? × Reader × Vox Akuma﹛❤﹜ 【 1 】

883 100 0
                                    





╭──────༺♡༻──────╮
〄 Vox Akuma × Reader × ?
〄 Heaven
〄 Type : Two-shot
〄 Chapter 1

╰──────༺♡༻──────╯



Di bawah rindangnya pohon, seorang gadis terlihat sedang berputar-putar sembari bersenandung. Dress yang sedang dia gunakan mengembang mengikuti putaran, menghasilkan sebuah penampilan yang mempesona setiap mata memandang.

(Name) adalah nama dari gadis tersebut. Dengan anggun, (Name) berputar-putar tanpa menghiraukan setiap pandangan manusia yang melewatinya. Hingga, tanpa sadar ia sudah berada di sebuah taman yang sangat sepi.

Dengan langkah ceria dan gembira, (Name) memasuki taman tersebut. Namun, (Name) tidak melihat adanya sebuah peringatan yang sudah terpajang tepat di pagar taman tersebut.

Tanpa rasa takut, (Name) terus melangkah dengan senyuman yang masih terlihat di bibirnya. Hingga, atmosfer seketika berubah menjadi senyap dan mencekam, membuat bulu kuduknya berdiri.

"Taman apaan ini? Kenapa seram sekali, sih?" tanya (Name) dalam hatinya. Gadis itu terus melangkah hingga ia melihat ada seorang insan yang sedang terbaring di kursi taman tersebut. Perlahan demi perlahan, (Name) menghampiri kursi tersebut.

Betapa terkejutnya (Name) saat melihat kursi tersebut. Darah yang berceceran hingga ke tanah menjadi pusat perhatian (Name). (Name) terus mengikuti arah dari darah tersebut, dirinya melihat ada seseorang yang berlumuran darah tepat di bawah rindangnya pohon.

Dengan perasaan panik, (Name) menghampirinya dan mencoba memeriksakan kondisinya. Namun, (Name) tidak dapat menemukan denyut nadi orang tersebut. (Name) terus mengulangi kegiatannya memeriksa denyut nadi, berharap masih ada tanda-tanda kehidupan dari orang ini, namun nihil.

Dengan langkah panik, (Name) langsung berlari meninggalkan taman tersebut, meninggalkan sang mayat yang sudah tidak ada bentuknya. Tanpa disadari (Name), kegiatannya dari awal sudah diperhatikan oleh seseorang. Insan tersebut menyeringai menatap (Name) yang berlari keluar taman.

Orang tersebut keluar dari tempat persembunyiannya dan langsung menuju di mana tempat mayat tersebut berada. Ia berjongkok dan menusuk-nusukkan pisau yang ada di genggamannya ke paha mayat tersebut.

"Cih, matinya cepat sekali, sih. Membosankan. Harusnya aku siksa perlahan saja tadi, jangan langsung jleb. Aku tidak puas," kata orang tersebut yang masih menusuk-nusukkan pisaunya.

Mengingat (Name) yang menarik perhatiannya dari awal, orang itu menyeringai dan menatap langit yang gelap karena mendung. Ia memejamkan matanya, menikmati suasana sunyi dan aroma anyir yang menenangkannya.

"Hm, kali ini aku apakan, ya? Sepertinya, akan menyenangkan. Aku tidak akan melepaskanmu, Lady."





🌹🌹🌹🌹







(Name) terus melarikan diri, berusaha mengalihkan fokusnya kepada hal yang lain. Karena terlalu fokus untuk berlari menghindari sesuatu, tanpa disadari (Name) menabrak seseorang, membuat dirinya jatuh tersungkur ke tanah.

(Name) pun mendongakkan kepalanya dan melihat orang yang ia tabrak tadi. Surainya yang berwarna hitam dengan beberapa helai berwarna merah, netranya yang berwarna emas yang membuat siapapun melihatnya menjadi tenggelam dalam pesonanya, tidak lupa dengan setelan kasual yang pria itu gunakan.

"Nona, apa kamu tidak apa-apa?" Lelaki itu bertanya kepada (Name) sembari mengulurkan tangannya untuk membantu (Name). (Name) pun menyambut uluran tangan tersebut dan berusaha berdiri dengan perlahan.

"Aku baik-baik saja, tuan. Maafkan saya yang sudah menabrak anda," ucap (Name) sembari menundukkan kepalanya berulang kali. "Tidak apa-apa. Sudahlah, Nona. Jangan seperti itu, lagipula ini juga kesalahan saya yang tidak melihatmu." Lelaki itu berusaha menghalangi permintaan maaf dari (Name).

"Bagaimana bila kita minum coffee bersama?" lanjut pria itu seraya menatap (Name) dengan lekat. Tanpa penolakan, (Name) pun mengangguk dan pergi bersama ke coffee shop terdekat.

"Omong-omong namamu siapa? Namaku (Name)," tanya (Name) kepada lelaki itu. Lelaki itu membalas dengan senyuman manis yang terlihat di bibirnya, "Namaku Vox Akuma, panggil saja Vox."

Mereka terus berbincang-bincang layaknya seorang teman, sesekali mereka tertawa bersama karena celotehan yang disampaikan oleh salah satu dari mereka. Tanpa disadari, mereka telah diperhatikan oleh seorang pria. Lebih tepatnya, (Name) yang diperhatikan.

Tangan pria itu mengepal, tidak terima dengan pemandangan di depannya. Dengan napas yang terengah-engah karena emosi, tak lupa dengan tatapan yang seperti predator saat mengincar mangsanya.

"Haruskan aku bunuh dia?"






































❍⌇─➭ Sincerely,
Velista Ozora ๑ ˚ ͙۪۪̥◌ ⌨꒱


Effleurage :: Nijisanji EN ᥫ᭡Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang