32

21.1K 1.6K 11
                                    

Terimakasih sudah mampir di cerita 'Secreet Imam'
Tolong tandai typo
*
*

"Sahna!" pekik Langga panik akibat Deri yang mengarahkan pistolnya tepat di bagian jantung Sahna.

Sahna yang hampir tak sadarkan diri tersenyum tipis kearah Langga. Langga segera menghampiri Sahna namun ...

"BERHENTI! Sekali saja kau melangkah, nyawa dia akan lenyap!" ucap Deri.

"APA YANG PAPA LAKUKAN!" pekik Sena, spontan Deri menoleh kearah Sena yang menatapnya tajam.

"Pergilah, Nak. Papa harus menuntaskan permasalahan ini," ucap Deri lalu menarik pelatuk pistol itu.

"Sialan ... " geram Opa Denan pelan.

"Astagfirullah ... " prustasi Langga meraup wajahnya gusar lalu menatap Deri. "Hentikan! Anda salah paham dengan apa yang sebenarnya terjadi!"

Deri berdecih, "Kau tidak tau apa-apa jadi diamlah!"

Langga benar-benar khawatir dengan keadaan Sahna yang acak-acakan di atas bangku dengan diikat oleh rantai. Dan tak henti-hentinya juga ia merapalkan doa untuk keselamatan Sahna dalam batinnya.

Opa Denan berdecih menatap Deri, "Sungguh tidak berguna!"

"Lepaskan cucu saya!" tegas Opa Denan menarik pelatuk pistolnya.

Sena menatap khawatir Opa Denan yang mengarahkan pistolnya kearah sang Papa. "Stop, Pa! Papa cuma salah paham dengan apa yang terjadi!"

Deri menatap tajam sang putri, "Sena! Kau tak tau apa-apa, dan sebaiknya kau pulang!"

Sena menggeleng tegas, "Papa kekanak-kanakan tau nggak! Apa yang Papa lakukan itu kayak bocah tau! Harusnya Papa cari tau kejelasan dan kebenarannya terlebih dahulu sebelum bertindak seperti sekarang!" kesal Sena berapi-api.

Deri seolah menulikan telinganya saat mendengar celotehan Sena lalu melirik para anak buahnya mengkode agar membawa Sena dari tempat ini.

"LEPASIN!" pekik Sena kala dua anak buah Deri memegang tangannya untuk membawanya keluar dari tempat itu.

Opa Denan mengkode para anak buahnya untuk menyelamatkan Sena. Anak buah Deri yang melihat anak buah Opa Denan yang hendak menyelamatkan Sena sontak menghalangi mereka. Dan ... perkelahian pun terjadi antara anak buah Opa denan dan Deri.

Deri tersenyum smirk lalu mendekatkan pistol itu ke kepala Sahna. Sontak semua orang terkejut melihat semua itu. Langga yang nelihat itu langsung berlari kearah Sahna. Deri yang melihat itu mengkode anak buahnya untuk menahan Langga.

Langga memberontak kala dua pengawal berbadan besar menahannya, "Lepasin saya!" teriak Langga yang terus menatap Sahna yang hampir tak sadarkan diri.

Kamal menyenggol lengan Deni, Deni menaikkan sebelah alis matanya menatap Kamal. "Kita harus ngapain nih?" paniknya.

"Gue juga bingung. Pak Yai dan para santri juga dimana ya? Takut aja kalo mereka mereka nyasar," sahut Deni di angguki Kamal.

"Jauhkan pistol itu, Pa!" saat Sena berhasil lepas dari para bawahan Deri.

"Tidak! Papa harus membalaskan dendam ini!" tegas Deri lalu mengkode dua para bawahannya untuk memegang Sena.

***

Terlihat Abah Inayat dan ketiga santrinya menoleh ke lorong samping mereka kala mendengar suara keributan.

"Sepertinya di lorong itu, Pak Yai." celetuk Ustad Abin.

"Ayo kita kesana!" tegas Abah Inayat.

Baru saja saja mereka melangkah. Terlihat Riko, seorang polisi, perempuan yang bernama Andin itu dan empat belasanak buah Riko yang tengah berjalan tergesa-gesa kearah lorong di hadapan mereka.

"Assalamualaikum, Pak Yai." sapa Riko sedikit membungkukkan bahunya.

"Waalaikumsalam warohmatullah hiwabarokatuh, lebih baik kita segera menemukan Sahna, Riko. Saya yakin kau pasti sudah tau dimana mereka semua sekarang berada." ucap Abah Yai di angguki Riko.

Kemudian Riko memimpin jalan di depan dengan di ikuti yang di lain dari belakang.

***

Deri tersenyum puas kala bawahan Opa Denan sudah terbujur lemah di lantai. Terlihat Opa Denan masih berusaha melawan bawahan Deri dengan lihainya.

Dengan napas terengah-engah, Langga terus saja menghabisi bawahan Deri yang coba menahannya. Jangan lupa Kamal dan Deni yang sedari tadi terus mencoba menghindar dari serangan para bawahan Deri yang ingin menghajarnya.

Sedangkan Sena? Ia tak henti-hentinya sedari beeteriak menyerukan kata hentikan pada sang Papa yang seakan tuli tak mendengar ucapannya.

"Lepasin gue sialan!" amuk Sena, tetap saja tenaganya masi kalah dengan dua orang berbadan besar yang menahannya saat ini.

Langga merapikan baju kokonya yang sedikit berantakan setelah berhasil menumbangkan bawahan Deri. Baru saja ia ingin menghampiri Sahna, dua bawahan Deri awalnya bertarung dengan Opa Denan dengan sigap menahan tubuh Langga.

"LEPASKAN SAYA!" pekik Langga memberontak.

Opa Denan yang berhasil menumbangkan beberapa bawahan Deri langsung berjalan mendekati Sahna.

"Stop!" tegas Deri tersenyum sinis. "Sekali anda melangkah, maka akan hilang nyawa cucu tersayang mu itu."

"Bedebah, sialan!" geram Opa Denan dengan menatap tajam Deri. "Turunkan pistol itu sialan!"

Tawa Deri menggema di penjuru ruangan besar itu.  Sontak Kamal, Deni dan dua bawahan Deri yang awalnya hampir membogem kedua pemuda itu sontak terhenti.

"Ya Allah ... Serem ... " lirih Kamal di angguki Deni dan dua bawahan Deri.

"Cih! Kau bilang turunkan? Setidaknya jika saya tidak bisa membunuh anak anda yang sok suci itu maka saya masih bisa membunuh cucu anda yang manis itu. " ucapnya tersenyum menyeramkan membuat Kamal dan Deni bergidik ngeri.

Berbeda dengan Langga yang mati-matian menahan amarah menatap tajam Deri.

"Kematian bukankah harus di balas kematian juga? Huahahaha!" tawa Deri kembali menggema.

"Hentikan, Pa! Ini semua salah paham! Bukankah Tante Lea udah jelasin ke Papa kejadian waktu it-" ucapa Sena terpotong.

"Diam, Sena! Bawa pulang Sena, Ziko!" perintah Deri pada bawahannya yang tengah menahan Sena.

"Baik, Tuan." patuh Ziko kemudian membawa paksa Sena keluar dari ruangan itu.

Deri berdecih, "Saya melihat dengan mata saya sendiri bahwa saat itu Lea yang menabrak Adik saya!" emosi Deri lalu mengarahkan pistol itu di kepala Sahna yang setengah sadar.

"Apakah ada kata terakhir yang ingin kau ucapkan pada mereka, Nona?" tanya Deri memiringkan kepalanya kala Sahna mendongak mengangkat kepalanya tampa berbicara.

Langga semakin memberontak kala melihat Sahna hampir tak sadarkan diri. Dalam batin Langga tak henti-hentinya berdoa untuk keselamatan Sahna.

Deri terkekeh, "Ternyata tidak ada, baiklah. Selamat tinggal ..."

Lalu menarik platuk pistolnya dengan perlahan.

"STOP!"

***

Makasih buat kalian yang udah setia nunggu part lanjutannya.

Secret Imam (Lengkap) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang