Warning: Lime / No minor allowed.
"Kau tahu apa genjutsu paling berbahaya?"
"Hmm— Mungkinkah, mugen tsukuyomi?"
"Bukan,"
"Lalu apa?"
"Cinta. Terasa sangat nyata, sampai kau bisa gila,"
MULTIVERSE OF HAPPINESS
Naruto © Masashi Kishimoto
Chapter 06: FlashbackACT VI.2. Entwined Moans
Bulan penuh menggantung tinggi di langit. Suara jangkrik mengalun mesra dengan derikan tenggoret di balik ilalang tinggi. Beberapa titik cahaya kuning berterbangan dari satu tempat ke tempat yang lain.
Semilir angin malam yang menusuk dengan bebas menerpa surai indigo si gadis. Jemarinya masih terpaku pada jarum benang yang bertaut, konsentrasinya masih berpusat pada gulungan benang wol di atas bakul rotan.
Suara burung hantu samar-samar terdengar dari kejauhan. Bukan merinding ataupun berjengit ngeri, gadis itu malah makin semangat melanjutkan kegiatannya, merajut untuk orang terkasih.
Sulaman sewarna merah darah itu masih jauh dari kata rampung. Panjangnya yang tergantung saja baru mencapai lengan sang gadis. Untuk membuat sebuah syal, kira-kira masih butuh waktu satu bulan, jika ia tidak pernah melewatkan hari untuk merajut.
Berbekal cahaya bulan dan sedikit penyinaran dari tempat yang ia tinggali selama hampir enam bulan, gadis itu memilih duduk di selasar rumah. Posisinya yang semula seiza, kini berubah dengan kedua tungkainya yang dibiarkan menggantung di atas tanah tanpa menggunakan alas kaki.
Senandung si gadis terdengar merdu, siapapun yang mendengarnya akan mengakui itu. Suaranya manis, temponya lambat, sedikit mendayu namun terkesan bahagia. The duality dari senandung sang putri byakugan, Hyuuga Hinata.
Jika diruntut, sebenarnya banyak duality yang dimiliki Hinata. Seorang heiress klan namun tidak dapat diandalkan. Seorang shinobi namun lemah. Seorang bulan yang mendambakan matahari.
Tapi, itu dulu. Beberapa bulan sebelum ia bertemu dengan kekasih hatinya. Jika ia diibaratkan bulan, maka pria yang satu ini adalah bintangnya. Tidak akan dianggap terlalu jauh jika bulan mengharapkan bintang, bukan?
Duality ter-absurd dari Hinata ialah, ia seorang yang lemah lembut dan penuh kasih sayang, bahkan membunuh serangga pun ia tak tega, namun jatuh cinta pada seorang berdarah agak dingin yang hobby membunuh orang —musuh.
Kata orang, cinta itu buta. Dulu Hinata pikir, ia buta karena cahaya mataharinya yang terlalu terang. Sekarang Hinata sadar, bukan tentang bagaimana orangnya, namun tentang bagaimana mereka jika bersama.
Hinata buta akan semua itu. Buta akan pengalaman, buta akan perasaan hangat, buta akan sentuhan yang memabukkan.
Sebenarnya, tidak ia sangka, bercinta memang membuat melayang.
Ada obsidian yang selalu ia tatap penuh damba. Ada surai sehitam jelaga yang selalu ia raba. Ada—
"Hinata,"
KAMU SEDANG MEMBACA
Multiverse of Happiness
FanfictionJadi kami tergelincir di hutan dan secara tidak sengaja melewati portal waktu dan dimensi?