Empat

2 1 0
                                    

⚠️Awas, typo bertebaran ⚠️

***

“Maaf agak terlambat. Soalnya jalanan agak macet tadi,” ujar pemuda bersetelan serba hitam yang melemparkan senyuman hangatnya, dan mengambil posisi duduk di depan dua orang gadis yang terlihat berbeda kepribadian itu.

Nawang menyelipkan anak rambutnya di telinga. “Eh, iya, nggak papa, Kak.” Tak lupa dengan senyuman terbaiknya. Namun, seseorang menyenggol lengannya dan memberi kode secara tersirat untuk berhenti sok manis di depan pemuda itu.

“Iya, aku tahu,” cicit Nawang pelan pada gadis berambut sebahu di sampingnya.

“Jadi, nama lo Wildan Alameda?” tanya seseorang yang tak lain dan tak bukan adalah Rury.

Wildan mengangguk singkat.

Jadi, si Rury tidak percaya dengan cerita dari Nawang tentang sosok Wildan Alameda. Makanya dia ngotot untuk membuat pertemuan di sebuah cafe dekat rumah mereka. Rury hanya khawatir jika ada orang yang ingin menyakiti sahabatnya dan mengelabui dengan nama belakang. Bukannya karena keluarga Indraswari tidak pantas jika berteman dengan keluarga lainnya namun, gerak-gerik pemuda itu cukup mencurigakan. Dan dia juga ingin tahu, ada badai apa yang membuat salah satu keluarga ‘Alameda’ tertarik dengan kalangan ‘Indraswari’. Apapun itu, dia tidak ingin Nawang terjebak dalam masalah yang besar jika terlalu berurusan dengan kalangan atas.

“Ry, stop lihat kayak gitu ....”

“Kenapa memangnya?” Rury memberikan tatapan mengintimidasi pada cowok di depannya.

“Hehehe.” Nawang berusaha mencarikan suasana yang beku namun, malah semakin mencekam. “Hahaha.” Dan sekarang dia seperti orang gila yang tertawa sendiri.

Rury berdehem singkat lalu berkata. “boleh minta KTP atau data diri lo?”

Mata Nawang melotot memberi kode bahwa dia menentang niat gadis itu.

Sedangkan Wildan tersenyum penuh pengertian. Dia mengeluarkan dompet kulitnya dan memberikan KTP-nya pada Rury yang tidak mengedipkan matanya sekalipun menatap lurus ke arahnya. Dia juga merasa khawatir pada Nawang yang sepertinya merasa bersalah.

“Puas?” ucap Nawang penuh tekanan. Setelah sahabatnya itu membaca data diri seseorang dari benda persegi panjang.

“Pekerjaan lo apa sekarang? Pengangguran? Biasanya holkay suka berpangku tangan,” sengit Rury tidak memberi kendor.

Wildan tersenyum. “Sekarang saya menempuh semester 2 di Universitas Bratindra.”

Nawang tersedak dengan salivanya sendiri. Dia dan Rury refleks saling menatap satu dengan yang lain. Siapa yang tidak tahu dengan Universitas Bratindra? Universitas terbaik di negaranya, dan termasuk 10 Universitas Swasta terbaik di dunia. Mayoritas penduduk mahasiswa dan mahasiswi adalah kumpulan serbuk berlian, para bibit-bibit unggul dari semua mancanegara.

Dan tak lama berselang insiden mangap-mangap yang disebabkan satu fakta yang kembali terungkap dari sosok Wildan Alameda, pesanan jus mereka sudah datang. Namun, karena tadinya Nawang dan Rury sudah memesan duluan jadi, untuk rasa jus mereka samakan semua, yaitu jus alpukat.

“Oke, intinya lo berpendidikan dan holkay.” Rury melipat kedua tangannya di atas dada. “Tujuan lo deketin sahabat gue apa? Mau seret dia ke dalam masalah? Perekonomiannya saja sudah susah, jangan menambah beban. Maksud lo apa, sih, sebenarnya?” serbunya.

LOVE HURTS (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang