DBS-3

586 108 10
                                    

Dari ketidaksengajaan pertemuan itu tercipta.
Lalu harus kusebut apa jika nantinya ada cerita di antara kita?
Takdir ... atau hanya hiburan semata?

🔥

Fayre menangis sampai pertengahan hari ditemani ayah, ibu, serta pasangan masing-masing kedua orang tuanya, sedangkan Noah dan Lexa berinisiatif membeli makanan untuk mereka semua. Tentu saja Fayre menolak makan, tetapi berkat bujukan tanpa henti, gadis itu mau menghabiskan porsinya. Hatinya patah, untuk itu Fayre enggan beraktifitas apa pun selain mengurung diri dan muram. Ia menolak ajakan Lexa untuk berbelanja atau pergi ke tempat yang Fayre mau. Gadis itu hanya ingin sendiri untuk saat ini, ia bahkan menyuruh orang tuanya pulang saat malam tiba.

"Fayre, bagaimana kami bisa meninggalkanmu?"

"Bibi, aku memang tidak baik-baik saja. Tapi kalian seharian di sini, pasti ada banyak hal yang sebenarnya harus kalian urus. Kalian juga pasti lelah dan butuh banyak tenaga untuk menghadapi orang-orang."

Gadis itu tahu semua orang yang ada di kamar suite room-nya saat ini mengabaikan ponsel selama seharian penuh demi dirinya. Pasti banyak sekali pertanyaan dari keluarga dan teman yang terkejut akan pembatalan pernikahan itu. Dan ... Fayre tahu, Andreas juga mencoba menghubungi ayah Fayre, tetapi pria itu tidak merespons. Fayre mendengar ayahnya mengumpat saat memeriksa panggilan masuk beberapa jam lalu, bahkan Clay mengatakan akan membunuh orang itu. Selain Andreas, Fayre yakin ayahnya tidak ingin melenyapkan orang lain.

"Kami tidak apa-apa. Jangan khawatirkan kami. Kamu beristirahatlah dan kami akan mengobrol di ruang tamu," Rion menyahut.

Walau berstatus ayah sambung dan Fayre bahkan belum bersedia memanggilnya ayah hingga detik ini, Rion tetap memperlakukannya dengan baik tanpa kepalsuan. Begitu juga dengan Riana yang tetap bersikap keibuan meski Fayre belum bisa memanggilnya sebagai ibu. Orang tua Fayre bercerai saat gadis itu masih berusia 7 tahun. Dengan keadaan keluarga yang seperti itu, kedua orang tua Fayre mengusahakan yang terbaik dalam bentuk materiel maupun kasih sayang dari hati ke hati. Sampai keduanya menikah lagi beberapa tahun lalu, curahan kasih yang Fayre dapatkan semakin besar. Istri dari ayahnya, serta suami dari ibunya memperhatikan Fayre dan menjaganya seperti seorang putri. Hal itulah yang kini tengah menguatkan Fayre agar tidak menangis lagi. Ia tahu orang tuanya sangat bersedih untuknya dan Fayre merasa sudah cukup membuat mereka khawatir.

"Bibi, Paman, terima kasih karena kalian sangat peduli padaku. Tapi aku sungguh ingin kalian pulang dan beristirahat."

"Fayre ...."

Riana menatap gadis itu dengan iba, lalu memeluknya disertai sebuah kecupan. Fayre menahan tangis saat Rion mengusap kepalanya.

"Paman akan menunggu di luar. Bicaralah dengan ayah dan ibumu sebelum kami pulang."

Rion berdiri dari ranjang, disusul Riana, lalu mereka berdua meninggalkan Fayre dan pasangan mereka. Baik Rion ataupun Riana paham bahwa Fayre bisa saja membutuhkan sedikit waktu kebersamaan dengan orang tua kandungnya saja. Dan benar, Fayre gagal menahan air matanya saat Bora dan Clay memeluk dirinya.

"Fayre, Ayah sungguh-sungguh akan mengabulkan keinginanmu untuk melenyapkan bajingan itu. Kamu setuju tidak?"

Bora melotot pada Clay karena memberi ide gila semacam itu.

"Apa yang salah, Bora? Dia sudah menyakiti putri kita. Aku dan Rion bisa membuatnya menghilang dalam sekejap."

"Ck! Coba pikirkan perasaan putrimu. Lebih baik kamu memberinya tiket liburan daripada mengatakan hal mengerikan seperti itu."

Duda Blok SebelahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang