5. Pulang Bareng

11 1 0
                                    

Senja berdiri lalu menepuk nepuk rok nya yang kotor karena debu, terhitung tiga jam dia duduk di gudang melamun dan merenung tidak memikirkan apapun. Gadis itu lalu memakai sweater yang ia bawa dari tas lalu memakainya karena seragam nya sangat basah dan bau, ia ingin melepas nya tapi tidak mungkin ia pulang tanpa baju berkelana di jalan seperti gelandangan.

Dia melirik jam tangannya, sudah sore dan dia tidak memiliki ongkos pulang. Terpaksa harus berjalan kaki.
Berjalan di sekolah yang sepi tanpa merasa takut, Senja menengok ke kanan dan kekiri. Anak anak yang mengikuti ekstrakurikuler sudah pulang artinya dia sendiri di sekolah ini.

Jalanan bahkan sepi tidak ada motor maupun kendaraan yang lewat, bahkan semut pun tidak ada yang seliweran. Dia menyusuri trotoar yang basah karena hujan.

Tin tin!

Senja menoleh, dia mengatupkan bibirnya matanya bahkan membulat. Sedikit membenarkan kacamatanya yang melorot, dia lalu menunduk.

"Kak Artha?" Lirih Senja, dia memainkan kukunya gugup melirik Artha yang stay di motornya.

"Ngapain lo berdiri di situ kayak patung? Naik." Ujar Artha mengkode Senja agar naik melalui tatapannya. Senja tersenyum masam.

"Naik? Naik kemana kak?"

"Naik ke alam baka! Naik ke motor gue cepet! Gue anter pulang mumpung gue lagi baik," Artha tersenyum.

Garis bawahi tersenyum! Bahkan senyuman Artha hanya bisa di hitung dengan jari dan sekarang Artha tersenyum kepada Senja di murid baru yang culun dan cupu. Benar benar magic!

"Kakak beneran mau anter aku pulang? Nggak dulu ah --" Senja tersentak ketika Artha menariknya dan mendudukan Senja paksa di atas motor cowok itu, Artha menyodorkan helm berwarna hitam kepada Senja tapi Senja hanya menatapnya membuat Artha jengah.

"Pakai!"

"Ah? Iya kak,"

Buru buru Senja memakainya tapi agak kesulitan karena kacamatanya, dia tidak kebiasaan memakai helm full face. Senja melepaskan kacamata hitam bulat tebalnya lalu menyimpannya di saku almamater, dia mendongak menatap Artha yang juga menatapnya.

"Lo cantik kalau nggak pakai kacamata,"

"Hah?" Senja mengerjapkan matanya dua kali.

"Perlu gue ulang?" Tanya Artha membuat Senja sontak menggeleng, Artha menaiki motornya lalu mulai menjalankan motor barunya dengan kecepatan sedang.

Senja tersenyum membiarkan angin menerpa wajah berjerawat miliknya, dia melirik wajahnya sendiri di spion. Wajah tanpa kacamata itu terlihat sempurna, tidak munafik tapi Senja mengakuinya. Dia lebih cantik ketika tidak memakai kacamata, bisa melihat dengan jelas karena minus nya sudah sembuh tapi dia masih nyaman memakai benda bulat tersebut. Seandainya dia perawatan, wajahnya akan cantik, mulus tanpa jerawat satupun tapi sayangnya dia tidak memiliki uang untuk membeli make up. Mentok hanya bedak bayi dan liptint saja.

"Rumah lo dimana?" Tanya Artha sedikit keras.

"Mamah? Mamah aku dirumah kak!" Tanya Senja balik, dia tidak terlalu bisa mendengar perkataan Artha dengan jelas.

"Rumah! Alamat rumah lo!"

"Ouh rumah, jalan Cempaka blok dua Kak."

Artha tidak menjawab lagi, dia mencepatkan laju motornya. Senja sedikit mengibas ibaskan tangannya didepan wajah ketika asap kendaraan mengenai wajahnya, sedikit terbatuk batuk dia menutup kaca helm nya tapi kacanya malah macet dan tidak bisa di tutup.

Artha melirik ke spion, dia memelankan laju motornya.

"Kak ada air putih nggak?" Tanya Senja, kalau begini ia merasa tidak tahu diri sumpah.

PerfectTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang