya terus langsung cabut, biar gak telat".
Setelah menggunakan helm, Aldi pun menaiki kursi penumpang yang ada di motor tersebut. Mereka pun meninggalkan perkarangan rumah tersebut. Selama di perjalanan hanya ada keheningan.
Ada pertanyaan yang ingin disampaikan oleh Aldi, tetapi ia Sungkar untuk menanyakan pertanyaan tersebut.Akan tetapi menurutnya pertanyaannya ini cukup penting untuk kedepankan. Rizal sedikit mengesampingkan masalah sekolah untuk musik.
Ia paham dan mengerti kalau Rizal sesungguhnya ingin menjadi seorang musisi. Akan tetapi saat ini mereka berdua adalah pelajar kelas XII yang sebentar lagi akan lulus, Aldi tidak bisa membiarkan ujian yang akan mendatang dianggap remeh oleh Rizal.
Setelah menimbang-nimbang akhirnya iapun memberanikan diri untuk menanyakan pertanyaan tersebut.
"Zall".
"Hemm"
"Aku mau tanya boleh?".
"Tanya apa?".
"Soal sekolah kamu".
"Sekolah gua kenapa emangnya?".
Aldi yang mendengar itu hanya bisa menghela nafas. Dia harus bisa menanyakan ini dengan sabar karena respon Rizal yang terlihat tidak perduli.
"kamu gak mau berhenti dulu untuk sementara manggungnya?, kamu harus fokus Belajar dulu buat masuk kuliah".
Rizal yang mendengar pertanyaan itu pun hanya mendengus. Merasa lelah dengan pertanyaan seperti itu, ia ingin menekuni bidangnya di musik tapi untuk sekarang terlihat sulit baginya.
sekarang mungkin ia bermain musik hanya untuk melampiaskan rasa frustasinya, tetapi nanti ia memimpikan menjadi seorang musisi yang menghidupi dirinya dan Aldi dengan menjadi seorang musisi.
Tetapi sang ayah mungkin tidak akan setuju untuk itu, ayahnya mungkin mengharuskan Rizal untuk menjadi seorang pengusaha sukses.
"Humm, nanti gua pikirin".
"Aku gak nyuruh kamu buat berhenti main musik, tapi kamu inget kamu masih pelajar masih ada tanggung jawab untuk belajar".
"Iya gue paham, lu nya turun dulu udah sampe. Gua keruangan belakang ya mau nyiapin alat buat manggung"
"Oke, Semangat" ucap Aldi sambil tersenyum hangat.
Rizal yang melihat itu pun hanya tersenyum kecil, hampir tak terlihat jika tidak memfokuskan pandangannya ke arah bibirnya yang yang tertarik sedikit.
Rizal pun pergi menemui teman-temannya sedangkan Aldi masuk kedalam kafe dan menghampiri Rayhan yang sedang duduk di tengah-tengah, tempat yang strategis untuk menonton live music.
"Han, yang lain belum pada Dateng?"
"Oh udah ada yang dateng kok tapi beberapa ada yang mencar di pojokan bareng pacarnya. Paling bentar lagi juga para busung laper pada Dateng buat nonton"
Gak lama setelah pembicaraan itu pun Reza, Adjie, Fadli, dan temen sekelas lainnya pun pada Dateng. Kehadiran mereka bikin suasana yang tadinya lumayan kondusif jadi ancur banget. Umpatan dan bacotan mereka yang kurang terkontrol terdengar lumayan kencang.
KAMU SEDANG MEMBACA
CAMARADERIE (COMPLETED)
Romance"Cupp, selamat pagi Al". "Pagi Zal, jam berapa ?". "Masih jam 5, lu kalo masih ngantuk tidur lagi aja masih pagi juga Lagian". "Udah gak ngantuk Zal, aku mau ke toilet bantuin". PS: Warning‼️ Ini cerita BXB jadi kalo gak suka gak usah baca.