Goodbye to the Attempt on Eternity

638 62 2
                                    

Cover art © 2_d_isn (twitter)

One more chapter after this~

----------------------

Dengan memanipulasi gravitasi, Chuuya meloncat dari satu atap gedung ke gedung lain. Dia berusaha fokus pada targetnya namun efek dari Kemampuan Saruhiko masih belum sepenuhnya hilang. Arahabaki memang sudah tenang tapi pikirannya tetap tidak bisa berhenti memberikan kilasan-kilasan. Fushimi Saruhiko, bocah itu sama sekali tidak menahan diri selama 'menyiksanya', memberikan seringai mendengar teriakan kesakitannya. Salah satu pedang yang dikendalikan anak itu nampaknya bisa merasuki jiwa seseorang tapi dengan Arahabaki sudah berdiam di dirinya, efek yang muncul jauh dari kata 'menyenangkan'. Arahabaki mungkin tidak mengenal konsep 'identitas diri', hanya dewa yang bergerak oleh insting, tapi sekedar insting saja cukup untuk tahu jika ada yang mengusik 'teritori' mereka. Mengusik hewan buas hanya akan membuatnya semakin brutal. Arahabaki juga sama. Saat Saruhiko berusaha mengendalikannya, dewa itu merespon dengan caranya sendiri.

Chuuya tidak mungkin lupa saat seluruh saraf rasa sakitnya aktif bersamaan saat Arahabaki merespon apa yang menurutnya 'invasi' dan itu baru permulaan. Baik Saruhiko dan Arahabaki sama-sama tidak mau menyerah untuk mengambil alih tubuhnya, efek samping yang mereka berikan pada dirinya benar-benar menguras daya tahan mentalnya. Dia tidak bohong kalau Dazai terlambat mungkin dia akan menyerah. Mafia kuat sekalipun akan kewalahan jika semua kenangan buruk yang ingin dipendam muncul ke permukaan di saat bersamaan.

Pengkhianatan Hitsuji.

Ditandai paksa lalu Alpha yang menggigitnya menghilang begitu saja.

Mori yang menolak permohonannya menggunakan sumber daya Port Mafia untuk menyingkirkan Fyodor dan justru menyuruhnya membuka kaki untuk pria itu.

Naa Chuuya, apa Misaki dan Aya tahu tentang asal-usulmu? Apa mereka tahu di dalam orang yang mereka panggil kaasan terdapat dewa penghancur? Mereka pernah melihat sosokmu saat mengaktifkan Ojoku?

Pergerakan Chuuya terhenti. Kelopak matanya tertutup erat, berusaha mengembalikan kilasan yang terakhir muncul kembali ke dasar memorinya. Ingatan terburuknya. Sampai saat ini dia masih merasa getir pada hari itu. Dazai benar-benar menghancurkannya dan dia hampir pada titik tidak bisa kembali sebagai 'Nakahara Chuuya'.

Lalu kenapa dia tetap memilih Dazai?

Entahlah. Mungkin dia sama sintingnya dengan Alpha itu.

Chuuya mengaktifkan kembali Kemampuannya dan bergegas menuju gedung targetnya. Menata kembali pikirannya. Fokus pada target. Jangan teralihkan pada hal di luar misi. Ampul berisi antidot untuk menormalkan Sayu dan Dazai berada di tangan orang terakhir yang ingin dia lihat. Fyodor memang mengatakan 'tidak akan menghalangi' tapi bajingan itu sama liciknya dengan Dazai dan dia tahu ini salah satu taktik favorit Dazai saat sedang ingin 'bermain-main' dengan lawan. Secara teknis Dazai memang hanya akan berdiam di tempat dengan senyum bodoh menyaksikan pihak musuh mengatasi berbagai jebakan yang disiapkan sebelumnya. 'Brengsek' memang terlalu ringan untuk menjelaskan kebusukan Dazai saat seperti ini tapi dia juga tidak benar-benar protes.

"Fyodor," panggil Chuuya, sama sekali tak menghiraukan dia baru saja memilih membuat lubang besar di gedung kedua Shiranui tempat targetnya berada. "Di mana ampulnya?" Dia ingin menonjok seringai memuakkan di wajah pria itu.

"Sambutan yang sangat dingin, Chuuya."

"Ampulnya," ulang Chuuya yang sudah jengah menghadapi semua ini.

Masih dengan menyeringai penuh maksud tersembunyi Fyodor mengarahkan pandangannya pada lemari besi di sisi jauh ruangan tempatnya berdiri. Chuuya tidak perlu menanyakan kombinasinya, Kemampuannya sudah cukup untuk melepas pintu besi dari engselnya. Yang masih menahannya untuk tidak membabi buta membukanya adalah kemungkinan perangkap di baliknya dan menghancurkan satu-satunya penyembuh untuk Sayu dan Dazai.

LilyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang