DBS-1

1.3K 176 34
                                    

Jika dari mata aku bisa langsung membuka hatimu,
Aku tidak perlu terluka saat tinggal.

Bila dari senyummu aku mengerti segala yang kamu mau,
Tentu aku akan berlari tanpa pernah menggenggam cinta yang akhirnya gagal.

🔥

"Kuharap kamu tidak marah, Sayang. Maaf, aku akan menemanimu besok."

"Baiklah, Andreas. Aku mengerti kamu sangat sibuk. Aku akan pergi dengan Lexa ke bioskop."

"Kamu memang sangat pengertian, Fayre. Aku mencintaimu."

Sambungan telepon terputus, saat itu juga air mata Fayre menetes. Ia tidak bisa menahan diri walau berada di keramaian setelah baru saja melihat kekasihnya bersama seorang gadis memasuki sebuah toko di gedung mal itu. Fayre dikhianati, kekasihnya berbohong dengan mengatakan sedang makan malam bersama klien penting.

"Aku sudah bilang padamu, dia itu bajingan. Lihat, kamu bahkan menangis lagi karenanya. Astaga. Aku ingin membunuhnya."

Gadis dengan tindik di hidung itu memeluk Fayre erat, turut bersedih atas apa yang sahabatnya rasakan.

"Tapi aku tidak bisa meninggalkannya, Lexa. Aku mencintainya."

Fayre menahan diri agar tidak terisak-isak. Sungguh, hatinya begitu terluka hingga ia tidak sanggup menjelaskannya dengan kata-kata. Ia hanya mampu menangis, tidak peduli beberapa orang mulai memperhatikan dirinya. Namun, Lexa tidak bisa melihat sahabatnya menjadi objek tontonan orang-orang, ia segera menyeret Fayre ke mobil, melupakan rencana menonton film dan makan malam di mal tersebut.

"Berhenti menyangkal, Fayre. Kalian tidak lagi saling mencintai. Dia mengkhianatimu berkali-kali dan kamu bertahan hanya karena dia sudah mendapatkan kegadisanmu. Berhenti berpura-pura di depanku. Kumohon. Akuilah hubungan kalian sangat tidak sehat. Kamu sedang bunuh diri secara perlahan."

Mendengar nada frustrasi Lexa serta raut wajah terluka sahabatnya, Fayre gagal menahan tangisnya. Gadis itu kini tersedu-sedu sambil memeluk diri sendiri. Ia ingin menyangkal lebih banyak lagi, tetapi ia tidak mampu. Semua yang Lexa katakan benar dan Fayre tidak tahu harus bagaimana meski berkali-kali disakiti oleh Andreas.

"Kau berselingkuh lagi, Andreas?! Apa yang kurang dariku?! Apa?! Katakan padaku!"

Marah yang menggebu-gebu disertai hati yang berceceran membuat Fayre sangat menyedihkan dua bulan yang lalu. Ia menangkap basah kekasihnya yang sedang bermesraan dengan wanita lain di mobil.

"Tidak, Fayre. Kau salah paham. Gadis itu yang menggodaku, sedangkan aku hanya laki-laki normal. Aku sesaat melupakanmu, tapi bukan niatku untuk berkhianat. Kumohon, maafkan aku. Aku bersumpah hanya kamu yang kucintai, bersamanya aku hanya melampiaskan nafsu saja. Percaya padaku, Fayre."

"Lalu apa maumu?! Aku sungguh tidak mengerti, Andreas! Kau selalu memiliki alasan setelah ketahuan bersama gadis lain! Kau ingin aku bagaimana?! Membatalkan pernikahan kita?! Itu yang kau inginkan?! Aku akan mengabulkannya!"

Cincin yang telah melingkar di jari manis Fayre selama lima bulan akhirnya terlepas. Gadis itu tidak mau bersikap anggun saat ia sedang menahan sakit luar biasa. Cincin itu ia lempar ke arah Andreas, membiarkannya menggelinding dan masuk ke kolong meja. Andreas panik melihat Fayre yang murka, bahkan sampai melepaskan cincin yang ia  beri ketika melamar kekasihnya itu.

"Fayre, kau tidak benar-benar ingin berpisah, bukan? Kumohon, maafkan aku. Aku bersalah dan tidak akan mengulanginya lagi. Maafkan aku."

Namun, Fayre yang telah putus asa hanya berteriak dan mengusir Andreas untuk segera pergi. Dua tahun menjalin hubungan bersama laki-laki itu telah cukup membuat Fayre nyaris sekarat. Sudah lima kali ia pernah memergoki ketidaksetiaan kekasihnya, dan kini Fayre mulai menyerah akan hubungan itu, bahkan pada pernikahan yang tengah mereka persiapkan.

Duda Blok SebelahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang