Seorang gadis menghentikan motor beat berwarna biru nya di perempatan jalan sebelum memasuki gerbang sekolah. Gadis itu baru teringat bahwa ia belum memakai almamater nya di sekolah yang baru, ia harus menjaga penampilan nya agar tidak dicap buruk oleh seisi sekolah ini.
Senja membuka tas sekolah lusuhnya, maklum jika lusuh karena ini adalah tasnya dari kelas 7 dan belum ganti sampai sekarang. Senja lalu mengeluarkan almamater berwarna merah menyala dari tas berwarna hitam tersebut lalu mengenakannya dia atas motor gadis itu juga sedikit membenarkan kacamata nya yang sedikit melorot.
"Semoga aku bisa punya banyak teman daripada disekolah lama aku, Semangat Senja!" Monolog Senja menyemangati dirinya sendiri lalu kembali menjalankan motornya dengan kecepatan sedang.
Gerbang masih terbuka karena belum waktu nya masuk. Gadis itu membawa motornya dan memarkirkan nya di parkiran motor. Senja lalu menoleh ke kanan dan kiri, motor disini mewah mewah. KLX, sport, motor ninja bahkan motor keluaran terbaru ada. Pandangan Senja teralih ke motornya, hanya motor jadul dan kumuh yang sering dipakai orang kalangan rendah.
Senja merasa ilfeel disini.
Tak memedulikan banyak pasang mata yang memperhatikannya, Senja memarkirkan motor kesayangan nya di ujung parkiran sendiri dekat dengan gudang luar sekolah agar tidak ada yang melihatnya.
Gadis itu lalu berjalan menuju gerbang sekolah, sedikit risih karena semua orang menatap nya sinis seakan ia adalah orang yang aneh. Menghela nafas, Senja lalu mengeratkan pegangannya pada tali tas lalu tersenyum menyemangati dirinya.
πππ
Sudah satu jam sejak Senja mengelilingi sekolah untuk menemukan kelas nya. Sekolah ini tingkat empat membuat Senja lelah sendiri untuk mencari dimana letak kelasnya.
Bel sudah berbunyi sejak sepuluh menit yang lalu. Senja takut ketika ia masuk kedalam kelasnya tadi dianggap terlambat, karena lelah Senja berhenti sebentar di depan Ruang Kepala Sekolah dan duduk di bangku lalu meminum air yang ia bawa dari rumah.
"Kamu kenapa belum masuk?"
Suara perempuan membuat Senja terlonjak, ia berbalik menatap seorang guru perempuan yang menatapnya heran. Gadis itu menggaruk tengkuknya lalu membungkuk sopan.
"Saya murid baru Bu, belum tau letak kelas nya dimana jadi dari tadi saya bingung sendiri sama muter muter tapi belum ketemu." Gadis itu berucap menahan malu ketika Bu Deva terkekeh.
"Jadi kamu murid baru? Senja yang menang olimpiade Nasional itu kan? Yang dapet beasiswa makanya pindah kesini?" Tanya Bu Deva berturut turut, Senja mengangguk membenarkan.
"Oh gitu ya? Yaudah mari ikut saya biar saya kasih tau kelas kamu dimana." Bu Deva memimpin jalan sedangkan Senja hanya mengikuti dari belakang.
Kelas Senja berada di lantai 2 karena itu Senja harus menaiki tangga terlebih dahulu lalu berbelok kanan.
IPS 2.
Tok tok tok.
Atensi murid murid yang tengah belajar kini menoleh kearah pintu dimana Bu Deva membawa seorang gadis yang memakai kacamata.
"Permisi Bu, maaf menganggu." Ucap Bu Deva lalu berjalan kedalam kelas sedangkan Senja hanya ikut dibelakang.
"Iya tidak apa apa Bu, ada yang bisa saya bantu?" Tanya Bu Erin lalu tersenyum.
"Saya bisa mengambil alih kelasnya sebentar?"
"Tentu bisa, silahkan."
Bu Erin lalu kembali duduk tenang di kursi guru dengan tenang.
"Pagi anak anak!"
"Pagi!!" Jawab semua serentak seperti anak TK yang bersemangat.
"Hari ini Ibu membawa teman baru untuk kalian, dia adalah anak berprestasi dan sering menjadi wakil dari sekolah sekolah lain untuk mengikuti olimpiade bahkan olimpiade diluar negeri sekaligus. Dia adalah anak beasiswa, ibu harap kalian bisa berteman dengan baik dengan murid ini. Silahkan perkenalkan diri kamu," ucap Bu Deva kepada Senja yang hanya tersenyum.
KAMU SEDANG MEMBACA
Perfect
Teen Fiction"Menurut gue, kalau lo nggak mau jadi sasaran bully disini mending jauh jauh deh dari Kak Artha." beritahu Asya kepada Senja yang masih menatap Artha dengan wajah bingung nya. "Kenapa?" tanya Senja. "Kak Artha itu suka bully cewek cewek yang suka ga...