EKSTRA PART 2

1K 56 3
                                    

Dering telpon terus mengganggu Aldi secara beruntun dari pagi tadi. Rasa tidak nyaman terus Aldi rasakan saat kembali bertemu kembali dengan Rizal.

Ditambah dengan pertemuan yang tidak mengenakkan menurutnya. Rizal berubah banyak. Bahkan lebih gila dibanding saat mereka masih mempunyai hubungan.

Rizal yang sekarang terkesan kaku dan lebih dominan dibandingkan dulu yang penyayang dan dominan. Tetapi dominasi saat itu tidak begitu kuat, hanya diwaktu tertentu saat Rizal akan mengeluarkan aura tersebut.

Tetapi sekarang berada disekitar Rizal hanya untuk beberapa menit saja rasanya sangat menyesakan baginya. Rasanya energi yang dimiliki oleh Aldi terus di ambil oleh Rizal.

Semua dominasi dikendalikan penuh olehnya. Rasanya seperti semuanya berpusat pada Rizal dan  Aldi seperti magnet yang terus ditarik terus untuk ketitik pusat yang dibuat oleh Rizal.

Hingga akhirnya bunyi telpon sudah tidak terdengar lagi. Tetapi notifikasi WhatsApp muncul di handphonenya, tertera pesan tersebut dikirim dari kontak bernama Rizal.

"Gua di depan pintu kontrakan lu, keluar sekarang atau gua dobrak nih pintu!!" Sebuah pesan singkat yang mampu membuat Aldi yang membaca sedikit tidak mempercayai bahwa pesan tersebut dikirim kan oleh Rizal.

Pasalnya saat itu Aldi turun didepan gang yang artinya Rizal tidak mungkin mengetahui alamat tempat tinggal nya dimana.

Suara ketukan pintu dan suara rendah yang ia tau betul suara siapa yang berbeda di depan pintu kontrakan nya.

Jujur Aldi bingung dengan kondisi nya saat ini. Ia tidak tau harus melakukan apa agar Rizal tidak bisa menemuinya.

Aldi hanya ingin memiliki hidup yang tentram yang baru bisa ia dapatkan beberapa tahun belakangan. Masa terpuruk Berlangsung sanggat lama saat itu karena harus berpisah dengan Rizal.

Aldi hanya tidak mau benteng yang ia bangun dengan susah payah hancur begitu saja. Bobo jika Aldi tidak senang bertemu kembali dengan Rizal, tetapi kondisi tidak memungkinkan untuk mereka kembali bersama.

Hidup mereka sudah berada, kertas yang tadinya tertulis dengan tidak jelas, sekarang mulai memiliki makna disetiap goresan. Aldi hanya tidak mau apa yang ia buat kembali berantakan.

Tiba-tiba saja dering telepon yang sudah berhenti kembali berdering. Yang sialnya pasti akan terdengar bunyi telpon nya keluar. Dan Rizal akan tau jika Aldi berada di rumah tidak keluar kemana-mana.

"Al gua tau lu di dalem. Keluar sebelum pintunya gua dobrak dari luar sekarang. Gua hitung sampe 5 lu belum keluar siap-siap ni pintu rusak" suara Rizal terdengar oleh Aldi yang ada di dalam. Setelah Rizal mematikan telpon saat mendengar dering telepon milik Aldi yang terdengar dari dalam rumah.

Rizal mulai menghitung mundur Setiap angka dan mulai memasang kuda-kuda kakinya untuk mendobrak pintu.

Saat hitungan ke 4 Rizal bisa mendengar suara orang yang sedang berlari ke arah pintu. Tepat di hitung ke 5 pintu pun terbuka dan terpampang raut wajah Aldi yang khawatir dengan aksi yang akan dilakukan oleh Rizal.

"Kamu mau nga-" belum selesai Aldi berbicara Rizal tanpa tahu malu langsung membuka pintu lebar-lebar agar ia bisa masuk kedalam rumah.

Aldi buru-buru menutup pintu dan menghampiri Rizal yang dengan santainya masuk kedalam kamar tidur Aldi dan mengambil handphone yang tergeletak di atas kasur.

"Ini handphone masih berfungsi dengan baik loh Al. Kok telpon gua dari tadi pagi gak diangkat sama lu?" Tanya Rizal basa-basi. Tentunya Rizal paham kenapa Aldi tidak mau ngangkat telpon dari dirinya.

Aldi menatap Rizal dengan malas "Zal, kita putus udah lama dan gak seharusnya kamu gini" Aldi menghela nafas panjang menghadapi Rizal saat ini.

"Bukannya gua udah bilang gua gak perduli?" Jawaban Rizal sangat menyebalkan di pendengaran Aldi saat ini.

Aldi hanya menatap dalam diam dengan tingkah Rizal yang terus mengutak-atik handphone. Entah apa yang saat ini cari di handphonenya itu.

Tiba-tiba saja menunjukkan sebuah gambar yang didalamnya terdapat foto Aldi dan pacarnya yang berpelukan dengan mesra "ini pacar lu?" Tanya Rizal tidak suka.

"Zal, kamu bisa gak seenaknya gak?" Aldi mencoba menahan amarah saat Rizal membuka galeri di handphone nya dan melihat foto-foto yang ada di dalam handphone yang isi nya hampir dipenuhi oleh wajah pacar Aldi.

"Gua cuma nanya?" Rizal kembali sibuk dengan handphone Aldi ditangannya. Tetapi beberapa saat kemudian Rizal tertawa dengan sangat keras hingga mengeluarkan air mata. Entah apa yang membuatnya tertawa hingga segitunya saat melihat handphone milik Aldi.

"Lu masih nyimpen foto-foto kita dulu?" Tanya Rizal saat meredakan ketawanya.

Sedangkan Aldi terlihat panik dan ingin mengambil handphone nya yang ada ditangan Rizal. Tetapi bukanya berhasil tangan Rizal dengan sigap menahan pinggul Aldi dan mengangkat keatas pangkuannya.

Rizal melemparkan handphone terbaru kearah kasur dan memeluk Aldi dengan sangat erat. Jujur saja, Aldi masih merasa hangat dan nyaman didalam pelukan yang di berikan Rizal saat ini.

Tidak mau terlena, Aldi mencoba melepaskan pelukannya, tetapi tenaga Rizal sanggat kuat untuk nya "Zalll" panggil Aldi.

"Hemmm" Rizal hanya menjawab sebuah gumaman sebagai jawaban.

"Zal lepas dulu".

"Gak, pelukan lu enak Al".

Rizal semakin menyelusup kan kepalanya kedalam perpotongan leher Aldi. Mencari tempat sebagai tumpuan kepalanya.

"Zalll, ayo lahhh" Aldi mencoba merengek agar  Rizal melepaskan pelukannya dan tangannya mencoba memindahkan kepala Rizal yang berada di lehernya.

Dan berhasil, tetapi tidak lama kemudian Rizal malah memberikan ciuman di bibirnya walaupun hanya sebentar, tapi cukup mengagetkan untuk Aldi. Sudah ketiga kalinya Rizal memberikan ciuman di bibir.

"Ikut gua ayoo" Rizal mengangkat tubuh Aldi yang ada di atas pangkuan nya.

"Zal heii turunin!!" Aldi terus berontak tetapi Rizal malah terus melangkahkan kakinya ke depan pintu rumah.

Rizal baru menurunkan Aldi saat sudah di depan pintu, Rizal melepaskan jaket yang dipakainya dan diberikan pada Aldi "pake" Aldi dengan terpaksa memakai jaket yang diberikan oleh Rizal.

Saat membuka pintu Aldi bisa melihat motor yang dahulu penuh dengan kenangan indah. Entah apa maksudnya. Aldi hanya diam tiba bertanya apa pun hingga motor yang mereka tunggangi meninggalkan perkarangan rumah.

Aldi dan Rizal harus melewati jalan yang padat dan cuaca panas yang membakar kulit yang merasakan. Hingga akhirnya mereka berdua sampai di satu taman yang memiliki kenangan buruk untuk diingat.

Taman yang menjadi saksi bisu perpisahan mereka berdua pada saat itu "kita ngapain ke sini Zal??" Tanya Aldi heran.

"Cuma mau mampir bentar"  Rizal menarik pergelangan tangan Aldi untuk mengikutinya duduk di bangku taman yang tidak ada berubah Yang signifikan disanah.

.
.
.
.
END

CAMARADERIE (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang