CHAPTER XII

769 57 3
                                    

"plakkkk!!" Bunyi tamparan berdenging sangat keras di ruangan yang Atmosfernya sangat tegang dan keras.

Tercetak dengan jelas warna merah di pipi kiri Rizal bekas tamparan yang ayahnya berikan.

Mahendra sangat marah saat mengetahui sang anak ternyata mempunyai kelainan seksual. Jelas dia tidak terima sama sekali alasan yang dibuat oleh Rizal.

Dia berharap hidup anaknya sukses, dan punya reputasi yang baik. Dan di patahkan begitu saja oleh Rizal. Orang tuanya mana yang menerapkan mengetahui anaknya menjadi Gay.

Hidup mempunyai aturan nya sendiri, dan Rizal jelas masih tanggung jawabnya. Ia hidup masih dibawah aturan yang orang tuanya buat.

"Pikiran mu dimana?. Sudah hilang hingga melenceng dengan apa yang saya ajarkan?!!". Mehendra menatap dengan tajam kearah Rizal.

"Pikiranku jelas masih di kepala ku, tidak hilang kemana pun".

"Kamuuuu!!" Mahendra bangkit dari duduknya dan mendekati anaknya dengan marah.

"Ini hidup ku yah, gak seharusnya semua yang aku lakuin harus ada persetujuan dari ayah".

Rizal jelas tidak mau mengalah dengan ayahnya, dia merasa ini hidupnya. Tidak seharusnya semua yang ia lakukan harus sama dengan yang ayahnya ingin kan.

"Ini hidup mu???, Bisa apa kamu tanpa saya hah?" Suara Mahendra semakin keras dan tegas. Menghadapi Rizal adalah hal sangat sulitnya menahan amarahnya akan tingkah nya.

Rizal yang mendengar itu jelas bertambah marah. Suasana yang memang dari awal sudah tidak kondusif semakin tidak terkendali.

"Aku bisa hidup yah!!. Ayah pikir hidup ku cuma tentang ayah?? Enggak. Aku bisa hidup tanpa ayah".

"Ohh, kamu merasa kalau kamu bisa hidup sendirian. Baik, sekarang kamu pergi dari sini. Jangan kembali, jangan menggunakan fasilitas yang saya berikan pada mu".

"Baik, saya keluar dari rumah ini".

Rizal melangkah keluar dari ruangan ayahnya, tapi saat ia membuka pintu suara ayah nya kembali terdengar memenuhi pendengaran nya.

"Jangan tinggal di apartemen yang saya berikan, kamu yang memilih keluar, dan tidak ada fasilitas satu pun yang saya berikan padamu saat kamu sudah melangkah keluar dari rumah ini".

Rizal langsung menutup pintu dengan keras, meninggalkan rumah orangtuanya. Rizal masih mempunyai tabungan yang bisa menghidupi nya sendiri untuk beberapa bulan kedepannya.

Rizal, mencari tempat tinggal untuk nya, tidak perlu besar yang penting bisa untuk tidur dan murah.

*****

Disisi yang lain Aldi sangat gelisah memikirkan keadaan Rizal. Sudah hampir seminggu Rizal tidak ada kabar dan dia juga tidak berangkat ke sekolah.

Aldi sudah mencoba berbagai cara untuk mengetahui keberadaan Rizal dimana, menelpon, menanyakan keberadaan Rizal ke teman-teman nya, terkadang dia kerumah orang tua Rizal tapi saat ia datangi rumah kosong tidak ada penghuninya.

Ia sangat Bingung dan gelisah, ia takut dengan keadaan nya sekarang. Dia hanya menyesali perbuatannya hingga ketauan ayah Rizal.

Aldi tidak menyesali mengenal Rizal bahkan sampai mempunyai hubungan, ia malah sangat bersyukur bisa mengenal Rizal. Dengan tingkah lakunya bisa membuatnya tenang.

Saat Aldi memikirkan tentang Rizal, handphone nya berbunyi Aldi langsung mengambil handphone nya berharap Rizal menghubungi nya. Tetapi yang tertera malah nomor yang tidak dikenal.

Aldi mengernyit kan dahinya, berfikir siapa yang menelepon. Akhirnya setelah panggilan terputus, dan kembali ada yang menelpon dengan nomor yang sama akhirnya Aldi mengangkat telpon tersebut.

"Hallo?, Dengan siapa ya?.

Selepas mengucapkan itu, suara berat dan dalam terdengar di telinga nya. Aldi mengetahui bahwa yang menelpon saat ini adalah ayah Rizal.

"Saya ingin bertemu dengan kamu, saya tunggu jam 3 di kafetaria".

"Baik Om".

Setelah mengucapkan itu telpon terputus, pemikiran buruk berdatangan dipikiran Aldi. Ia tidak bisa membayangkan jika dia dan Rizal putus.

Ia tau dengan sadar bahwa apa yang dia dapat Rizal lakukan salah. Dan Aldi tidak siapa dengan konsentrasi yang akan datang silih berganti kepadanya.

Aldi takut, apa yang dipikirkannya akan terjadi, mereka berdua dipaksa untuk berpisah.

Menghela nafas, Aldi memilih untuk siap-siap sekarang sudah jam 2 dan ia harus bertemu langsung dengan ayah Rizal.

Aldi juga harus memenangkan dirinya, dia sangat gugup dan takut untuk menghadapi nanti.

***

Aldi memasuki kafetaria dan disanah bisa dilihat olehnya. Bahwa Mahendra sudah duduk dengan tenang sambil menikmati kopinya.

Aldi berjalan menghampiri Mahendra, setalah sampai ia menyapa dan duduk di depan Mahendra.

"Misi Om".

"Silahkan duduk".

Suasana canggung menyelimuti tubuh Aldi, sungguh ia ingin kabur saat menit pertama setelah duduk.

Mahendra membuka suaranya, tidak membuat Aldi tenang, akan tetapi malah membuat Aldi semakin tidak nyaman. Telapak tangannya mulai basah karena keringat.

"Saya mau kamu meninggalkan anak saya".

Aldi langsung menatap Mahendra tidak percaya. Pemikirannya yang dari awal memang sudah tidak karuan, semakin menggila.

"Tapi Om say-". Beli habis Aldi memberikan pembelaan, ucapannya langsung dipotong oleh Mahendra.

"Saya tidak perduli dengan pendapat kamu, kamu pikir dengan kamu memberikan stetmen bakal merubah keputusan saya?. Tidak akan pernah".

Aldi langsung diam setelah mendengarkan ucapan Mahendra.

"Keluarga kamu punya harapan besar pada kamu, begitu pun saya. Saya punya punya harapan untuk anak saya. Tidak seharusnya dia punya hubungan dengan kamu".

Setiap ucapan yang di katakan oleh Mahendra penuh dengan penekanan yang membuat Aldi diam tidak berkutik.

"Saya harap kamu paham saya apa yang saya maksud, saya mau anak saya punya masa depan yang cerah dan mempunyai anak. Bukan menjadi Gay, yang sudah jelas sangat salah untuk dilakukan. Dan saya mau kamu mengakhiri hubungan ini dan menjalani hidup masing-masing".

Setelah mengucapkan kan itu Mahendra pergi meninggalkan Aldi dengan pemikiran-pemikran yang buruk.

Tapi disatu sisi ia menggunakan logika nya untuk untuk dirinya dan Rizal kedepannya. Apa lagi setelah Mahendra dengan terang-terangan tidak menyetujui hubungan mereka.

.
.
.
.
.
.
.
.
TBC

Akhirnya bisa nulis lagi, semoga suka sama cerita aneh ini.

Ini cerita bentar lagi bakal selesai, tinggal 2/3 chapter lagi, tapi gua lagi bingung ini ending bakal gimana sad/happy ending👾

CAMARADERIE (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang