chapter five

2.4K 359 51
                                    


hallooo kita ketemu lagii. enjoy, ya!




"lepaskan! hey, aku bisa menuntutmu atas tuduhan penculikan dan penyiksaan terhadap wanita! lepaskan aku sekarang juga!"

dua orang pria berseragam putih yang diteriaki tidak memberikan sedikitpun perhatian, dan terus menyelesaikan pekerjaannya. salah satu dari mereka memasang seat belt khusus kepada seseorang yang berteriak tadi di bangkunya.

"hey! apa-apaan ini?! lepaskan sabuk di pinggangku ini sekarang juga!"

meski ditarik dengan sekuat tenaga, seat belt-nya tidak akan pernah terlepas begitu saja. karena seat belt itu hanya dapat dilepas dengan kunci yang sedang dipegang oleh junkyu.

"selamat siang tuan— uhm, maksudku nyonya byun baekhyun,"

baekhyun mengalihkan perhatian dari sabuk bodoh yang melingkari pinggangnya, kepada pria tampan di depan. tampan sekali. membuat baekhyun buru-buru merapikan riasan di wajahnya yang menjadi sedikit kacau akibat ulah dua pria asing yang menculiknya tadi. jika tau bos dari aksi penculikan terhadap dirinya setampan ini, baekhyun bersumpah tidak akan memberontak.

"selamat siang, tampan~" balas baekhyun manja. tanpa menyadari bahwa eye liner kebanggaannya justru telah menyebar mengotori wajahnya.

"maafkan aku atas ketidaknyamanan ini, nyonya byun. seandainya saja anda dapat bersikap lebih kooperatif, kami akan dengan senang hati menyambut kedatangan anda dengan cara yang lebih baik," ujar junkyu, sekaligus menebar senyumnya.

"oh, ini sungguh bukan apa-apa," balas baekhyun, "aku juga minta maaf. aku ini sedikit sensitif jika ada yang berhubungan dengan rumah sakit jiwa,"

"apa itu karena park jihoon?"

seketika cengiran di wajah baekhyun menghilang, dan wajahnya mengeras, "bagaimana kau ..." ia melirik papan nama yang bertengger di atas meja, yang kemudian membuat otaknya mengerti, "ah ... kau adalah dokter yang menangani jihoon-ku?"

junkyu menarik salah satu ujung bibirnya, "tepat sekali!" serunya.

"jadi, kuharap kali ini anda dapat bekerjasama denganku, dengan menghilangkan perasaan sensitif itu. karena kita akan membicarakan tentang rumah sakit jiwa dan juga tentang jihoon-mu,"
baekhyun mendengus. ia bahkan lupa untuk selalu memasang wajah manis di depan pria tampan.

"jika kau ingin membicarakan tentang biaya atau kau ingin mengembalikannya karena tidak sanggup—"

"oh, bukan-bukan ..." potong junkyu cepat, "anda tenang saja, nyonya byun, aku tidak akan membicarakan hal-hal seperti itu padamu. aku hanya memintamu untuk menceritakan segala hal yang kau ketahui tentang jihoon,"

"eh?"

"kita bisa mulai dengan, apa sebenarnya hubunganmu dengan jihoon?"

baekhyun memutar bola matanya, "dia keponakanku. dia gila dan aku memasukkannya ke rumah sakit jiwa, itu saja," jawab baekhyun asal.

seharusnya baekhyun tau bahwa seorang psikiater ahli dalam mendeteksi kebohongan.

"jika anda ingin segera lepas dari seat belt yang menyusahkan itu, anda seharusnya bisa lebih jujur lagi, nyonya,"

untuk yang kesekian kali, baekhyun mendengus. ia sebenarnya tidak senang menceritakan apapun tentang jihoon kepada orang lain, karena itu sama saja dengan membeberkan keburukannya sendiri. tapi, ia lebih tidak senang lagi berada dalam situasi seperti ini. jadi, baekhyun lebih memilih untuk menceritakan semua yang dokter tampan itu ingin ketahui.

"baiklah. aku tidak memiliki hubungan apapun dengan jihoon," ujar baekhyun. membiarkan jeda waktu pada junkyu untuk terkejut, namun junkyu justru diam saja, menunggunya untuk melanjutkan ceritanya.

psychiatric, lust, and love Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang