04

38 8 2
                                    

Happy Reading!
💗🌷

"Kenapa dia ada disini?" Tanya Ni-Ki dan Rhea berbarengan.

Ni-Ki dan Rhea bertatapan dengan wajah yang terkejut.

Setelah itu mereka langsung membuang muka.

Saat ini jantung Ni-Ki sepertinya sedang tidak beres. Apakah ia harus pergi ke dokter? Tidak biasanya ia seperti ini.

Daelyn menutup mulutnya, setelahnya dia tersenyum misterius.

"Ekhem!!"

Mereka pun memfokuskan pandangannya pada Daelyn.

Lalu Rhea mulai bertanya pada Daelyn, "aku ulangi, kenapa dia ada disini?"

"Perkenalkan, dia saudaraku, Rhe."

"Apa?! Saudara?!" Ulang Rhea mendengar apa yang dikatakan Daelyn, ia tidak percaya mendengar hal itu. Bisa-bisanya ia tidak memberitahunya?

"Iyaa."

"Mengapa kau tidak memberitahu ku?"

"Aku akan memberitahu mu nanti." Daelyn tersenyum miring membuat Rhea bergidik ngeri melihatnya.

"Terserah mu." Jawab Rhea malas.

Seorang wanita paruh baya menghampiri mereka, yang diketahui adalah seorang pelayan yang bekerja di rumah Daelyn, "permisi... maaf bibi menganggu, kalian mau makanan sama minuman apa? Nanti bibi bawakan." Ia tersenyum yang membuat Rhea ikut membalas senyuman itu.

"Tidak usah repot-repot bi, yang ada di rumah saja."

Beliau menganggukkan kepalanya, lalu matanya memandang ke arah Ni-Ki, "saya terserah bibi aja." Ucapnya.

"Baik kalau gitu, bibi ke dapur dulu ya."

"Eh bi! Aku ikut bantuin!" Seru Daelyn mengejarnya.

"Gak usah biar bibi aja."

"Gapapa bi, aku pengen ikut bantuin."

Beliau hanya pasrah dan membiarkan Daelyn ikut ke dapur.

Rhea yang sedari tadi melihatnya bertanya-tanya, biasanya juga ia tidak seperti itu, pikirnya.

Setelah Daelyn hilang dari pandangannya, ia menolehkan kepalanya pada satu-satunya orang yang ada disana.

Ia menelan saliva nya dengan gugup, tiba-tiba detak jantungnya menjadi cepat.

Hanya ada kecanggungan dan keheningan.

Lalu keheningan dipecahkan oleh–

"Ekhem, jadi... Kau temannya Daelyn?" Riki memulai percakapan diantara keduanya.

Rhea sedikit tersentak, tetapi setelahnya ia menetralkan raut wajahnya.

"Ahh... Iyaa," Ia menjawab dengan menganggukkan kepalanya.

"Sepertinya aku belum mengenalkan diriku. Namaku, Rhea Leiysya Ganeswara." Rhea merasa sedikit ahh... Canggung dekat dengannya.

"Hmm... Ni-Ki,"

"Dan maaf bila kedatanganku membuat kau tidak enak, ataupun hal lainnya..." Lanjut Riki.

"Ehh? Tidak-tidak, seharusnya aku yang meminta maaf karena perlakuan tidak mengenakkan ku tadi." Ujar Rhea dengan muka yang sedikit panik.

Berbeda dengan Riki yang masih betah dengan wajah tenang nya,
"Tidak apa-apa, aku memaklumi nya."

"Baiklah." Rhea hanya tersenyum menanggapinya.

"Ekhem! Sedang berbicara apa?" Daelyn tiba-tiba datang dengan membawa nampan berisi makanan dan minuman yang berasal dari dapur diikuti seorang pelayan yang juga membawa nampan seperti dirinya.

Perkataan Daelyn mampu membuat Ni-Ki dan Rhea terdiam.

"Ah! Kalian ini tidak usah seperti itu." Daelyn mencoba mencairkan suasana tegang diantara mereka.

"Silahkan diminum yaa." Daelyn menyodorkan segelas minuman pada Rhea.

"Hmm, terimakasih."

Sesaat setelah Ni-Ki dan Rhea mengucapkan 'terimakasih' pelayan tadi yang ikut bersama Daelyn segera pergi setelah urusannya selesai.

"Oh ya, bagaimana kabar ayah mu? Aku sudah lama tidak bertemu dengannya." Tanya Rhea.

"Ayah ku baik-baik aja kok, makasih." Jawab Daelyn.

Rhea menganggukkan kepalanya.

Di sisi lain, tangan Ni-Ki tidak bisa diam dan itu tidak lepas dari penglihatan Rhea.

Dia sesekali melirik tangan Ni-Ki dan wajahnya secara bergantian.

Rhea tentu saja bingung kenapa dia tiba-tiba seperti itu.

Lalu dia memutuskan untuk bertanya pada Daelyn.

"Lyn, dia kenapa?" Tunjuk Rhea kepada Ni-Ki yang masih seperti tadi.

"Eh? Gatau, bentar... Ki kamu kenapa?"

"Memang aku kenapa?" Tanyanya heran.

"Tadi tanganmu kayanya gak bisa diem, kamu gelisah kenapa?" Beritaunya sesekali melihat ke tangan Ni-Ki.

"Ahh... gapapa kok, aku mau ke WC dulu." Pamit Ni-Ki.

Daelyn tidak menjawab, dia hanya menatap punggung Ni-Ki yang berjalan menjauh ke kamar kecil.

Karna ada kesempatan, Rhea berniat untuk bertanya masalah tadi.

"Lyn, kamu bisa beritau aku kenapa kamu gak bilang kalau kamu punya saudara di kelas kita?"

"Hehe, jadi gini... Tapi jangan marah yaa."

"Tidak, aku tidak akan marah sebelum kau mengatakannya."

"Berarti bisa saja kau marah kan?!"

"Tidak sebelum kamu memberitahunya."

"Tuh kan."

"Beritahu saja, aku tidak akan marah."

"Baiklah, kau yang mengatakan." Ucap Daelyn dengan jari yang menunjuk pada wajah Rhea.

Rhea hanya diam menunggu Daelyn berbicara.

"Mmmm... Kamu keliatan beda pas lagi natap dia."

Rhea tercengang, tetapi setelahnya ia mencoba untuk tetap tenang. Ia mengerti apa yang dimaksud Daelyn.

"Apa maksudmu...?" Tanya Rhea dengan was-was memastikan agar dia tidak salah.

"Do you have crush on him?" Tanya Daelyn menatap mata Rhea serius.

"Because that looks so different."

Seperti, jatuh pada pandangan pertama.

"Asal kau tau, mata tidak bisa berbohong."

"Big no! Lyn." Jawab Rhea cepat. Rhea tak ingin dia dicurigai.

Hmmmmm.

"Benarkah?" Daelyn memajukan wajahnya pada Rhea dengan mata yang selidik. Dilihat Rhea, Daelyn seperti sedang menahan tawanya, padahal tadi ia sudah serius.

"Iya."

Meskipun seperti itu, Rhea menjadi sedikit tegang. Ia meneguk ludah nya dengan sulit.

"Kenapa dia lama sekali yaa?" Batin Rhea.

"Hmmm... Matamu-"















TBC
🤍🧸

Maaf banget ini cringe🙏😩😭

𝐅𝐚𝐥𝐥 𝐢𝐧 𝐋𝐨𝐯𝐞 𝐖𝐢𝐭𝐡 𝐘𝐨𝐮 • 𝐍𝐢𝐬𝐡𝐢𝐦𝐮𝐫𝐚 𝐑𝐢𝐤𝐢Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang