7. Permainan baru

18 2 30
                                    

Jangan lupa klik bintang dan komen biar author tambah semangat🌚
Satu vote & komen mu adalah semangat ku🌝

Senja berdiri di samping gerbang sekolah, dia menoleh kesana kemari guna melihat apakah ada kendaraan yang lewat. Bel pulang berbunyi dua menit yang lalu, Senja sengaja berlari cepat ke depan gerbang agar cepat mendapatkan kendaraan untuk dia pulang.

Sejujurnya, Artha tadi memaksanya untuk pulang bersamanya. Tapi Senja menolak dan apa daya jika Artha memaksanya, Senja terpaksa mengangguk. Dia sengaja ingin menggunakan kendaraan umum agar bisa menjauh dari Artha, bukan apa dia hanya sedikit risih ketika mengingat tentang ciuman pertamanya. Dia tidak marah hanya saja -- sudahlah.

"Ayo naik, lo udah lama?"

Senja menoleh dia menatap Artha yang duduk stay di motor sport milik cowok itu, Senja menggeleng lalu dengan canggung dia berjalan mendekati Artha dan menerima helm yang Artha sodorkan.

"Lo kenapa diem diem mulu, lo bisu?" Tanya Artha melirik Senja lewat spion.

"Enggak kak, lagi haus aja makanya nggak mau banyak bicara." Jawab Senja asal membuat Artha mendengus.

"Gue minta maaf soal tadi pagi, gue bener bener nggak sengaja kalau lo mau tahu."

"Iya, Senja tau kakak enggak sengaja. Senja nggak maafin kakak karena kak Artha kan nggak salah," balas Senja menularkan senyum kepada Artha.

"Kakak senyum lagi? Ini ketiga kalinya loh, aku liat kakak senyum. Ternyata Asya bohong ya, kata Asya kakak itu jarang senyum bahkan enggak pernah tapi buktinya sama aku aja kakak udah tiga kali senyum." Kata Senja lagi sedikit membuat Artha salah tingkah.

"Lo mau nggoda gue hm?"

"Enggak, kakak ngerasa ya?" Tanya Senja dengan kedipan polos membuat Artha gemas.

"Nggak juga. Pegangan, gue ngebut."

Senja pegangan di pundak Artha membuat Artha mendengus, Artha meletakkan kedua tangan Senja melingkar di pinggangnya membuat Senja terdiam. Senja berdehem memalingkan wajahnya kearah lain agar tidak menampilkan wajah merah merona miliknya.

Artha mulai menjalankan motornya, sementara itu di pohon tak jauh dari mereka Bianca mengepalkan tangannya. Dia marah melihat kedekatan Artha dengan Senja melebihi kedekatan nya dengan Artha. Dia harus memberi Senja pelajaran. Dia mengeluarkan ponsel lalu menelpon seseorang.

"Halo, gue butuh bantuan lo. Nanti malam gue kasih tau tempatnya, kita ketemuan."

***

Artha berhenti. Bukan dirumah Senja tapi disebuah toko kosmetik ternama yang berada di tengah tengah kota Jakarta. Senja lalu turun melepas helmnya di ikuti oleh Artha menatap bangunan didepannya dengan wajah bingung.

"Kak, kita kenapa kesini? Pulang aja yuk." Senja bertanya kepada Artha yang barusaja melepaskan helmnya.

"Beliin lo salep atau apa lah itu yang bisa buat jerawat lo ilang, wajah lo penuh jerawat gue rada rada geli tau gak Ja liatnya?" Percayalah ini adalah perkataan terpanjang yang berhasil diucapkan Artha.

"Maaf ya, kalau kakak risih." Senja menunduk.

"Gausah mellow, yuk."

Senja menurut ketika Artha menarik pergelangan tangannya lagi namun kali ini dia menariknya halus. Senja melihat ke sekitar, banyak sabun pencuci wajah, krim dan lain lain. Senja merasa ilfeel dengan wajahnya ketika masuk kedalam toko ini.

PerfectTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang