Bab 13

79 11 0
                                    

A/N : Versi terbaru cerita ini tersedia dalam bentuk pdf dengan total 1137 halaman, pemesanan hubungi di Whatsapp : 0858-6347-4083

Di Karyakarsa dukungan per bab di @iamtillyd dan bisa search di Google Play

***

"Kita sudah sampai."

Saat mobil yang dikendarai oleh Sebastian berhenti, Tallulah melihat Sebastian turun lebih awal. Kedua mata wanita itu kemudian beralih pada butik yang bertuliskan "close" tapi tidak menutup bagian depannya sama sekali. Dari balik dinding kaca, Tallulah dapat melihat bahwa tampaknya tidak ada satupun pelanggan yang masuk selain staff yang hilir mudik.

"Kita harus menemukan pakaian yang cocok untukmu. Ini butik milik Ibuku—"

"Aku tidak mau mengikutimu," potong Tallulah.

"Lula—"

"Aku tidak akan mengikutimu," ulang Tallulah kesal. "Aku ingin pulang ke New York sekarang—aku tidak ingin melihatmu."

Sebastian menarik pergelangan tangan Tallulah. Tallulah melotot karena pria itu tidak mendengarkan ucapannya sama sekali. "Lepas! Sebastian lepaskan tanganku, apa kau tuli?!" Tallulah menghempaskan cekalan Sebastian di pergelangan tangannya dan sekarang Tallulah merasakan pandangan semua staff di butik tertuju pada mereka.

Susah sekali rasanya jika Tallulah harus berhadapan dengan pria yang kelewat narsis. Apalagi meskipun Sebastian sangat narsis, pria itu nyatanya memanglah terkenal melebihi aktor papan atas yang tengah naik daun. Sejak berada di Miami Autodrome, Tallulah ingin sekali memukuli Sebastian dengan kasar—sesuka hatinya sampai pria itu sadar.

Namun, Tallulah tak mungkin memukuli pria itu di saat bagian depan Miami Autodrome dipenuhi oleh orang-orang yang melintas. Bukan hanya karirnya yang akan hancur, dia akan disebut sebagai orang gila karena memukuli idola mereka. Tapi baik di dekat Miami Autodrome maupun di tempat yang sekarang mereka pijakki, kesempatan untuk meluapkan emosinya tampaknya tidak bisa dilakukan.

"Mrs. Easter, aku yakin kau tidak ingin membuat keributan di sini," ujar Sebastian seraya menatapnya dengan geli. "Apalagi sampai menggigit bibirku lagi."

Tallulah melotot kesal. Kedua pipinya yang sudah memerah karena menahan amarah, kini bertambah karena godaan Sebastian membuatnya mengingat apa yang mereka lakukan di ruang VVIP milik pria itu. Mereka berciuman, lagi dan lagi, sementara suara mobil balapan saling berdengung di bawah mereka—dari balik jendela, para pembalap formula satu itu berkendara seperti kilat menyambar.

"Kita harus masuk sekarang dan menyiapkan pakaian yang bagus untukmu—"

"Aku sudah melakukan reservasi, kita akan berkencan sore ini, Pumpkin."

"Kencan saja sendiri, aku tidak peduli. Aku tidak mau berkencan denganmu." Tallulah berderap meraih tasnya. "Aku akan memesan tiket untuk ke New York sekarang juga."

"Aku tidak akan memberikan akses padamu untuk membeli tiket menggunakan kartuku."

Tallulah mendengus. "Aku juga memiliki uang."

"Masuk, Lula. Tidak ada New York—"

"Tasku. Aku membutuhkan tasku sekarang—" Ucapan Tallulah terhenti karena dua detik kemudian, Sebastian menggendong tubuhnya ala bridal style dan pria itu melangkah masuk ke dalam butik.

"LEPAS SIALAN!" maki Tallulah memukuli pundak Sebastian.

Masa bodoh dia terlihat seperti orang gila karena Sebastian membuat emosinya naik sekarang. Tallulah tidak peduli semua staff di dalam butik menatapnya bingung.

The Right Kind of WrongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang