Handkerchief

678 117 79
                                    

"Jadi kalian datang dari dunia lain?"

"Begitulah,"

"Hah~ Syukurlah. Jantungku hampir copot saat mendengar kalian anak Hinata-chan dan Sasuke,"



MULTIVERSE OF HAPPINESS
Naruto © Masashi Kishimoto
Chapter 04: Handkerchief



Tiga Uchiha itu masih sibuk menepuk-nepuk telinganya yang pegang akibat teriakan luar biasa dari orang yang penampilannya saja sangat menyilaukan mata. Dengan kedua tangannya yang bertaut di balik kepala, pria itu berjalan di depan mereka.

"Padahal kau tidak diajak," Yukio mulai menyuarakan tolakan keras atas aksi mendadak Naruto yang ikut rombongan Hyuuga.

"Betul. Pergilah Orenji jii-san," Naoko pun kini membela, mengiyakan perkataan sang adik.

Mata Naruto menyipit, bibirnya mengerucut, "Kenapa aku tidak boleh ikut-ttebayo? Aku rindu Hinata-chan,"

"Sudah kubilang jangan dekat-dekat kaa-san, Paman muka kodok," mulut luar biasa ini sudah pasti Itachi. Ia bahkan dengan sengaja membenturkan bahunya ke bahu pria yang mengaku bernama Naruto itu.

Jadilah sekarang pertunjukan gratis bagi mereka. Naruto dan Itachi yang saling menyenggol dan berjalan sangat cepat. Padahal, mereka berdua tidak tahu letak kediaman Hyuuga yang dituju ini.

Hinata menghela nafas lelah, ia merasa tenaganya belum cukup untuk mengurus tingkah kekanakan kedua orang itu. Namun suaranya tetap mengalun lembut, setidaknya cukup untuk didengar oleh semuanya.

"Naruto-kun, Itachi, berhentilah bertingkah seperti anak kecil,"

Lomba lari hampir dimulai antara Naruto dan Itachi, namun langsung terhenti begitu saja. Kalimat Hinata memang hanya seperti itu, suaranya juga tetap lembut, tapi mereka berdua merasakan sekujur tubuhnya merinding.

Tanpa aba-aba lain, mereka hanya terdiam saling menatap dan geming menanti langkah Hinata hingga mencapai tempat mereka berdiri saat ini.

"Ini masih pagi, dan kau baru pulang dari misi, benar?"

Hinata melanjutkan kalimatnya yang hanya dijawab oleh gumaman tidak jelas Naruto. Sekujur lengan yang terbalut perban itu melingkar di pinggang mungil Hinata, kepalanya ia sandarkan di atas surai indigo yang sejak beberapa bulan ini menjadi mainan favorit jari-jarinya.

Sudah pasti keempat Uchiha itu memandang dengan dengan tatapan sedikit benci. Memang di dunia ini mereka tidak memiliki hak sedikitpun atas Hinata dan siapapun kekasihnya. Hanya saja

"Dan Itachi, bukankah kau tidak bisa tidur semalam? Dari mana kau mendapat energi sebesar itu sepagi ini,"

Itachi hanya menunduk dan meminta maaf, enggan membuat Hinata marah. Ia tidak tahu apakah Hinata ini sama seramnya dengan kaa-san-nya atau tidak, tapi auranya sama-sama menekan.

ia juga ingin merengkuh tubuh mungil itu.

Perjalanan mereka hanya memakan waktu sekitar 20 menit berkat jalan santai yang dipimpin Hinata dalam ketenangan. Tidak ada lagi Naruto yang berteriak nyaring, tidak ada lagi Itachi yang mencari masalah, dan tidak ada lagi Yukio serta Naoko yang sibuk berdecak dan mendecih malas.

Mereka tiba-tiba bahu membahu merapikan kediaman yang telah lama kosong ini. Memang tidak terlihat kotor karena rutin dibersihkan, namun isinya sedikit kosong. Bunke dan pelayan sibuk menata ulang kebutuhan rumah yang tadi dibawa, sementara ketiga Uchiha itu membereskan bawaannya ke kamar masing-masing.

Hunian ini bisa disebut sebagai villa, karena letaknya yang jauh dari pusat desa. Udara terasa lebih sejuk dan tidak ada orang berlalu-lalang karena ini bukan jalan umum. Jika dibandingkan dengan rumah utama, villa ini terlihat lebih modern.

Multiverse of HappinessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang