Malam penuh cerita

54 5 4
                                    

"Good morning!"

Dena terlonjak kaget ketika mendapati Daniel yang sedang menyandar pada dinding kelas yang baru selesai Dena lakukan. Semua mata siswa-siswi juga menatap terkejut ketika seorang Dena sedang dekat dengan Daniel.

"Eum, morning?" Balas Dena kikuk. Daniel yang mendengarnya hanya tertawa gemas dan mulai berdiri tegak dari posisi bersandarnya.

"Are you not used to people's stares?" Tanya Daniel mulai melangkah bersama Dena.

"Yea, kinda." Jawab Dena melangkah canggung ketika siswa dan siswi masih menatapnya kagum. Daniel menarik Dena untuk berpindah pada sisi kiri, walaupun tidak dapat menghentikan tatapan mereka, setidaknya sisi kiri lebih baik karena Daniel menutupinya pada sisi kanan.

"Sorry, ya? Kalau karena gue lo jadi terganggu." Ujar Daniel setelah semua siswa-siswi itu sudah berkurang.

"Gue nggak pernah bilang kalau gue terganggu, tuh," jawab Dena lalu melangkah dahuluan dari Daniel. Daniel terdiam masih berusaha mengolah ucapan Dena.

"KEI! MAKSUDNYA APA!?" Teriak Daniel lalu berlarian untuk menyusul Dena yang sudah jauh di depannya.

"Maksud gue, gue nggak pernah keberatan dideket lo." Jelas Dena masih melangkah begitu cepat. Sontak Daniel entah mengapa tersipu dalam diam. Namun rasa menggelitik pada perut Daniel tidak berlangsung lama ketika sosok lelaki muncul di depan Dena dan Daniel.

"Hai." Sapanya begitu menyebalkan dalam mata Daniel. Itu adalah Rama, mantan kekasih Dena.

"Lo ngapain ke sini? Ini nggak sesuai yang lo janjiin." Balas Dena menatap Rama tidak ramah, sedangkan mata Daniel mendelik lebar ketika Dena membicarakan sebuah perjanjian. Dena menatap Daniel yang juga menatapnya meminta penjelasan.

"Gue cuman mau liat keadaan lo, sekaligus sinyal kalau gue masih ada kesempatan buat kembali ke lo." Balas Rama begitu sombong, Daniel hanya menontoni bualan orang gila itu tanpa ekspresi.

"Dani-" baru saja Dena ingin berbicara, Daniel sudah melangkah pergi untuk segera ke kantin, rasanya sangat membakar ketika melihat wajah Rama pada matanya. Daniel tidak ingin kelepasan.

Begitu sampai pada kantin, Dika dan Jaden hanya tersenyum kecil ketika melihat penampakan Dena di jauh sana bersama laki-laki lain.

"Gue nyium bau gosong di sini." Ujar Dika setelah Daniel duduk di sebelahnya masih dengan wajah tanpa ekspresi, tidak peduli dengan ocehan Dika dan Jaden.

"Apa, tuh, yang kebakar?" Tanya Jaden penasaran pada Dika.

"CEMBURU!!" Teriak keduanya lalu tertawa begitu kencang, Daniel hanya menatap keduanya dengan tajam mampu membungkam kembali keduanya.

"Tapi gue serius, bang. Gue nggak pernah muka lo kayak gini." Ujar Dika menatap lekat pada wajah Daniel, Daniel hanya membuang muka tidak ingin dilihat. Jaden hanya melirik dengan senyuman penuh arti.

"David mana?" Tanya Daniel mengalihkan topik tanpa Dika sadari.

"Cabut." Jawab Dika mengingat ada Jaden yang belum mengetahui insiden semalam.

"Ke mana? Gue nggak dapet kabar apa-apa." Tambah Jaden mengerutkan keningnya.

"Semalem Bintang dateng dalam keadaan berantakan. Dia kehujanan keliatan habis nangis, nyariin David." Jelas Dika, Daniel hanya mengangguk ia juga tidak memiliki niat untuk menyembunyikan hal itu kepada teman-temannya.

"Wah, gue nggak nyangka." Balas Jaden menganga.

"Lo harusnya liat gimana Jevan yang bukain pintu buat Bintang." Dika tertawa kecil mengingat wajah Jevan, entah mengapa jika diingat-ingat begitu lucu. Jaden hanya menanggapinya dengan tawa rendah.

Kepalsuan | Choi HyunsukTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang